Dinas LHK Badung Kerahkan Mobil Khusus Tangani Badai Pasir
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kabupaten Badung konsentrasi tangani badai pasir yang mengakibatkan penumpukan pasir di Jalan Raya Pantai Kuta hingga Legian, Kecamatan Kuta.
MANGUPURA, NusaBali
Pembersihan pasir di jalan raya dilakukan dengan kendaraan khusus milik Dinas LHK. Sementara petugas kebersihan juga masih harus menangani sampah kiriman. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Badung I Putu Merthawan, mengatakan penanganan sampah kiriman dilakukan secara manual. Setelah terjadi pasang air laut tertinggi, kondisi pasir pantai gembur sehingga roda alat berat tak bisa berjalan. Akibat pasang tertinggi itu gundukan sampah kiriman bergeser lebih dekat ke daratan. Untuk sementara pihaknya konsentrasi menangani badai pasir di Jalan Raya Pantai Kuta.
Gundukan sampah kiriman di Pantai Kedonganan, Kecamatan Kuta, bahkan sampai pada usaha bar milik warga setempat. Perpindahan gundukan sampah itu diakibatkan karena terjadi air laut pasang tertinggi pada Rabu (31/1). Gundukan sampah kirman itu terjadi sepanjang Pantai Kedonganan hingga Jimbaran. Sampah kiriman didominasi oleh sampah batang kayu dan plastik bekas gelas air mineral. “Pasir pantai gembur dan pada pagi hari terjadi air pasang. Jika air laut pasang alat berat off karena tak bisa jalan,” tutur Merthawan.
Sejak 31 Januari lalu pihaknya konsentrasi menangani masalah badai pasir yang menumpuk di jalan akibat tertiup angin di Kuta. Dinas LHK menurunkan tim transformer dan satu unit mobil tangki dilengkapi alat vakum untuk menyedot pasir. Pihaknya konsen menangani masalah ini karena berkaitan dengan keselamatan pengendara. Jika dibiarkan terlalu lama maka pasir akan mengeras dan membahayakan pengendara.
Menurutnya, membersihkan pasir lebih sulit dibandingkan dengan membersihkan sampah plastik di pinggir pantai. Kesulitan terjadi saat lalu lintas yang padat juga akibat penumpukan pasir yang sudah mengeras. “Pasir ini sangat membahayan pengendara. Badai pasir yang terjadi sejak dua hari lalu ini terjadi di sepanjang jalan dari Pantai Kuta sampai Legian. Pembersihan sudah kami lakukan terus dengan menurunkan tim transformer. Petugas atau tim transformer dan unit mobil tangki penyedot akan standby di sana,” ujar Merthawan.
Terkait terjadinya air pasang tertinggi pada Rabu malam, Kepala Subbidang Pengumpulan dan Penyebaran Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan (BBMKG) Wilayah III Denpasar Ardhianto Septiadhi dikonfirmasi, Kamis (1/2), mengungkapkan terjadi akibat gerhana bulan total perigi pada Rabu (31/1). Ketika terjadi bulan purnama maka pasang air laut lebih besar dari biasanya.
Mengapa terjadi air pasang lebih tinggi dari normalnya? Septiadhi menjelaskan bulan dan bumi memiliki gravitasi masing-masing. Kedua gaya gravitasi ini saling mempengaruhi satu sama lain. Antara pusat bumi dan pusat bulan terjadi gaya saling tarik menarik akibat gravitasi tersebut. Gaya ini mengakibatkan bumi sedikit tertarik ke arah bulan. Inilah yang mendasari terjadinya pasang surut air laut.
Kondisi saat air laut naik tinggi terjadi dua kali, yaitu pada saat bulan purnama dan bulan baru. Di belahan bumi yang mengalami bulan purnama, jarak antara air laut dan pusat bulan lebih dekat daripada jarak antara pusat bumi dengan pusat bulan. Akibatnya, gravitasi bulan menarik air laut lebih kuat daripada bumi. Ini mengakibatkan air laut sedikit menggembung terhadap permukaan bumi, dan jadilah pasang naik.
Sebaliknya, di belahan bumi yang mengalami bulan baru (bulan mati) jarak air laut dan pusat bulan lebih jauh daripada jarak antara pusat bumi dengan pusat bulan. Akibatnya, gravitasi bulan menarik bumi lebih kuat daripada air laut di bagian tersebut. Ini mengakibatkan air laut juga sedikit menggembung terhadap permukaan bumi dan jadilah pasang naik.
“Pasang surut yang terjadi kali ini adalah yang terbesar dari pasang surut bulan purnama biasanya. Pasang surut kali ini terjadi lebih besar karena terjadi gerhana bulan total perigi. Matahari, bumi, dan bulan berada dalam satu lintasan. Jarak antara air laut dan pusat bulan lebih dekat,” jelasnya. *p
Gundukan sampah kiriman di Pantai Kedonganan, Kecamatan Kuta, bahkan sampai pada usaha bar milik warga setempat. Perpindahan gundukan sampah itu diakibatkan karena terjadi air laut pasang tertinggi pada Rabu (31/1). Gundukan sampah kirman itu terjadi sepanjang Pantai Kedonganan hingga Jimbaran. Sampah kiriman didominasi oleh sampah batang kayu dan plastik bekas gelas air mineral. “Pasir pantai gembur dan pada pagi hari terjadi air pasang. Jika air laut pasang alat berat off karena tak bisa jalan,” tutur Merthawan.
Sejak 31 Januari lalu pihaknya konsentrasi menangani masalah badai pasir yang menumpuk di jalan akibat tertiup angin di Kuta. Dinas LHK menurunkan tim transformer dan satu unit mobil tangki dilengkapi alat vakum untuk menyedot pasir. Pihaknya konsen menangani masalah ini karena berkaitan dengan keselamatan pengendara. Jika dibiarkan terlalu lama maka pasir akan mengeras dan membahayakan pengendara.
Menurutnya, membersihkan pasir lebih sulit dibandingkan dengan membersihkan sampah plastik di pinggir pantai. Kesulitan terjadi saat lalu lintas yang padat juga akibat penumpukan pasir yang sudah mengeras. “Pasir ini sangat membahayan pengendara. Badai pasir yang terjadi sejak dua hari lalu ini terjadi di sepanjang jalan dari Pantai Kuta sampai Legian. Pembersihan sudah kami lakukan terus dengan menurunkan tim transformer. Petugas atau tim transformer dan unit mobil tangki penyedot akan standby di sana,” ujar Merthawan.
Terkait terjadinya air pasang tertinggi pada Rabu malam, Kepala Subbidang Pengumpulan dan Penyebaran Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan (BBMKG) Wilayah III Denpasar Ardhianto Septiadhi dikonfirmasi, Kamis (1/2), mengungkapkan terjadi akibat gerhana bulan total perigi pada Rabu (31/1). Ketika terjadi bulan purnama maka pasang air laut lebih besar dari biasanya.
Mengapa terjadi air pasang lebih tinggi dari normalnya? Septiadhi menjelaskan bulan dan bumi memiliki gravitasi masing-masing. Kedua gaya gravitasi ini saling mempengaruhi satu sama lain. Antara pusat bumi dan pusat bulan terjadi gaya saling tarik menarik akibat gravitasi tersebut. Gaya ini mengakibatkan bumi sedikit tertarik ke arah bulan. Inilah yang mendasari terjadinya pasang surut air laut.
Kondisi saat air laut naik tinggi terjadi dua kali, yaitu pada saat bulan purnama dan bulan baru. Di belahan bumi yang mengalami bulan purnama, jarak antara air laut dan pusat bulan lebih dekat daripada jarak antara pusat bumi dengan pusat bulan. Akibatnya, gravitasi bulan menarik air laut lebih kuat daripada bumi. Ini mengakibatkan air laut sedikit menggembung terhadap permukaan bumi, dan jadilah pasang naik.
Sebaliknya, di belahan bumi yang mengalami bulan baru (bulan mati) jarak air laut dan pusat bulan lebih jauh daripada jarak antara pusat bumi dengan pusat bulan. Akibatnya, gravitasi bulan menarik bumi lebih kuat daripada air laut di bagian tersebut. Ini mengakibatkan air laut juga sedikit menggembung terhadap permukaan bumi dan jadilah pasang naik.
“Pasang surut yang terjadi kali ini adalah yang terbesar dari pasang surut bulan purnama biasanya. Pasang surut kali ini terjadi lebih besar karena terjadi gerhana bulan total perigi. Matahari, bumi, dan bulan berada dalam satu lintasan. Jarak antara air laut dan pusat bulan lebih dekat,” jelasnya. *p
1
Komentar