Jumlah Wisman 2017 Tak Capai Target
Pariwisata tetap jadi andalan sebagai penyumbang devisa terbesar
JAKARTA, NusaBali
Badan Pusat Statistik (BPS) memastikan angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang 2017 tidak mencapai target. Dari target sebesar 15 juta kunjungan, realisasi tahun lalu hanya mencapai 14,04 juta kunjungan. "Target wisman sepanjang 2017 sebanyak 14,04 juta, target awal 15 juta. Dibandingkan 2016 naik 21,88%," kata Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/2).
Khusus kunjungan di Desember 2017, kata Suhariyanto sebanyak 1,147 juta naik 8 persen jika dibandingkan dengan November tahun lalu yang sebesar 1,062 juta. "Tapi total kunjungan wisman di 2017 ini jika dilihat dari perkembangan 2014 mengalami kenaikan," tambah dia.
Pada Desember 2017, pria yang akrab disapa Kecuk ini juga menyebutkan bahwa negara asal wisman yang datang ke Indonesia mengalami perubahan. Posisi pertama ditempati oleh Singapura dengan jumlah 17,70 persen atau 202.969 dari 1,147 juta.
Kedua Malaysia dengan 13,48 persen atau 154.640 wisman, ketiga dari Australia sebesar 7,66 persen atau 87.907 wisman, Tiongkok 6,54 persen atau 74.968, dan India sebesar 4,68 persen atau 53.628 wisman. "Tiongkok biasanya paling banyak, sekarang keempat karena pemerintahnya mengimbau dan memberikan warning karena letusan Gunung Agung di Bali," ungkap dia seperti dilansir detik.
Pada Desember lalu kunjungan wisman asal Tiongkok hanya 11.422 (lewat udara) dan 108 wisman lewat laut. Jauh anjlok dibanding dengan Desember 2016 , dimana wisman asal Negeri Tirai Bambu tersebut mencapai 83.743 orang.
Jumlah wisman China yang hanya 11-an ribu orang itu menjadikan China terlempar dari 5 besar negara dengan jumlah wisman terbanyak ke Bali. Dengan jumlah turis yang masuk ke Indonesia membuat tingkat penghunian kamar (TPK) hotel naik 1,65 poin menjadi 59,53 sepanjang 2017 dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 56,50.
Andalan Devisa Meski tak mencapai target, sektor pariwisata kembali diandalkan sebagai penopang perolehan devisa pada tahun ini. Sektor ini akan jadi penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia di 2018, yakni sebesar 20 miliar dollar AS atau naik sekitar 20 persen dari tahun 2017 yang sekitar 16,8 miliar dollar AS.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, peningkatan devisa tersebut berasal dari target 17 juta wisatawan mancanegara yang tahun ini dipercaya bisa tumbuh 22 persen dari tahun lalu.
"Jadi pertumbuhan 22% itu adalah pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara yang ada di Indonesia karena QPI (quality performance index) tertinggi pariwisata itu adalah mendatangkan wisman atau menghasilkan devisa. Pariwisata akan menjadi penghasil devisa terbesar," katanya dalam rapat kerja Kemendag di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (1/2).
Adapun jumlah kunjungan wisata di Indonesia saat ini masih didominasi dari wisatawan domestik atau wisatawan nusantara (wisnu). Tahun ini ditargetkan sebanyak 270 juta wisnu. *K17
Badan Pusat Statistik (BPS) memastikan angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang 2017 tidak mencapai target. Dari target sebesar 15 juta kunjungan, realisasi tahun lalu hanya mencapai 14,04 juta kunjungan. "Target wisman sepanjang 2017 sebanyak 14,04 juta, target awal 15 juta. Dibandingkan 2016 naik 21,88%," kata Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/2).
Khusus kunjungan di Desember 2017, kata Suhariyanto sebanyak 1,147 juta naik 8 persen jika dibandingkan dengan November tahun lalu yang sebesar 1,062 juta. "Tapi total kunjungan wisman di 2017 ini jika dilihat dari perkembangan 2014 mengalami kenaikan," tambah dia.
Pada Desember 2017, pria yang akrab disapa Kecuk ini juga menyebutkan bahwa negara asal wisman yang datang ke Indonesia mengalami perubahan. Posisi pertama ditempati oleh Singapura dengan jumlah 17,70 persen atau 202.969 dari 1,147 juta.
Kedua Malaysia dengan 13,48 persen atau 154.640 wisman, ketiga dari Australia sebesar 7,66 persen atau 87.907 wisman, Tiongkok 6,54 persen atau 74.968, dan India sebesar 4,68 persen atau 53.628 wisman. "Tiongkok biasanya paling banyak, sekarang keempat karena pemerintahnya mengimbau dan memberikan warning karena letusan Gunung Agung di Bali," ungkap dia seperti dilansir detik.
Pada Desember lalu kunjungan wisman asal Tiongkok hanya 11.422 (lewat udara) dan 108 wisman lewat laut. Jauh anjlok dibanding dengan Desember 2016 , dimana wisman asal Negeri Tirai Bambu tersebut mencapai 83.743 orang.
Jumlah wisman China yang hanya 11-an ribu orang itu menjadikan China terlempar dari 5 besar negara dengan jumlah wisman terbanyak ke Bali. Dengan jumlah turis yang masuk ke Indonesia membuat tingkat penghunian kamar (TPK) hotel naik 1,65 poin menjadi 59,53 sepanjang 2017 dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 56,50.
Andalan Devisa Meski tak mencapai target, sektor pariwisata kembali diandalkan sebagai penopang perolehan devisa pada tahun ini. Sektor ini akan jadi penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia di 2018, yakni sebesar 20 miliar dollar AS atau naik sekitar 20 persen dari tahun 2017 yang sekitar 16,8 miliar dollar AS.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, peningkatan devisa tersebut berasal dari target 17 juta wisatawan mancanegara yang tahun ini dipercaya bisa tumbuh 22 persen dari tahun lalu.
"Jadi pertumbuhan 22% itu adalah pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara yang ada di Indonesia karena QPI (quality performance index) tertinggi pariwisata itu adalah mendatangkan wisman atau menghasilkan devisa. Pariwisata akan menjadi penghasil devisa terbesar," katanya dalam rapat kerja Kemendag di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (1/2).
Adapun jumlah kunjungan wisata di Indonesia saat ini masih didominasi dari wisatawan domestik atau wisatawan nusantara (wisnu). Tahun ini ditargetkan sebanyak 270 juta wisnu. *K17
1
Komentar