Bisnis Komponen Rumah Jadi Mulai Bangkit
Bisnis komponen rumah jadi mulai menunjukkan kebangkitan setelah sempat tiarap, karena terimbas aktivitas vulkanik Gunung Agung.
DENPASAR, NusaBali
Walau belum dirasakan pulih normal, tetapi pesanan terhadap produk rumah jadi mulai ada kepada para pengusaha. Perkembangan ini tentu membuat bersemangat kalangan pengusaha. “Ya mulai ada pesanan sekarang,” ujar Putu Eka, seorang karyawan produsen rumah jadi kawasan Bypass I Gusti Ngurah di jalur Padanggalak- Sanur Denpasar, Jumat (26/1). Dia menunjuk bangunan bale gede tradisional yang sedang digarap tukang. “Ini pesanan dari Nusa Dua,” ujarnya.
Sedang sebelumnya, ketika sedang puncak aktivitas vulkanik Gunung Agung, September- Oktober bisnis penjualan rumah jadi sempat sepi. Keadaan mulai membaik Desember 2017 lalu. “Kebanyakan dari pesanan lokal,” ungkapnya.
Namun bukan berarti permintaan luar (ekspor) tidak ada. Setidaknya menurut Eka, ada tiga negara yang sebelumnya menjadi tujuan ekspor komponen rumah jadi di perusahannya dia kerja. Tiga Negara tersebut Spanyol, Australia dan Jepang.
Komponen rumah jadi yang dibuat kalangan pengusaha di antaranya gazebo, lumbung, bale gede, kantil, yang merupakan bangunan tradisional Bali. Harganya mulai dari belasan juta rupiah, puluhan hingga ratusan juta rupiah. “Tergantung ukurannya,” kata Eka.
Seperti bale kantil ukuran 1,5 x 2 meter harganya Ep 13 juta. Gezebo juga Rp 13 juta. Sedang lumbung dengan ukuran sekitar 2-3 meter Rp 40 juta. Bahan baku komponen rumah jadi bangunan tradisional Bali dominan menggunakan seseh (kayu kelapa) dan bingkirai. Seseh banyak didatangkan dari Sulewesi, sedang kayu bingkarai dan kayu lainnya, dari Kalimantan.
Untuk diketahui dari sisi ekspor produk komponen rumah jadi masuk produk kayu dan barang dari kayu, termasuk dalam lima komoditas ekspor utama Bali. Hal itu mengacu data BPS, pada November 2017. Ada lima komoditas ekspor tersebut, ikan dan udang (31,51 persen), perhiasan/permata (15,94 persen), pakaian jadi bukan rajutan (11.17 persen), produk kayu, barang dari kayu (9,02 persen) dan produk perabot , penerangan rumah (5,75 persen). *k17
Sedang sebelumnya, ketika sedang puncak aktivitas vulkanik Gunung Agung, September- Oktober bisnis penjualan rumah jadi sempat sepi. Keadaan mulai membaik Desember 2017 lalu. “Kebanyakan dari pesanan lokal,” ungkapnya.
Namun bukan berarti permintaan luar (ekspor) tidak ada. Setidaknya menurut Eka, ada tiga negara yang sebelumnya menjadi tujuan ekspor komponen rumah jadi di perusahannya dia kerja. Tiga Negara tersebut Spanyol, Australia dan Jepang.
Komponen rumah jadi yang dibuat kalangan pengusaha di antaranya gazebo, lumbung, bale gede, kantil, yang merupakan bangunan tradisional Bali. Harganya mulai dari belasan juta rupiah, puluhan hingga ratusan juta rupiah. “Tergantung ukurannya,” kata Eka.
Seperti bale kantil ukuran 1,5 x 2 meter harganya Ep 13 juta. Gezebo juga Rp 13 juta. Sedang lumbung dengan ukuran sekitar 2-3 meter Rp 40 juta. Bahan baku komponen rumah jadi bangunan tradisional Bali dominan menggunakan seseh (kayu kelapa) dan bingkirai. Seseh banyak didatangkan dari Sulewesi, sedang kayu bingkarai dan kayu lainnya, dari Kalimantan.
Untuk diketahui dari sisi ekspor produk komponen rumah jadi masuk produk kayu dan barang dari kayu, termasuk dalam lima komoditas ekspor utama Bali. Hal itu mengacu data BPS, pada November 2017. Ada lima komoditas ekspor tersebut, ikan dan udang (31,51 persen), perhiasan/permata (15,94 persen), pakaian jadi bukan rajutan (11.17 persen), produk kayu, barang dari kayu (9,02 persen) dan produk perabot , penerangan rumah (5,75 persen). *k17
Komentar