Pastika Minta Gubernur Terpilih Lanjutkan Tradisi Simakrama
Program simakrama yang digelar Pemprov Bali pada masa pemerintahan selama dua periode (2008–2013 dan 2013–2018) Gubernur Made Mangku Pastika supaya dilanjutkan oleh Gubernur–Wakil Gubernur Bali terpilih 2018 mendatang.
DENPASAR, NusaBali
Hal itu diungkapkan Gubernur Pastika di hadapan para peserta simakrama di Wantilan Gedung DPRD Bali, Sabtu (27/1) pagi. Dalam simakrama yang ke–92 dengan tema, ‘Mencari Gubernur–Wakil Gubernur Bali 2018–2023’, simakrama setiap bulan akan menjadi saluran aspirasi rakyat sekaligus transparansi pemerintahan di era keterbukaan ini.
Pastika yang didampingi Kepala Inspektorat Pemprov Bali I Wayan Sugiada, mengatakantTahun 2018 dan 2019 adalah tahun politik. Pada 27 Juni 2018, masyarakat Bali akan memilih Calon Gubernur–Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati di Gianyar dan Klungkung.
“Setelah 27 Juni 2018 kita akan punya gubernur baru. Program simakrama ini saya harapkan dilanjutkan oleh gubernur yang terpilih nanti. Mudah-mudahan gubernur yang akan datang melanjutkan tradisi simakrama ini, sebagai saluran aspirasi rakyat,” ujar Pastika dalam simakrama yang dihadiri pejabat Eselon II Pemprov Bali dan para tokoh masyarakat tersebut.
Kata dia dengan pertemuan dengan rakyat, aspek keterbukaan dan transparansi akan dapat tempat yang luas. Maka simakrama yang sudah berjalan selama dirinya menjadi gubernur selama 10 tahun tidak akan terputus begitu saja. Demikian juga dengan program–program pro rakyat bisa berlanjut.
Selain simakrama, Pemprov Bali sebenarnya punya satu lagi saluran aspirasi masyarakat yakni Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) yang digelar setiap hari Minggu pagi di pojok barat Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar. Di podium ini siapa saja boleh tampil dan menyampaikan semua unek-uneknya. “Ini (PB3AS) hanya satu-satunya di Indonesia,” ujar Pastika.
Pastika mengatakan dari aspek pertanggungjawaban, Pemprov Bali sesungguhnya yang diberikan amanat oleh rakyat untuk mensejahterakan rakyat.
“Orang bayar pajak, orang bayar apapun itu, didistribusikan menjadi gaji, bayar mobil dinas, dan lainnya. Itu harus dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya. Partisipasi publik harus ada, maka pemerintah harus mendengar rakyatnya. Sekarang bukan top down (dari atas ke bawah), tetapi bottom up (bawah ke atas). Apa yang menjadi masalah buat mereka, itu yang harus dicarikan solusi bersama-sama,” tutur mantan Kapolda Bali, ini.
Dalam masa pemerintahannya selama 10 tahun, Pastika mengatakan masih belum optimal. Karena masih banyak hal yang belum dikerjakan. “Saya masih belum optimal, masih banyak yang kita perlu lakukan, terutama mengubah mindset. Mengubah mindset, pola pikir kita, bahwa kita harus maju ke depan.
Tahun 2018 ini kita akan memilih pemimpin, hilangkan politik identitas. Kita harus melihat situasi lokal, tetapi kita tidak bisa lepas dari situasi nasional dan global. Menghadapi perubahan yang cepat ini harus dihilangkan itu sikap primordial,” tandas Pastika.
Dalam simakrama kemarin peserta menyentil etika para pemimpin di Bali dalam suasana Pilgub Bali 2018. Salah seorang peserta, I Wayan Wenten Aryawan asal Nusa Penida, Klungkung, mengatakan etika bupati/walikota yang kurang baik saat diundang gubernur membahas masalah kemiskinan di Bali, Selasa (23/1) lalu, kompak tidak hadir. “Ini dekadensi moral. Kemerosotan moral. Saya tidak masalah dengan mereka (bupati/walikota) tidak hadir karena urusan Pilkada, tetapi ini sebuah etika yang dinilai rakyat. Bagaimana mereka menjadi pemimpin kalau begini,” ujar pria yang juga akademisi ini.
Acara kemarin juga diwarnai dengan tampilnya kalangan anak muda yang menyentil para calon gubernur dan pendukungnya supaya tidak saling menjelekkan di media sosial. Ida Ayu Maya di hadapan Gubernur Pastika menyarankan para pendukung kandidat yang berlaga di Pilgub Bali 2018 untuk adu program. Tidak saling menjelekkan di media sosial. “Kami tahun 2018 sudah memiliki hak pilih, kami berharap para calon gubernur dan calon wakil gubernur lebih kedepankan program. Tidak saling menjelekkan di media sosial,” ujar Dayu Maya.
Pilgub Bali pada 27 Juni 2018 akan menampilkan head to head dua paslon yakni Wayan Koster–Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (KBS–Ace) yang diusung PDI Perjuangan, PAN, PKPI, Hanura, dan didukung PPP dan PKB. Sementara paslon Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra–I Ketut Sudikerta (Mantra–Kerta) diusung Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai NasDem, dan didukung PKS, PBB. *nat
Hal itu diungkapkan Gubernur Pastika di hadapan para peserta simakrama di Wantilan Gedung DPRD Bali, Sabtu (27/1) pagi. Dalam simakrama yang ke–92 dengan tema, ‘Mencari Gubernur–Wakil Gubernur Bali 2018–2023’, simakrama setiap bulan akan menjadi saluran aspirasi rakyat sekaligus transparansi pemerintahan di era keterbukaan ini.
Pastika yang didampingi Kepala Inspektorat Pemprov Bali I Wayan Sugiada, mengatakantTahun 2018 dan 2019 adalah tahun politik. Pada 27 Juni 2018, masyarakat Bali akan memilih Calon Gubernur–Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati di Gianyar dan Klungkung.
“Setelah 27 Juni 2018 kita akan punya gubernur baru. Program simakrama ini saya harapkan dilanjutkan oleh gubernur yang terpilih nanti. Mudah-mudahan gubernur yang akan datang melanjutkan tradisi simakrama ini, sebagai saluran aspirasi rakyat,” ujar Pastika dalam simakrama yang dihadiri pejabat Eselon II Pemprov Bali dan para tokoh masyarakat tersebut.
Kata dia dengan pertemuan dengan rakyat, aspek keterbukaan dan transparansi akan dapat tempat yang luas. Maka simakrama yang sudah berjalan selama dirinya menjadi gubernur selama 10 tahun tidak akan terputus begitu saja. Demikian juga dengan program–program pro rakyat bisa berlanjut.
Selain simakrama, Pemprov Bali sebenarnya punya satu lagi saluran aspirasi masyarakat yakni Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) yang digelar setiap hari Minggu pagi di pojok barat Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar. Di podium ini siapa saja boleh tampil dan menyampaikan semua unek-uneknya. “Ini (PB3AS) hanya satu-satunya di Indonesia,” ujar Pastika.
Pastika mengatakan dari aspek pertanggungjawaban, Pemprov Bali sesungguhnya yang diberikan amanat oleh rakyat untuk mensejahterakan rakyat.
“Orang bayar pajak, orang bayar apapun itu, didistribusikan menjadi gaji, bayar mobil dinas, dan lainnya. Itu harus dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya. Partisipasi publik harus ada, maka pemerintah harus mendengar rakyatnya. Sekarang bukan top down (dari atas ke bawah), tetapi bottom up (bawah ke atas). Apa yang menjadi masalah buat mereka, itu yang harus dicarikan solusi bersama-sama,” tutur mantan Kapolda Bali, ini.
Dalam masa pemerintahannya selama 10 tahun, Pastika mengatakan masih belum optimal. Karena masih banyak hal yang belum dikerjakan. “Saya masih belum optimal, masih banyak yang kita perlu lakukan, terutama mengubah mindset. Mengubah mindset, pola pikir kita, bahwa kita harus maju ke depan.
Tahun 2018 ini kita akan memilih pemimpin, hilangkan politik identitas. Kita harus melihat situasi lokal, tetapi kita tidak bisa lepas dari situasi nasional dan global. Menghadapi perubahan yang cepat ini harus dihilangkan itu sikap primordial,” tandas Pastika.
Dalam simakrama kemarin peserta menyentil etika para pemimpin di Bali dalam suasana Pilgub Bali 2018. Salah seorang peserta, I Wayan Wenten Aryawan asal Nusa Penida, Klungkung, mengatakan etika bupati/walikota yang kurang baik saat diundang gubernur membahas masalah kemiskinan di Bali, Selasa (23/1) lalu, kompak tidak hadir. “Ini dekadensi moral. Kemerosotan moral. Saya tidak masalah dengan mereka (bupati/walikota) tidak hadir karena urusan Pilkada, tetapi ini sebuah etika yang dinilai rakyat. Bagaimana mereka menjadi pemimpin kalau begini,” ujar pria yang juga akademisi ini.
Acara kemarin juga diwarnai dengan tampilnya kalangan anak muda yang menyentil para calon gubernur dan pendukungnya supaya tidak saling menjelekkan di media sosial. Ida Ayu Maya di hadapan Gubernur Pastika menyarankan para pendukung kandidat yang berlaga di Pilgub Bali 2018 untuk adu program. Tidak saling menjelekkan di media sosial. “Kami tahun 2018 sudah memiliki hak pilih, kami berharap para calon gubernur dan calon wakil gubernur lebih kedepankan program. Tidak saling menjelekkan di media sosial,” ujar Dayu Maya.
Pilgub Bali pada 27 Juni 2018 akan menampilkan head to head dua paslon yakni Wayan Koster–Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (KBS–Ace) yang diusung PDI Perjuangan, PAN, PKPI, Hanura, dan didukung PPP dan PKB. Sementara paslon Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra–I Ketut Sudikerta (Mantra–Kerta) diusung Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai NasDem, dan didukung PKS, PBB. *nat
Komentar