Pasutri Sulinggih Enggan Ngungsi
Akhirnya Bersedia Mengungsi Setelah Dibujuk Relawan
AMLAPURA, NusaBali
Pasangan suami istri sulinggih Ida Sri Begawan Widiasa, 58, dan Ida Istri Sri Begawan, 54, masih enggan mengungsi meskipun mereka tinggal di Banjar Kesimpar, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III dalam radius 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. Alasannya, mereka belum menemukan tempat pengungsian yang dianggap representatif.
Selain pasutri sulinggih Ida Sri Begawan Widiasa dan Ida Istri Sri Begawan, ada dua kepala keluarga (KK) lagi di Banjar Kesimpar, Desa Besakih yang masih enggan mengungsi, hingga Senin (29/1). Mereka masing-masing keluarga I Wayan Wenten dan keluarga I Nyoman Tanggu.
Sebenarnya, keluarga Wayan Wenten dan Nyoman Tanggu sudah sempat mengungsi di Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang kawasan Banjar Singerata, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem. Namun, sejak radius bahaya Gunung Agung diciutkan jadi 6 kilometer, 4 Januari 2018 lalu, mereka balik ke kampung halamannya. Padahal, Banjar Kesimpar masuk dalam radius berbahaya 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung, di mana seluruh penduduknya wajib mengungsi.
Langkah serupa juga dilakukan pasutri sulinggih Ida Sri Begawan Widiasa dan Ida Istri Sri Begawan. Mereka sebelumnya sempat mengungsi ke salah satu rumah pendu-duk di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, sejak status Awas Gunung Agung, 22 September 2017.
Namun, pasutri sulinggih ini kembali pulang ke Banjar Kesimpar, Desa Besakih, 4 Januari 2018, begitu radius bahaya Gunung Agung diciutkan menjadi 6 kilometer. Sejak pulang kembali ke rumahnya, mereka enggan untuk mengungsi lagi.
"Kami enggan kembali mengungsi, karena tidak ada tempat untuk melaksalakan ritual Siwakrana dan menggelar ritual Surya Sewana," dalih Ida Sri Begawan Widiasa di kediamannya di Banjar Kesimpar, Desa Besakih, Senin kemarin.
Karena pasutri sulinggih dan dua keluarga lainnya masih enggan mengungsi, Relawan PMI Provinsi Bali pun berupaya memberikan edukasi dan membujuk mereka agar bersedia mengungsi kembali. Terkait masalah ini, Relawan PMI Provinsi Bali yang dikoordinasikan I Wayan Aryawan secara khusus mendatangi kediaman pasutri sulinggih di Banjar Kesimpar, Desa Besakih, Senin kemarin. Mereka didampingi Kelian Banjar Kesimpar, I Nengah Sama.
Selain mendatangi pasutri sulinggih, Relawan PMI Bali dan Kelian Banjar Nengah Sama juga mendatangi keluarga Wayan Wenten dan Nyoman Tanggu yang masih enggan mengungsi, untuk tujuan sama. Setelah diberikan edukasi dan pemahaman, kereka akhirnya bersedia mengungsi kembali.
Kelian Banjar Nengah Sama berusaha meyakinkan warganya agar keluar dari Banjar Kesimpar. Apalagi, dua jalur keluar dari Banjar Kesimpar, termasuk di Banjar Susut, Desa Muncan, Kecamatan Selat, telah putus karena badan jalan hanyut diterjang banjir lahar dingin. Menurut Nengah Sama, yang tersisa tinggal jalur keluar menuju Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang. “Itu pun, jalur tersebut terancam jebol karena bagian jengkuung jalan sudah retak-retak,” papar Nengah Sama.
Setelah diberikan pemahaman seperti itu, dua KK bersama pasutri sulinggih akhirnya bersedia mengungsi kembali. Hanya saja, sejauh ini Relawan PMI Bali belum menyiapkan lokasi pengungsian buat mereka, karena tenda-tenda pengungsian belum dibangun.
Khusus untuk pasutri sulinggih Ida Sri Begawan Widiasa dan Ida Istri Sri Begawan, tempat pengungsiannya masih dikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait. “Masa mengungsikan sulinggih sama dengan warga biasa, tinggal di tenda-tenda? Makanya, kami masih carikan tempat khusus. Memang ada ruangan kantor ada yang kosong, tapi kami masih optimalkan agar layak,” jelas Koordinator Relawan PMI Bali, Wayan Aryawan. *k16
Selain pasutri sulinggih Ida Sri Begawan Widiasa dan Ida Istri Sri Begawan, ada dua kepala keluarga (KK) lagi di Banjar Kesimpar, Desa Besakih yang masih enggan mengungsi, hingga Senin (29/1). Mereka masing-masing keluarga I Wayan Wenten dan keluarga I Nyoman Tanggu.
Sebenarnya, keluarga Wayan Wenten dan Nyoman Tanggu sudah sempat mengungsi di Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang kawasan Banjar Singerata, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem. Namun, sejak radius bahaya Gunung Agung diciutkan jadi 6 kilometer, 4 Januari 2018 lalu, mereka balik ke kampung halamannya. Padahal, Banjar Kesimpar masuk dalam radius berbahaya 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung, di mana seluruh penduduknya wajib mengungsi.
Langkah serupa juga dilakukan pasutri sulinggih Ida Sri Begawan Widiasa dan Ida Istri Sri Begawan. Mereka sebelumnya sempat mengungsi ke salah satu rumah pendu-duk di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, sejak status Awas Gunung Agung, 22 September 2017.
Namun, pasutri sulinggih ini kembali pulang ke Banjar Kesimpar, Desa Besakih, 4 Januari 2018, begitu radius bahaya Gunung Agung diciutkan menjadi 6 kilometer. Sejak pulang kembali ke rumahnya, mereka enggan untuk mengungsi lagi.
"Kami enggan kembali mengungsi, karena tidak ada tempat untuk melaksalakan ritual Siwakrana dan menggelar ritual Surya Sewana," dalih Ida Sri Begawan Widiasa di kediamannya di Banjar Kesimpar, Desa Besakih, Senin kemarin.
Karena pasutri sulinggih dan dua keluarga lainnya masih enggan mengungsi, Relawan PMI Provinsi Bali pun berupaya memberikan edukasi dan membujuk mereka agar bersedia mengungsi kembali. Terkait masalah ini, Relawan PMI Provinsi Bali yang dikoordinasikan I Wayan Aryawan secara khusus mendatangi kediaman pasutri sulinggih di Banjar Kesimpar, Desa Besakih, Senin kemarin. Mereka didampingi Kelian Banjar Kesimpar, I Nengah Sama.
Selain mendatangi pasutri sulinggih, Relawan PMI Bali dan Kelian Banjar Nengah Sama juga mendatangi keluarga Wayan Wenten dan Nyoman Tanggu yang masih enggan mengungsi, untuk tujuan sama. Setelah diberikan edukasi dan pemahaman, kereka akhirnya bersedia mengungsi kembali.
Kelian Banjar Nengah Sama berusaha meyakinkan warganya agar keluar dari Banjar Kesimpar. Apalagi, dua jalur keluar dari Banjar Kesimpar, termasuk di Banjar Susut, Desa Muncan, Kecamatan Selat, telah putus karena badan jalan hanyut diterjang banjir lahar dingin. Menurut Nengah Sama, yang tersisa tinggal jalur keluar menuju Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang. “Itu pun, jalur tersebut terancam jebol karena bagian jengkuung jalan sudah retak-retak,” papar Nengah Sama.
Setelah diberikan pemahaman seperti itu, dua KK bersama pasutri sulinggih akhirnya bersedia mengungsi kembali. Hanya saja, sejauh ini Relawan PMI Bali belum menyiapkan lokasi pengungsian buat mereka, karena tenda-tenda pengungsian belum dibangun.
Khusus untuk pasutri sulinggih Ida Sri Begawan Widiasa dan Ida Istri Sri Begawan, tempat pengungsiannya masih dikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait. “Masa mengungsikan sulinggih sama dengan warga biasa, tinggal di tenda-tenda? Makanya, kami masih carikan tempat khusus. Memang ada ruangan kantor ada yang kosong, tapi kami masih optimalkan agar layak,” jelas Koordinator Relawan PMI Bali, Wayan Aryawan. *k16
1
Komentar