Pura Beji Kembali Kena Terjangan Banjir
Pura Beji Desa Pakraman Tonja, Kelurahan Tonja, Denpasar Timur, kembali tergerus banjir bandang Tukad Ayung, Kamis (1/2) sekitar pukul 05.00 Wita.
DENPASAR, NusaBali
Meluapnya Tukad Ayung akibat hujan yang melanda kawasan Denpasar sejak dinihari menyebabkan arus air sungai membesar dari hulu. Akibatnya, tunjuk Pura Beji yang terbuat dari kayu hanyut terbawa arus.
Dari pantauan, selain padmasana, wantilan yang berada di sebelah barat sungai juga terkena luapan air. Bahkan, Palinggih Ratu Niang Sakti yang berada di selatan padmasana, Palinggih Balabaka, yang berada di pojok utara wantilan juga tidak luput dari terjangan banjir. Beruntungnya, tidak ada yang rusak. Gelondongan kayu, dan sampah ranting terbawa air juga terlihat tersangkut pada padmasana.
Pamangku Pura Beji yang sekaligus Pamangku Pura Puseh Desa Adat Tonja, Jero Mangku Made Sudiartha saat ditemui di lokasi mengatakan, terjangan banjir tersebut sudah setiap tahun terjadi. Kata Jero Mangku, pihaknya tidak bisa berupaya apapun untuk menghadang laju air dan alam yang sudah mengharuskan pura tersebut kena imbasnya.
Jero Mangku juga mengatakan, pura yang dijadikan tempat melasti setiap rahina kesanga ini setiap kali hujan deras, selalu tergerus. Namun kali ini hanya sebatas tunjuk saja yang hanyut. Berbeda dengan tahun sebelumnya, air yang menerjang sampai menghancurkan pura bahkan wantilan hingga roboh. "Yang ini lebih kecil dari tahun sebelumnya. Karena sudah dipasangi kayak jelinjing, tapi tetap saja masih bisa masuk pura, ya namanya juga alam," kata Jero Mangku.
Lanjutnya, untuk perbaikan setiap tahunnya itu dilakukan oleh Desa Adat Tonja. Sehingga dengan tergerusnya sekarang ini, kedepannya kata Jero Mangku pihaknya masih akan melakukan rembug. Apakah akan diperbaiki atau tidak sehingga bisa dipakai lagi menjelang Nyepi bulan depan.
"Sebelum diperbaiki mungkin akan dilakukan pengulapan dulu, jadi tidak bisa dilakukan sendiri. Karena ini milik desa adat, jadi kami harus rembug dulu kapan akan dilakukan pengulapan atau perbaikan. Mudah-mudahan bisa secepatnya, agar bisa dipakai melasti lagi saat Nyepi bulan depan. Ini kan sudah dekat bisa apa tidak tergantung hasil paruman," ungkapnya.
Disamping itu, kata Jero Mangku, jika memang ingin tidak tergerus sudah sepatutnya dilakukan pembuatan panyengker, karena saat ini masih rendah sehingga air besar bisa masuk ke pelataran pura. "Mudah-mudahan pemerintah bisa membantu untuk pembuatan temboklah minimalnya biar tidak masuk lagi airnya ke areal pura," tandasnya. *m
Dari pantauan, selain padmasana, wantilan yang berada di sebelah barat sungai juga terkena luapan air. Bahkan, Palinggih Ratu Niang Sakti yang berada di selatan padmasana, Palinggih Balabaka, yang berada di pojok utara wantilan juga tidak luput dari terjangan banjir. Beruntungnya, tidak ada yang rusak. Gelondongan kayu, dan sampah ranting terbawa air juga terlihat tersangkut pada padmasana.
Pamangku Pura Beji yang sekaligus Pamangku Pura Puseh Desa Adat Tonja, Jero Mangku Made Sudiartha saat ditemui di lokasi mengatakan, terjangan banjir tersebut sudah setiap tahun terjadi. Kata Jero Mangku, pihaknya tidak bisa berupaya apapun untuk menghadang laju air dan alam yang sudah mengharuskan pura tersebut kena imbasnya.
Jero Mangku juga mengatakan, pura yang dijadikan tempat melasti setiap rahina kesanga ini setiap kali hujan deras, selalu tergerus. Namun kali ini hanya sebatas tunjuk saja yang hanyut. Berbeda dengan tahun sebelumnya, air yang menerjang sampai menghancurkan pura bahkan wantilan hingga roboh. "Yang ini lebih kecil dari tahun sebelumnya. Karena sudah dipasangi kayak jelinjing, tapi tetap saja masih bisa masuk pura, ya namanya juga alam," kata Jero Mangku.
Lanjutnya, untuk perbaikan setiap tahunnya itu dilakukan oleh Desa Adat Tonja. Sehingga dengan tergerusnya sekarang ini, kedepannya kata Jero Mangku pihaknya masih akan melakukan rembug. Apakah akan diperbaiki atau tidak sehingga bisa dipakai lagi menjelang Nyepi bulan depan.
"Sebelum diperbaiki mungkin akan dilakukan pengulapan dulu, jadi tidak bisa dilakukan sendiri. Karena ini milik desa adat, jadi kami harus rembug dulu kapan akan dilakukan pengulapan atau perbaikan. Mudah-mudahan bisa secepatnya, agar bisa dipakai melasti lagi saat Nyepi bulan depan. Ini kan sudah dekat bisa apa tidak tergantung hasil paruman," ungkapnya.
Disamping itu, kata Jero Mangku, jika memang ingin tidak tergerus sudah sepatutnya dilakukan pembuatan panyengker, karena saat ini masih rendah sehingga air besar bisa masuk ke pelataran pura. "Mudah-mudahan pemerintah bisa membantu untuk pembuatan temboklah minimalnya biar tidak masuk lagi airnya ke areal pura," tandasnya. *m
Komentar