Pendidikan Keluarga Cukup Berat di 'Zaman Now'
Peranan keluarga sebagai pendidik pertama dan utama harus dikuatkan dalam menghadapi tantangan ‘zaman now’.
DENPASAR, NusaBali
Sebab di era kekinian, tantangan karakter generasi muda semakin kompleks. Peran pendidikan paling dini itu harus diperbaiki, dirajut dan dirawat di dalam keluarga. Hal itu terungkap dalam Seminar Nasional bertema ‘Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Good, Trust, Smart (GTS) Melalui Pendidikan Keluarga’ di Auditorium Perdiknas, Jalan Tukad Yeh Aya, Denpasar, Jumat (2/2). Seminar ini diselenggarakan oleh Perkumpulan Pendidikan Nasional (Perdiknas) Denpasar dalam menyambut usia ke-49 bekerjasama dengan Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Bali, dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum dan Masalah Keluarga Kongres Wanita Indonesia (Kowani), untuk terus mendorong pendidikan utama di keluarga.
Seminar selain menghadirkan Ketua Perdiknas Denpasar, Dr AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda, SH MM MH, juga menghadirkan pembicara dari Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum dan Masalah Keluarga Kowani, Dr Charletty Choesyana MPsi, dan Guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMP Nasional Denpasar, IGA Made Suci Astika Dewi SPd MPd. Dalam acara tersebut juga menghadirkan keynote speaker Ketua Umum Kowani, Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo MPd. Adapun acara diskusi dimoderatori oleh Wakil Ketua Bidang Pendidikan BKOW Provinsi Bali, Luh Putu Sukarini SST SE MM MKes.
“Kami ingin kembali menguatkan bahwa organisasi perempuan itu memang harus menjadi titik sentralnya, dari program unggulan bagaimana pengembangan karakter anak mulai dari pendidikan keluarga. Karena kami tidak bisa mempengaruhi regulasi dari pemerintah untuk bisa mengubah, tapi kami mencoba untuk memberikan pemahaman kepada pemerintah dan masyarakat bahwa ketika mau berubah otomatis akan berubah,” ungkap Ketua Perdiknas, Tini Gorda.
Menurut Tini Gorda, penguatan pendidikan keluarga sebenarnya sudah dikonsep dalam BKOW Bali sejak 10 tahun lalu. Dengan harapan, bahwa keluarga tidak banyak menyalahkan di luar diri, namun terus mengevaluasi diri terhadap peran pendidikan keluarga ini. “Saya ingin mencoba mengajak teman-teman, tidak usah menyalahkan di luar dari diri kita. Tetap evaluasi itu ada di diri kita. Kita yang mengevaluasi diri kita, bagaimana bisa inovasi, kreativitas dan adaptif. Adaptif maksudnya bagaimana kita beradaptasi dengan lingkungan zaman now,” katanya.
Menurutnya, ada tantangan karakter generasi muda saat ini kian kompleks. Seperti meningkatnya kekerasan terutama pada remaja, penggunaan bahasa yang kasar, pengaruh teman lebih kuat dari pengaruh keluarga, meningkatnya penyalahgunaan narkoba dan seks bebas, hilangnya nilai moral dan menurunnya nilai kebangsaan, hilangnya rasa hormat, serta meningkatnya tayangan media yang merusak mental. Peran orang tua kini cukup berat di zaman yang semakin berkembang modern. Karena itu, dia mencetuskan kosep 3M dalam menjalankan pendidikan keluarga, yaitu Memperbaiki, Merajut dan Merawat.
“Saya tidak akan mengatakan kalau teknologi itu negatif ya. Tetapi bagaimana menyadarkan sekarang para perempuan yang nanti calon-calon ibu ini, teknologi bisa berdampak positif. Kita tidak boleh takut dengan teknologi, melainkan kita tetap membentengi diri filter. Ibarat pegang pisau, bagaimana kita mempergunakannya agar berguna bukan malah menyakiti diri sendiri,” imbuhnya.
Sementara Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum dan Masalah Keluarga Kowani, Dr Charletty Choesyana MPsi, menambahkan, ada dua aspek penting dalam tumbuh kembang anak, yaitu nutrisi yang lengkap dan seimbang, serta stimulus atau rangsangan yang membangun tumbuh kembang karakter anak. jika dua hal ini bisa disinergikan, maka akan menghasilkan anak yang Good Trust dan Smart. “Anak yang disebut sehat itu tidak hanya sehat fisik, tapi emosional, spiritual dan sosial. Tumbuh kembang inilah yang harus dididik pertama oleh orang tua. Selain nutrisi lengkap dan seimbang, stimulasi dari orang tua juga berperan dalam membentuk karakter anak,” ungkapnya.
Mengutip beberapa teori para ahli, kata dia, pembentukan karakter anak bisa dengan mengajarkan nilai-nilai keagamaan, nilai ketuhanan, serta pendekatan sosial budaya. “Sangat penting peran ibu dan ayah bagi tumbuh kembang anak. Perilaku ayah dan ibu merupakan stimulasi dini bagi tumbuh kembang anak utamanya dalam kecerdasan anak,” tegasnya.
Sedangkan Guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMP Nasional Denpasar, IGA Made Suci Astika Dewi SPd MPd, menambahkan, sekolah sering disebut akar pendidikan anak. Padahal sekolah adalah tempat kedua setelah mendapatkan pendidikan pertama dari keluarganya. Jadi, tidak hanya sekolah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak, melainkan keluarga juga bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter anak tersebut.
Hal lainnya, keynote speaker Ketua Umum Kowani, Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo MPd menekankan peran perempuan yang mendapat mandat sebagai ‘Ibu Bangsa’. Artinya lewat pendidikan dari tangan perempuan (ibu) lah, generasi muda akan dibentuk sebagai generasi penerus republik ini yang berkarakter. *ind
Seminar selain menghadirkan Ketua Perdiknas Denpasar, Dr AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda, SH MM MH, juga menghadirkan pembicara dari Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum dan Masalah Keluarga Kowani, Dr Charletty Choesyana MPsi, dan Guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMP Nasional Denpasar, IGA Made Suci Astika Dewi SPd MPd. Dalam acara tersebut juga menghadirkan keynote speaker Ketua Umum Kowani, Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo MPd. Adapun acara diskusi dimoderatori oleh Wakil Ketua Bidang Pendidikan BKOW Provinsi Bali, Luh Putu Sukarini SST SE MM MKes.
“Kami ingin kembali menguatkan bahwa organisasi perempuan itu memang harus menjadi titik sentralnya, dari program unggulan bagaimana pengembangan karakter anak mulai dari pendidikan keluarga. Karena kami tidak bisa mempengaruhi regulasi dari pemerintah untuk bisa mengubah, tapi kami mencoba untuk memberikan pemahaman kepada pemerintah dan masyarakat bahwa ketika mau berubah otomatis akan berubah,” ungkap Ketua Perdiknas, Tini Gorda.
Menurut Tini Gorda, penguatan pendidikan keluarga sebenarnya sudah dikonsep dalam BKOW Bali sejak 10 tahun lalu. Dengan harapan, bahwa keluarga tidak banyak menyalahkan di luar diri, namun terus mengevaluasi diri terhadap peran pendidikan keluarga ini. “Saya ingin mencoba mengajak teman-teman, tidak usah menyalahkan di luar dari diri kita. Tetap evaluasi itu ada di diri kita. Kita yang mengevaluasi diri kita, bagaimana bisa inovasi, kreativitas dan adaptif. Adaptif maksudnya bagaimana kita beradaptasi dengan lingkungan zaman now,” katanya.
Menurutnya, ada tantangan karakter generasi muda saat ini kian kompleks. Seperti meningkatnya kekerasan terutama pada remaja, penggunaan bahasa yang kasar, pengaruh teman lebih kuat dari pengaruh keluarga, meningkatnya penyalahgunaan narkoba dan seks bebas, hilangnya nilai moral dan menurunnya nilai kebangsaan, hilangnya rasa hormat, serta meningkatnya tayangan media yang merusak mental. Peran orang tua kini cukup berat di zaman yang semakin berkembang modern. Karena itu, dia mencetuskan kosep 3M dalam menjalankan pendidikan keluarga, yaitu Memperbaiki, Merajut dan Merawat.
“Saya tidak akan mengatakan kalau teknologi itu negatif ya. Tetapi bagaimana menyadarkan sekarang para perempuan yang nanti calon-calon ibu ini, teknologi bisa berdampak positif. Kita tidak boleh takut dengan teknologi, melainkan kita tetap membentengi diri filter. Ibarat pegang pisau, bagaimana kita mempergunakannya agar berguna bukan malah menyakiti diri sendiri,” imbuhnya.
Sementara Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum dan Masalah Keluarga Kowani, Dr Charletty Choesyana MPsi, menambahkan, ada dua aspek penting dalam tumbuh kembang anak, yaitu nutrisi yang lengkap dan seimbang, serta stimulus atau rangsangan yang membangun tumbuh kembang karakter anak. jika dua hal ini bisa disinergikan, maka akan menghasilkan anak yang Good Trust dan Smart. “Anak yang disebut sehat itu tidak hanya sehat fisik, tapi emosional, spiritual dan sosial. Tumbuh kembang inilah yang harus dididik pertama oleh orang tua. Selain nutrisi lengkap dan seimbang, stimulasi dari orang tua juga berperan dalam membentuk karakter anak,” ungkapnya.
Mengutip beberapa teori para ahli, kata dia, pembentukan karakter anak bisa dengan mengajarkan nilai-nilai keagamaan, nilai ketuhanan, serta pendekatan sosial budaya. “Sangat penting peran ibu dan ayah bagi tumbuh kembang anak. Perilaku ayah dan ibu merupakan stimulasi dini bagi tumbuh kembang anak utamanya dalam kecerdasan anak,” tegasnya.
Sedangkan Guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMP Nasional Denpasar, IGA Made Suci Astika Dewi SPd MPd, menambahkan, sekolah sering disebut akar pendidikan anak. Padahal sekolah adalah tempat kedua setelah mendapatkan pendidikan pertama dari keluarganya. Jadi, tidak hanya sekolah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak, melainkan keluarga juga bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter anak tersebut.
Hal lainnya, keynote speaker Ketua Umum Kowani, Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo MPd menekankan peran perempuan yang mendapat mandat sebagai ‘Ibu Bangsa’. Artinya lewat pendidikan dari tangan perempuan (ibu) lah, generasi muda akan dibentuk sebagai generasi penerus republik ini yang berkarakter. *ind
1
Komentar