nusabali

Siswa SDN 3 Munduk Belum Bersekolah

  • www.nusabali.com-siswa-sdn-3-munduk-belum-bersekolah

Selalu jadi langganan bencana, SDN 3 Munduk punya dua pilihan; relokasi sekolah atau membangun ulang dengan menaikkan posisi pondasi bangunan.

Aktivitas Belajar Tunggu Ruang Kelas Bersih


SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng, memastikan seluruh siswa di SDN 3 Desa Munduk, Kecamatan Banjar  tidak akan dilakukan pemindahan lokasi belajar-mengajar, meski pihak sekolah sempat mencari alternatif akibat seluruh ruang kelas penuh dengan lumpur dan batu akibat bencana air bah pada 31 Januari lalu.

Alasannya tempat yang dijadikan alternatif proses belajar mengajar di Balai Banjar Tamblingan, dinilai terlalu jauh. Sehingga siswa dikhawatirkan tidak bersedia mengikuti proses belajar itu. “Kalau kita carikan alternatif tempat misalnya pinjam untuk sementara, ini juga akan bermasalah. Karena lokasi tempat tinggal anak (murid,red) tidak mungkin dekat dengan lokasi tempat yang dipinjam sementara,” kata Kepala Disdikpora Buleleng, I Gede Suyasa dikonfirmasi, Jumat (2/2).

Dikatakan, dalam relokasi siswa, meski sifatnya sementara, tidak sebatas mempertimbangkan sarana dan prasarana (sarpas) pendidikan itu, tetapi harus juga mempertimbangkan akses menuju sekolah tersebut. Karena jika lokasinya terlalu jauh, siswa juga tidak bisa mengakses dengan mudah. “Justru nanti siswa tidak bisa sekolah karena lokasinya jauh. Jadi tetap memakai sekolah yang sudah ada. Makanya sekarang kita fokus membersihkan seluruh ruangan dari lumpur dan batu, termasuk memulihkan kondisi psikologi anak-anak,” imbuh Suyasa.

Pihak sekolah sendiri mengaku sudah berkoordinasi meminjam Balai Banjar Tamblingan yang berjarak hampir 1,5 kilometer dari lokasi sekolah, sebagai alternatif selama pembersihan seluruh ruang kelas dari lumpur dan batu akibat bencana air bah. Dengan alternatif itu, seluruh siswa sebanyak 109 orang, tetap dapat mengikuti proses belajar mengajar seperti biasa.

Menurut Kepala Disdikpora I Gede Suyasa, pihaknya mempertimbangkan dua opsi penanganan sekolah-sekolah yang rawan terhadap bencana. Apalagi sekolah tersebut langganan bencana tiap tahunnya seperti di SDN 3 Munduk. Dua opsi yang dipertimbangkan adalah relokasi sekolah ke lokasi yang lebih aman, atau membangun ulang dengan menaikkan posisi pondasi bangunan. “Kami memang mengusulkan relokasi atau membangun ulang, seperti SDN 1 Desa Baktiseraga, kita bangun ulang itu, sehingga ketika bencana bangunan itu masih kokoh,” katanya.

Dua opsi yang memungkinkan dalam penanganan SDN 3 Munduk, adalah opsi membangun ulang dengan menaikkan pondasi bangunan. Masalahnya, upaya relokasi sangat tidak mungkin karena kendala lahan. Hampir semua lahan yang di sekitar wilayah itu merupakan lahan hak milik perseorangan. “Jadi yang memungkinkan dengan revitalisasi. Kebutuhan dananya untuk enam ruang kelas rata-ratasekitar Rp 1,4 miliar,” terang Suyasa.

Sebelumnya, SDN 3 Munduk diterjang air bah pada Rabu (31/1) malam. Akibatnya, seluruh aktivitas belajar mengajar dihentikan sampai batas waktu yang tidak ditentukan karena seluruh ruang kelas penuh dengan lumpur dan bantu seukuran batok kelapa. Bencana serupa pernah terjadi pada tahun 2017 lalu, namun tidak separah tahun ini. Lokasi SDN 3 Munduk, sudah menjadi langganan bencana, ketika musim penghujan. *k19

Komentar