Istri Tewas, Suami Sekarat
Kepala belakang Ni Nyoman Pudak Arini berlumuran darah, dia tewas di TKP. Sedangkan suaminya, I Ketut Mendra minta pulang paksa dari RSUD Karangasem.
Pasutri Buruh Bangunan Tertimbun Tembok Penginapan
AMLAPURA, NusaBali
Pasangan suami istri yang bekerja sebagai buruh bangunan, I Ketut Mendra, 38, dan Ni Nyoman Pudak Arini, 35, dari Banjar Gulinten, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Karangasem, tertimbun tembok panyengker bangunan penginapan Bamboo Bali di Banjar Lebah, Desa Purwekerti, Kecamatan Abang, Karangasem, Sabtu (3/2). Akibatnya, sang istri Ni Nyoman Pudak Arini tewas di tempat, sedangkan I Ketut Mendra kondisinya sekarat.
Musibah terjadi saat jam istirahat usai bekerja, Sabtu siang kemarin sekitar pukul 12.30 Wita. Pasutri Ketut Mendra dan Ni Nyoman Pudak Arini berteduh sambil tidur-tiduran di bawah tenda beratap terpal. Namun tiba-tiba tembok panyengker roboh di tempat buruh itu berteduh di lokasi proyek penginapan Bamboo Bali.
Ada 15 orang buruh bangunan yang bekerja di proyek perluasan kamar penginapan di Bamboo Bali. Proyek tersebut untuk membangun lima kamar lagi. Mereka bekerja sejak 7 bulan lalu, diawali melakukan renovasi di bangunan yang telah ada, berlanjut membangun lima kamar baru di sisi utara bangunan sebelumnya. Bangunan yang dikerjakan baru sebatas pondasi dan tembok panyengker.
Setelah bekerja dari pukul 07.00 – 12.00 Wita, para pekerja istirahat. Tercatat enam buruh beristirahat di lokasi proyek, yang lainnya memilih istirahat di rumahnya. Dari enam buruh tersebut, termasuk sepasang suami istri, Ketut Mendra dan Ni Nyoman Pudak Arini, yang istirahat di bawah atap terpal. Keempat sudut terpal tersebut dibentangkan tali, kemudian diikatkan di atap tembok. Dua sudut terpal diikatkan di tembok panyengker, dua sudut terpal lainnya diikatkan di atas tembok yang baru dibangun.
Ternyata selama istirahat, hujan lebat turun. Pasutri Ketut Mendra dan Ni Nyoman Pudak Arini tetap saja istirahat di bawah terpal biru tersebut, sambil tidur-tiduran. Posisi pasutri tersebut dekat dengan tembok panyengker, sedangkan empat buruh lainnya, I Nyoman Sudiasih, 48, I Ketut Warta, 30, Ni Wayan Latri, 34, dan Ni Wayan Murtini, 33, dari Banjar Gulinten, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, posisinya agak jauh dari tembok.
Namun beberapa menit kemudian, terpal biru yang dipakai sebagai atap semakin banyak menampung air hujan, sehingga semakin berat. Maka secara tidak langsung tali yang diikatkan di tembok panyengker semakin kencang, hingga menarik tembok yang terbuat dari batako, tinggi 2,30 meter dan lebar 5 meter, roboh menimpa pasutri tersebut.
Tembok di bagian beton penyangga yang roboh menimpa korban Ni Nyoman Pudak Arini hingga menyebabkan bagian kepala remuk, dan kedua lututnya hancur. Sedangkan suaminya Ketut Mendra, yang berada di sebelahnya hanya kena pantulan batako mengenai bagian kening dan kepala belakang.
Ketut Mendra merintih kesakitan, minta tolong sesaat sebelum dievakuasi. Sedangkan korban Ni Nyoman Pudak Arini, yang mengenakan celana leging cokelat, rambut sebahu, dan kaos hitam, tewas di tempat bersimbah darah. Salah satu buruh I Ketut Warta yang menyampaikan kejadian itu ke pemilik penginapan I Gede Wenten, yang kemudian mendatangi lokasi kejadian.
Evakuasi dilakukan dengan melibatkan Perbekel Purwekerti I Nengah Karyawan, Perwira Pengawas Polsubsektor Amed, Desa Purwekerti, Kecamatan Abang Ipda Sudaji, KSP Aiptu Abdi Merta, Babinkamtibmas Purwekerti I Nyoman Mudiasa, buruh bangunan, dan masyarakat. Jenazah Ni Nyoman Pudak Arini diantar ke rumahnya di Bukit Gulinten, Banjar Gulinten, Desa Bunutan, Kecamatan Abang. Sedangkan suaminya I Ketut Mendra diantar ke RSUD Karangasem, dan rencananya dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar.
Kepala Instalasi Humas dan Pemasaran RSUD Karangasem I Gede Dedi Artho, mengatakan korban I Ketut Mendra yang cedera di kening dan kepala belakang, menolak dirujuk ke RSUP Sanglah. Korban justru meminta pulang paksa. Selama ini korban Ni Nyoman Pudak Arini hanyalah sebagai pelayan buruh bangunan dengan upah harian Rp 70.000. Sedangkan I Ketut Mendra sebagai tukang pasang batu, upah hariannya Rp 90.000.
Korban Ni Nyoman Pudak Arini meninggalkan seorang suami dan dua anak. Hingga Sabtu malam, belum ada pemberitahuan lebih lanjut mengenai rencana penguburan jasad korban. Sementara jasad korban masih dibaringkan di rumah duka.
“Memang penyebab tembok itu roboh karena tali terpal diikatkan dan ditancapkan di tembok panyengker. Terpal penuh berisi air jadi berat, sehingga tembok seperti ditarik dan roboh,” kata pemilik penginapan I Gede Wenten. Gede Wenten langsung menghentikan sementara proses pembangunannya. “Nanti saya menggelar upacara pembersihan dulu, selanjutnya barulah berpikir untuk melanjutkan pembangunan,” tuturnya.
Perbekel Purwekerti I Nengah Karyawan, mengatakan begitu dapat laporan terjadi kecelakaan kerja, langsung berkomunikasi dengan Kelian Banjar Gulinten I Nyoman Suandana, agar turut membantu korban. “Sebab, lokasi kejadian di Desa Purwekerti, sedangkan korban dari Desa Bunutan,” kata Nengah Karyawan.
Kapolsek Abang AKP I Nyoman Sugita Yasa, mengatakan korban meninggal murni karena kecelakaan kerja, tertimbun tembok. “Kan telah ada petugas medis yang mengecek di TKP, korban tewas karena tertimpa tembok,” kata AKP Sugita Yasa. Kemarin hadir petugas medis dari Puskesmas Abang II dr Ida Made Ananta, mengecek kondisi jasad korban Ni Nyoman Pudak Arini yang berlumuran darah, terutama di kepala belakang. *k16
1
Komentar