nusabali

Made Sedana Doktor Kedua di Lingkup Pemkab Buleleng

  • www.nusabali.com-made-sedana-doktor-kedua-di-lingkup-pemkab-buleleng

Sebelum Kabid Pembinaan SMP Disdikpora Kabupaten Buleleng Dr Made Sedan SPd MPd, Kepala Dinas Kominfo dan Persandian Buleleng Dr Ketut Suweca sudah lebih dulu meraih gelar Doktor

Pertahankan Disertasi tentang Tradisi Ritual Bukakak di Desa Pakraman Giri Mas, Sawan


SINGARAJA, NusaBali
Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng, Dr I Made Sedana SPd MPd, 47, berhasil menuntaskan program S3 di Institut Hindu Dharma Negeri (IIHDN) Denpasar, Selasa (23/1) lalu. Made Sedana raih gelar Doktor setelah sukses mempertahankan disertasi tentang ‘Tradisi Rituial Ngusaba Bukakak’ di Pura Subak Dangin Yeh, Desa Pakraman Giri Mas, Kecamatan Sawan, Buleleng. Dia pun mengukuhkan diri sebagai pejabat struktural kedua di OPD lingkup Pemkab Buleleng yang meraih gelar Doktor.

Promosi Doktor bagi Made Sedana digelar di Gedung Aula Pascasarjana IHDN Denpasar, Jalan Ratna Denpasar, Selasa lalu, dengan promotor Prof Dr Nengah Bawa Atamaja MA, serta Co-Promotor Dr Drs I Nengah Lestawi MSi dan Dr Dra Ni Ketut Srie Kusuma Wardhani MPd beserta. Kepala Disdikpora Buleleng, I Gede Suyasa, bersama para Kabid lingkup Disdikopra Buleleng juga ikut menyaksikan ujian disertasi Made Sedana.

Dengan penguasaan materi yang sangat apik saat mempertahankan disertasinya, Made Sedana ang dikenal sebagai tokoh pencetus pendirian Pemuda Peduli Lingkungan Bali (PLB) ini dinyatakan lulus sebagai Doktor Ilmu Agama dengan predikat ‘Sangat Memuaskan’. Birokrat berusia 47 tahun asal Desa Panji Anom, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini merupakan Doktor Ilmu Agama ke-39 di IHDN Denpasar.

Khusus untuk lingkup Pemkab Buleleng, Made Sedana merupakan birokrat penyandang gelar Doktor kedua. Sebelum Made Sedana, sudah lebih dulu tercatat nama Dr Ketut Suweca sebagai peraih gelar Doktor. Saat ini, Ketut Suweca menjabat Kepala Dinas Kominfo dan Persandian Kabupaten Buleleng.

Made Sedana mengangkat ‘Tradisi Ritual Ngusaba Bukakak’ di Pura Subak Dangin Yeh, Desa Giri Mas, Kecamatan Sawan’ sebagai disertasinya untuk meraih gelar Doktor Ilmu Agama. Tradisi Ritual Ngusaba Bukakak dijadikan penelitian untuk disertasinya, didasari atas keprihatinan Made Sudana terhadap kerusakan alam di Bali yang di sebabkan oleh manusia.

“Awalnya, saya ingin mencari apakah masih ada kearifan lokal yang berkaitan dengan ketahanan lingkungan di Bali yang didasari dengan kajian Ketuhanan (Teo-Ekologi Hindu, Red) di tengah kerusakan alam yang semakin memprihatinkan,” ungkap Made Sedana kepada NusaBali di Singaraja, Kamis (1/2). Atas dasar itu, Sedana akhirnya putuskan ambil penelitian Tradisi Ngusaba Bukakak di akhir masa pendidikan S3 yang yang ditempuh selama 5,5 tahun.

Birokrat kelahiran 14 Desember 1970 ini mengatakan, dari hasil penelitianya itu, dia mendapatkan banyak fakta upaya pelestarian lingkungan melalui tradisi dan kearifan lokal. Salah satu kearifan lokal masyarakat di Buleleng adalah Ngusaba Bukakak di Desa Pakraman Giri Mas, yang masih dipengang teguh oleh krama setempat sebagai pelaksana tradisi.

Menurut Sedana, pelaksanaan tradisi Ngusaba Bukakak ini tidak hanya berimplikasi secara teologi berupa peningkatan sradha bhakti masyarakat di Desa Giri Mas, tapi juga berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan, dengan pempertahankan kawasan dari alih fungsi lahan dan pemuliaan terhadap sumber-sumber vital kehidupan berupa air.

Dengan hasil penelitiannya soal tradisi Ngusaba Bukakak tersebut, manan Kepala Sekolah (Kasek) SMKN 2 Singaraja ini berharap mampu menghasilkan sebuah konsep tentang upaya pelestarian lingkungan, melalui ritual keagamaan. Selain itu, juga bermanfaat sebagai masukan bagi para perencana pembangunan dalam merevitalisasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat agraris yang sudah mulai memudar. Terutama, dalam perencanaan pembangunan yang berkelanjutan khususnya dalam bidang sistem pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Sudana menjelaskan, upacara ritual Ngusaba Bukakak memperkuat ideologi Tri Hita Karana krama Desa Pakraman Giri Mas. Pelaksanaan ritual Ngusaba Bukakak secara ideologi, Tri Hita Karana tercermin dalam setiap rangkaian pelaksanaannya. Dimulai dari cerminan hubungan yang baik antara krama Subak dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, hubungan yang baik antara krama subak dengan sesama krama Subak dan masyarakat Desa Giri Mas, juga hubungan yang baik antara krama Subak dengan palemahan (alam lingkungan).

Selain itu, kata Sedana, Ngusaba Bukakak adalah proses penyadaran terhadap manusia khusunya masyarakat Desa Giri Emas akan pentingnya modal alam (nature) sebagai bagian yang integral dari kehidupan manusia. “Alam memberikan semua yang dibutuhkan oleh manusia, sehingga akan menjadi sebuah kewajiban yang mengikat bagi manusia untuk menjaga sumber-sumber vital berupa modal alam, jika manusia ingin memperoleh kemaslahatan,” jelas birokrat yang sempat menjabat Kepala Unit Pelaksana Pendidikan (UPP) Kecamatan Sukasada ini.

Ditanya soal motivasinya menempuh pendidikan S3, menurut Sedana, dirinya hanya ingin menambah ilmu pengetahuannya. “Yang saya pikirkan, bagaimana saya bisa berbuat. Dengan penelitian, saya menyadarkan masyarakat Buleleng yang lain ikut menyelamatkan alam. Dan, ternyata di tengah kerusakan alam ini, masih ada kelompok masyarakat yang taat dengan tradisi dan jalan Ketuhanan untuk melesta-rikan alam dan lingkungan sekitarnya,” ungkap anak ke-6 dari 8 bersaudara pasangan I Made Mera dan Ketut Tirta ini.

Sementara itu, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Buleleng, Ni Made Rousmini, mengakui Made Sedana merupakan pejabat struktural kedua di lingkup Pemkab Buleleng yang bergelar Doktor. Meki gelar Doktor tidak berpengaruh terhadap kenaikan pangkat dan besar tunjangan yang diterima, namun kata Rousmini, hal tersebut merupakan motivasi dan pembuktian diri secara individu.

Pihaknya pun berharap dengan semakin tingginya gelar pendidikan yang disandang seorang pejabat, dapat diselaraskan dengan program-program inovatif untuk mendukung Pemkab Buleleng ke arah yang lebih baik, terutama soal kinerja sebagai aparatur negara. “Kalau pengaruh kepada kenaikan pangkat dan tunjang sih tidak ada. Hanya soal ukuran kemampuan diri dan gelar Doktor sangat bagus untuk menunjang peningkatan SDM aparatur negara di lingkup Pemkab Buleleng,” ujar Rousmini saay dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di Singaraja, Kamis kemarin.

Harapan senada juga diungkapkan Kepala Disdikpora Buleleng, Gede Suyasa. Menurut Suyasa, pihaknya merasa bangga denagn capaian salah satu pejabat kepercayaannya, Made Sudana, yang sudah mengupdate diri dengan pendidikan yang lebih tinggi. “Kami berharap ke depannya, Made Sedana dapat memberikan sumbangan pemikiran cemerlang untuk kemajuan pendidikan di Buleleng,” harap Suyasa. *k23

Komentar