Diterjang Air Bah, Aktivitas Belajar SDN 3 Desa Munduk Lumpuh Total
Proses belajar mengajar di SDN 3 Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng lumpuh total akibat diterjang air bah, Rabu (31/1) malam.
Di Besakih, Pengendara Terseret Arus Sungai 200 Meter
SINGARAJA, NusaBali
Seluruh murid diliburkan sejak Kamis (1/2) hingga batas waktu yang belum ditentukan, karena seluruh ruangan tertutup material batu dan lumpur setinggi 0,5 meter. Sejumlah dokumen kesiswaan di ruang guru juga rusak.
Bencana air bah yang menimpa SDN 3 Munduk di Banjar Tamblingan, Desa Munduk ini terjadi Rabu malam sekitar pukul 19.30 Wita akibat hujan lebat sejak setengah jam sebelumnya. Meski tumpahan air cukup besar dari Bukit Tamblingan berlangsung hanya 30 menit, namun menimbulkan kerusakan cukup parah. Selain SDN 3 Munduk, sejumlah rumah milik 10 kepala keluarga (KK) warga yang berada di belakang sekolah ini juga terendam lumpur. Bahkan, ada 3 unit sepeda motor dilaporkan hanyut.
Bencana banjir kali ini terbilang parah, jauh lebih parah dari musibah serupa Februari 2017 lalu. Pasalnya, air bah bukan hanya membawa lumpur, tapi juga material batu seukuran batok kelapa. Seluruh 6 ruangan di SDN 3 Munduk terendam lumpur dan batu. Tembok penyengker bagian depan dan belakang bangunan sekolah juga roboh.
Karenanya, murid SDN 3 Munduk yang berjumlah 109 orang terpaksa diliburkan sejak Kamis kemarin hingga batas waktu yang belum ditentukan. Masalahnya, pembersihan seluruh ruangan dari timbunan lumpur diperkirakan perlu waktu beberapa hari. “Tahun lalu tidak separah sekarang. Kalau tahun lalu hanya lumpur, sekarang berisi batu. Ini yang perlu waktu membersihkan,” keluh Kepala Sekolah (Kasek) SDN3 Munduk, I Wayan Batin, di lokasi musibah, Kamis kemarin.
Menurut Kasek Wayan Batin, pihaknya sudah berkoordinasi dengan para orangtua murid dan aparat Desa Munduk, untuk menjajaki kemungkinan menggunakan Bale Banjar Tamblingan yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari SDN 3 Munduk sebagai tempat sementara proses belajar. Namun, pihaknya belum dapat memastikan kapan proses belajar itu bisa dilaksanakan. “Kami masih pikirkan jarak tempuh anak-anak ke Bale Banjar Tamblingan. Kami juga harus bersihkan dulu seluruh bangku yang dan dokumen yang ada,” katanya.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, I Gede Suyasa, pihaknya sudah dapat laporan soal bencana yang menerjang SDN 3 Munduk, kemarin sore. “Saya terima laporannya. Buat sementara, para siswa dan guru kerja bakti membersihkan lumpur yang masuk ke ruangan. Sampai bersih, baru bisa belajar normal kembali,” jelas Suyasa saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, tadi malam.
Sedangkan Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, I Made Subur, mengaku sudah melakukan pemantauan terhadap kerusakan yang terjadi di SDN 3 Munduk. Rencananya, Jumat (2/1) ini pihaknya mulai melaksanakan pembersihan dengan membagi seluruh staf. “Karena kejadiannya tersebar, jadi kami baru bisa lakukan pengecekan kerusakan saja. Besok (hari ini) baru kami laksanakan pembersihan,” tandas Made Subur.
Sementara itu, 4 palinggih sanggah (pura keluarga) yang diempon 13 KK di Banjar Padangtunggal Kauh, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem, longsor akibat hujan, Kamis pagi pukul 06.00 Wita. Karenanya, krama pangempon batal menggelar upacara piodalan yang seharusnya dilaksanakan pada Sukra Umanis Wayang, Jumat (23/2) depan.
Empat palinggih yang terjungkal ke jalan raya masing-masing Palinggih Hyang Guru, Palinggih Ida Ratu Dasar, Palinggih Ida Bhatara Hyang Kompyang, dan Palinggih Ida Bhatara Tirtha. Empat palinggih yang terjungkal ini terakhir diperbaiki dan diplaspas tahun 2002 silam. Belakangan, pondasinya retak-retak, karena lokasi sanggah memang rawan longsor. Hanya saja, pihak pangempon belum melakukan perbaikan, sampai akhirnya keburu longsor, Kamis pagi.
Kelian Pangempon Sanggah, I Made Taruk, mengakui pondasi palinggih sudah cukup lama retak-retak, tapi tidak dilakukan perbaikan karena tak ada dana. “Sekarang, palinggih keburu longsor,” kata Made Taruk. Selain keluarga Made Taruk, 12 KK pangempon lainnya masing-masing I Wayan Wartika Dana, I Nyoman Darya, I Ketut Loka, I Ketut Nik Suadnyana, I Wayan Samplangan, I Wayan Wartika, I Nyoman Darmayasa, I Made Selamet, I Nyoman Suparawan, I Made Nurasih, I Wayan Sura Irawan, dan I Made Toya.
Di sisi lain, seorang warga Banjar Angsoka, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, I Wayan Arta, 36, terseret arus sejauh 200 meter saat menyeberangi Sungai Goa Raja di Banjar Kiduling Kreteg, Desa Besakih, Kamis pagi pukul 06.00 Wita. Musibah ini terjadi ketika Wayan Arta hendak mengantar istrinya, Ni Kadek Suarmi, berobat ke bidan I Gusti Ayu Widayanti.
Awalnya, Wayan Arta menyaksikan warga menyeberang sungai yang airnya deras menggunakan sepeda motor. Nah, saat giliran Wayan Arta menyeberang dengan naik motor Honda Vario hitam DK 2015 TD, korban bersama motornya malah terseret air bah. Bahkan, Wayan Arta terseret arus sejauh 200 meter.
Beruntung, Wayan Arta berhasil menyelamatkan diri dengan berpegangan ranting pohon yang melintang di sungai. Korban akhirnya selamat dari maut setelah dievakuasi petugas gabungan Polsek Rendan dan Koramil Rendang. Sedangkan istrinya, Kadek Suarni, tidak ikut terseret karena lebih dulu diturunkan sang suami di tepi sungai, sebelum suaminya coba menyeberang dengan motor. Adalah Kadek Suarni sendiri yang melaporkan musibah ini ke Polsek Rendah, sehingga datang bala bantuan untuk suaminya.
Setelah berhasil dievakuasi, korban Wayan Arta selanjutnya dibawa ke Puskesmas Rendang untuk menjalani perawatan. "Korban sebenarnya tidak menderita luka, hanya lemas dan flu, karena kedinginan. Korban telah diberikan obat bersama istrinya," ungkap Kepala Puskesmas Rendang, dr Made Sudarmaya. *k19,k16
Komentar