Rabies Telan Korban Nyawa di Tejakula
Ada tiga desa di Kecamatan Tejakula yang masuk zona rabies, yakni Desa Sambirenteng, Desa Tejekula, Desa Tembok
Korban Ketut Wijaya Digigit Anjing Bulan Lalu, tapi Tidak Disuntik VAR
SINGARAJA, NusaBali
Wabah rabies mulai menelan korban nyawa di awal tahun 2018. Korban pertama adalah Ketut Wijaya, 50, warga Banjar Kajanan, Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng yang menghembuskan napas terakhir di Ruang Isolasi RSUD Buleleng, Kamis (1/2) siang pukul 14.45 Wita. Korban Ketut Wijaya yang sempat digigit anjing, namun tak sempat disuntik VAR, dinyatakan positif rabies.
Korban Ketut Wijaya sendiri dilarikan ke RSUD Buleleng di Jalan Ngurah Rai Singaraja, Kamis dinihari sekitar pukul 00.30 Wita, karena kondisinya drop. Namun, korban hanya sempat selama 14 jam dirawat di Ruang Isolasi RSUD Buleleng, sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir, siang sekitar pukul 14.45 Wita.
Istri korban, Ketut Suartini, 49, menceritakan almarhum suaminya memang memiliki riwayat tergigit anjing, sebulan yang lalu. Hanya saja, dia tidak tahu persis tanggal dan di mana suaminya digigit anjing. “Sekitar sebulan lalu, suami saya memang sempat bilang digigit anjing di betis kiri. Saya baru tahu keesokan harinya, setelah almarhum minta minyak bokasi untuk dioleskan di lukanya,” kenang Ketut Suartini saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Kajanan, Desa Tejakula, Jumat (2/2).
Menurut Suartini, luka gigitan anjing yang dialami suaminya tidak parah. Almarhum dan keluarganya pun mengabaikan begitu saja, meskipun itu luka gigitan anjing liar yang tidak diketahui asal-usulnya. Almarhum juga tidak sempat disuntik VAR (vaksin anti rabies).
Namun, kondisi tak beres baru dirasakan korban Ketut Wijaya, sejak sepekan terakhir. Almarhum kemudian mengeluhkan susah menelan makanan dan susah buang air kecil, Rabu (31/1) malam. Setelah mengeluh seperti itu, keluarga kemudian mengajak almarhum berobat ke Puskesmas Tejakula 1. Saat diperiksa di Puskesmas, tim medis langsung curiga korban Ketut Wijaya terjangkit rabies, dengan ciri-ciri yang dideritanya.
Begitu dokter di Puskesmas mengetahui ada riwayat tergigit anjing, korban Ketut Wijaya langsung dirujuk ke RSUD Buleleng di Singaraja. Almarhum pun masuk RSUD Buleleng, Kamis dinihari sekitar pukul 00.30 Wita dan langsung ditangani oleh tim medis. Saat itu, korban mengeluh sesak napas, mual, takut angin, dan takut air, sebagaimana umumnya pasien terjangkit rabies.
“Karena keluhan sakit yang dideritanya semakin keras, suami saya akhirnya dipindahkan ke Ruang Isolasi RSUD Buleleng,” papar Suartini. Namun, korban Ketut Wijaya hanya bertahan 14 jam, sebelum kemudian dinyatakan meninggal, Kamis siang pukul 14.45 Wita.
Selama masa inkubasi rabies, menurut Suartini, tidak ada ciri-ciri menonjol yang dialami suaminya. Almarhum hanya mengeluh sakit sejak sepekan terakhir menjelang kematiannya. Suartini mengaku tidak mendapat firasat dan mimpi buruk sebelum ditinggal mati sang suami yang kesehariannya bekerja sebagai petani. “Tak ada firasat apa pun sebelum kematian almarhum,” katanya.
Almarhum Ketut Wijaya sendiri berpulang buat selamanya dengan meninggalkan seorang istri dan tiga anak lagi-laki: I Gede Dony Angga Wijaya, 16, I Made Beny Surya Wijaya, 11, dan I Komang Darma Wijaya, 7. Hingga Jumat kemarin, jenazah almarhum masih disemayamkan di rumah duka. Rencananya, jenazah almarhum akan diabenkan pihak keluarga di Setra Desa Pakraman Tejakula pada Soma Umanis Bala, Senin (5/1) lusa.
Sementara itu, Humas RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara, mengatakan kematian Ketut Wijaya disebabkan karena kasus gigitan anjing rabies. Sesuai dengan diagnose dokter yang merawatnya, kata Budiantara, korban mengalami gejala terjangkit rabies, seperti mual, muntah, sesak napas, takut air, dan terus menerus keluar air liur dari mulutnya.
“Analisa awal memang karena suspect rabies. Bekas gigitan anjing ada di bagian kaki sebelah kiri. Tapi, untuk memastikannya, perlu pemeriksaan laboratorium. Yang jelas, ciri-ciri awal memang suspect rabies,” tandas Budiantara saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di RSUD Buleleng, Jumat kemarin.
Menurut Budiantara, apa yang dialami almarhum Ketut Wijaya merupakan kasus suspect rabies pertama di Buleleng tahun 2018. Pihaknya berharap kasus ini tidak disusul dengan kasus serupa ke depannya. Budiantara juga mengimbau masyarakat yang sempat digigit anjing agar segera melapor, untuk mendapatkan penanganan yang cepat agar terhindar dari ancaman rabies.
Di sisi lain, Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Buleleng, drh I Wayan Susila, mengatakan pihaknya terus melakukan upaya penekanan kasus rabies di Gumi Panji Sakti. Salah satunya, dengan vaksinasi massal dan eliminasi tertarget di wilayah yang masuk zona merah rabies.
Menurut Wayan Susila, Desa Tejakula merupakan satu dari tiga desa di Kecamatan Tejakula, Buleleng yang masuk dalam zona merah rabies. Dua desa zona rabies lainnya masing-masing Desa Sambirenteng dan Desa Tembok yang berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Kubu, Karangasem.
Dengan adanya kasus gigitan positif rabies hingga menelan korban jiwa, kata Susila, pihaknya segera akan melakukan eliminasi (anjing) tertarget di Desa Tejakula. “Segera kita lakukan eliminasi tertarget. Karena geografis Buleleng dan jumlah populasi anjing yang snagat tinggi, kita harus berjuang keras mengantisipasi amcaman rabies,” kata Susila yang dihubungi NusaBali secara terpisah di Singaraja, Jumat kemarin.
Sementara, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Buleleng, dr Gede Suaryawan, mengatakan pihaknya saat ini masih menunggu hasil uji laboratorium sampel cairan air liur (saliva) korban Ketut Wijaya. Menurut dr Suaryawan, saliva korban sudah dikirim ke Laboratorium Biologi Molekuler (Biomol) Fakultas Kedokteran Unud di Denpasar. “Perlu waktu dua minggu untuk men-dapatkan hasilnya,” kata dr Suaryawan.
Namun demikian, lanjut dr Suaryawan, melihat gejala-gejala klinisnya, korban Ketut Wijaya diyakini memang positif terjangkit rabies. Pihaknya melihat etiologis, kronologis, dan hasil penyelidikan epidomologis menunjukkan hasil positif terjangkit virus rabies. Hal ini dikuatkan dengan daerah tempat tinggal korban yakni di Desa Tejakula, yang masuk dalam zona merah rabies. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Wabah rabies mulai menelan korban nyawa di awal tahun 2018. Korban pertama adalah Ketut Wijaya, 50, warga Banjar Kajanan, Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng yang menghembuskan napas terakhir di Ruang Isolasi RSUD Buleleng, Kamis (1/2) siang pukul 14.45 Wita. Korban Ketut Wijaya yang sempat digigit anjing, namun tak sempat disuntik VAR, dinyatakan positif rabies.
Korban Ketut Wijaya sendiri dilarikan ke RSUD Buleleng di Jalan Ngurah Rai Singaraja, Kamis dinihari sekitar pukul 00.30 Wita, karena kondisinya drop. Namun, korban hanya sempat selama 14 jam dirawat di Ruang Isolasi RSUD Buleleng, sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir, siang sekitar pukul 14.45 Wita.
Istri korban, Ketut Suartini, 49, menceritakan almarhum suaminya memang memiliki riwayat tergigit anjing, sebulan yang lalu. Hanya saja, dia tidak tahu persis tanggal dan di mana suaminya digigit anjing. “Sekitar sebulan lalu, suami saya memang sempat bilang digigit anjing di betis kiri. Saya baru tahu keesokan harinya, setelah almarhum minta minyak bokasi untuk dioleskan di lukanya,” kenang Ketut Suartini saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Kajanan, Desa Tejakula, Jumat (2/2).
Menurut Suartini, luka gigitan anjing yang dialami suaminya tidak parah. Almarhum dan keluarganya pun mengabaikan begitu saja, meskipun itu luka gigitan anjing liar yang tidak diketahui asal-usulnya. Almarhum juga tidak sempat disuntik VAR (vaksin anti rabies).
Namun, kondisi tak beres baru dirasakan korban Ketut Wijaya, sejak sepekan terakhir. Almarhum kemudian mengeluhkan susah menelan makanan dan susah buang air kecil, Rabu (31/1) malam. Setelah mengeluh seperti itu, keluarga kemudian mengajak almarhum berobat ke Puskesmas Tejakula 1. Saat diperiksa di Puskesmas, tim medis langsung curiga korban Ketut Wijaya terjangkit rabies, dengan ciri-ciri yang dideritanya.
Begitu dokter di Puskesmas mengetahui ada riwayat tergigit anjing, korban Ketut Wijaya langsung dirujuk ke RSUD Buleleng di Singaraja. Almarhum pun masuk RSUD Buleleng, Kamis dinihari sekitar pukul 00.30 Wita dan langsung ditangani oleh tim medis. Saat itu, korban mengeluh sesak napas, mual, takut angin, dan takut air, sebagaimana umumnya pasien terjangkit rabies.
“Karena keluhan sakit yang dideritanya semakin keras, suami saya akhirnya dipindahkan ke Ruang Isolasi RSUD Buleleng,” papar Suartini. Namun, korban Ketut Wijaya hanya bertahan 14 jam, sebelum kemudian dinyatakan meninggal, Kamis siang pukul 14.45 Wita.
Selama masa inkubasi rabies, menurut Suartini, tidak ada ciri-ciri menonjol yang dialami suaminya. Almarhum hanya mengeluh sakit sejak sepekan terakhir menjelang kematiannya. Suartini mengaku tidak mendapat firasat dan mimpi buruk sebelum ditinggal mati sang suami yang kesehariannya bekerja sebagai petani. “Tak ada firasat apa pun sebelum kematian almarhum,” katanya.
Almarhum Ketut Wijaya sendiri berpulang buat selamanya dengan meninggalkan seorang istri dan tiga anak lagi-laki: I Gede Dony Angga Wijaya, 16, I Made Beny Surya Wijaya, 11, dan I Komang Darma Wijaya, 7. Hingga Jumat kemarin, jenazah almarhum masih disemayamkan di rumah duka. Rencananya, jenazah almarhum akan diabenkan pihak keluarga di Setra Desa Pakraman Tejakula pada Soma Umanis Bala, Senin (5/1) lusa.
Sementara itu, Humas RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara, mengatakan kematian Ketut Wijaya disebabkan karena kasus gigitan anjing rabies. Sesuai dengan diagnose dokter yang merawatnya, kata Budiantara, korban mengalami gejala terjangkit rabies, seperti mual, muntah, sesak napas, takut air, dan terus menerus keluar air liur dari mulutnya.
“Analisa awal memang karena suspect rabies. Bekas gigitan anjing ada di bagian kaki sebelah kiri. Tapi, untuk memastikannya, perlu pemeriksaan laboratorium. Yang jelas, ciri-ciri awal memang suspect rabies,” tandas Budiantara saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di RSUD Buleleng, Jumat kemarin.
Menurut Budiantara, apa yang dialami almarhum Ketut Wijaya merupakan kasus suspect rabies pertama di Buleleng tahun 2018. Pihaknya berharap kasus ini tidak disusul dengan kasus serupa ke depannya. Budiantara juga mengimbau masyarakat yang sempat digigit anjing agar segera melapor, untuk mendapatkan penanganan yang cepat agar terhindar dari ancaman rabies.
Di sisi lain, Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Buleleng, drh I Wayan Susila, mengatakan pihaknya terus melakukan upaya penekanan kasus rabies di Gumi Panji Sakti. Salah satunya, dengan vaksinasi massal dan eliminasi tertarget di wilayah yang masuk zona merah rabies.
Menurut Wayan Susila, Desa Tejakula merupakan satu dari tiga desa di Kecamatan Tejakula, Buleleng yang masuk dalam zona merah rabies. Dua desa zona rabies lainnya masing-masing Desa Sambirenteng dan Desa Tembok yang berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Kubu, Karangasem.
Dengan adanya kasus gigitan positif rabies hingga menelan korban jiwa, kata Susila, pihaknya segera akan melakukan eliminasi (anjing) tertarget di Desa Tejakula. “Segera kita lakukan eliminasi tertarget. Karena geografis Buleleng dan jumlah populasi anjing yang snagat tinggi, kita harus berjuang keras mengantisipasi amcaman rabies,” kata Susila yang dihubungi NusaBali secara terpisah di Singaraja, Jumat kemarin.
Sementara, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Buleleng, dr Gede Suaryawan, mengatakan pihaknya saat ini masih menunggu hasil uji laboratorium sampel cairan air liur (saliva) korban Ketut Wijaya. Menurut dr Suaryawan, saliva korban sudah dikirim ke Laboratorium Biologi Molekuler (Biomol) Fakultas Kedokteran Unud di Denpasar. “Perlu waktu dua minggu untuk men-dapatkan hasilnya,” kata dr Suaryawan.
Namun demikian, lanjut dr Suaryawan, melihat gejala-gejala klinisnya, korban Ketut Wijaya diyakini memang positif terjangkit rabies. Pihaknya melihat etiologis, kronologis, dan hasil penyelidikan epidomologis menunjukkan hasil positif terjangkit virus rabies. Hal ini dikuatkan dengan daerah tempat tinggal korban yakni di Desa Tejakula, yang masuk dalam zona merah rabies. *k23
Komentar