AMPI Tabanan Tebar Benih Ikan di 'Danau Buatan' Banjar Sema
Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Tabanan tebar 1.000 benih ikan lele dan mujair di ‘danau buatan’ kawasan Banjar Sema, Desa/Kecamatan Kediri, Tabanan, Sabtu (3/2).
TABANAN, NusaBali
Aksi tebar benih ikan untuk antisipasi perkembangbiakan jentik nyamuk di bekas galian batubata seluas 2,5 hektare itu. Apalagi bekas galian batubata itu serupa danau di saat musim hujan sehingga dikhawatirkan menjadi sumber penyakit.
Sekretaris AMPI Tabanan, I Nyoman Oka Trinsu, mengaku terpanggil untuk melakukan aksi penyelamatan lingkungan setelah mengetahui ada bekas galian batubata serupa danau yang kumuh. Meski dengan kegiatan kecil berupa penebaran benih ikan, diharapkan mampu berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dan menjaga kesehatan.
“Kami berharap gerakan kecil ini memantik kesadaran warga untuk peduli lingkungan. Kubangan air yang kumuh merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk. Kami coba cegah dengan tebar benih ikan,” ungkap Oka Trinsu yang akrab disapa Marlos ini. Benih ikan yang ditebar yakni lele dan mujair.
Marlos mengajak generasi muda untuk bergotong royong merawat lingkungan dan menjaga kesehatan. Lebih baik melakukan gerakan jangka pendek dibanding berpangku tangan hanya menunggu bantuan dari pemerintah. Marlos mengharapkan pemerintah melakukan kajian terkait izin pemanfaatan lahan.
Sementara Ketua AMPI Tabanan, Nyoman Suarsedana, menambahkan, aksi tebar benih ikan merupakan ide dari Oka Trinsu. “Malamnya saya ditelepon untuk diajak cek lokasi danau buatan seperti pemberitaan di koran. Kami langsung berangkat ke lokasi dan hari ini kami putuskan tebar benih ikan,” ungkap Suarsedana.
Suarsedana mengatakan, saat di lokasi, Marlos yang asal Desa Cepaka, Kediri, meminta gerakan cepat untuk penyelamatan lingkungan. Tercetuslah ide antisipasi jentik nyamuk dengan tebar benih ikan. “Kami diskusi tentang kesehatan di lokasi, naluri menjaga kesehatan sepertinya terwarisi dari ayahnya yang seorang dokter,” ungkapnya.
Genangan air hujan seluas 2,5 hektare itu merupakan bekas galian pencetakan batubata milik masyarakat. Di lokasi itu, halaman kos-kosan milik Ni Made Sudiasih, 50, warga Banjar Pande, Desa Kediri, terendam. Bahkan, warga terpaksa jual ternaknya, sapi, ayam, dan babi, akibat kandang terendam genangan air.
Lahan seluas 2 hektare itu milik I Made Suatra, I Made Tika, I Made Martana, dan I Ketut Suparta. Mereka menggunakan lahan tersebut sebagai tempat pencetakan batubata. Namun karena tergenang air hujan sejak dua bulan lalu, aktivitas pembuatan batubata dihentikan. Sehingga bekas galian yang tergenang air itu mirip danau. *k21
Sekretaris AMPI Tabanan, I Nyoman Oka Trinsu, mengaku terpanggil untuk melakukan aksi penyelamatan lingkungan setelah mengetahui ada bekas galian batubata serupa danau yang kumuh. Meski dengan kegiatan kecil berupa penebaran benih ikan, diharapkan mampu berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dan menjaga kesehatan.
“Kami berharap gerakan kecil ini memantik kesadaran warga untuk peduli lingkungan. Kubangan air yang kumuh merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk. Kami coba cegah dengan tebar benih ikan,” ungkap Oka Trinsu yang akrab disapa Marlos ini. Benih ikan yang ditebar yakni lele dan mujair.
Marlos mengajak generasi muda untuk bergotong royong merawat lingkungan dan menjaga kesehatan. Lebih baik melakukan gerakan jangka pendek dibanding berpangku tangan hanya menunggu bantuan dari pemerintah. Marlos mengharapkan pemerintah melakukan kajian terkait izin pemanfaatan lahan.
Sementara Ketua AMPI Tabanan, Nyoman Suarsedana, menambahkan, aksi tebar benih ikan merupakan ide dari Oka Trinsu. “Malamnya saya ditelepon untuk diajak cek lokasi danau buatan seperti pemberitaan di koran. Kami langsung berangkat ke lokasi dan hari ini kami putuskan tebar benih ikan,” ungkap Suarsedana.
Suarsedana mengatakan, saat di lokasi, Marlos yang asal Desa Cepaka, Kediri, meminta gerakan cepat untuk penyelamatan lingkungan. Tercetuslah ide antisipasi jentik nyamuk dengan tebar benih ikan. “Kami diskusi tentang kesehatan di lokasi, naluri menjaga kesehatan sepertinya terwarisi dari ayahnya yang seorang dokter,” ungkapnya.
Genangan air hujan seluas 2,5 hektare itu merupakan bekas galian pencetakan batubata milik masyarakat. Di lokasi itu, halaman kos-kosan milik Ni Made Sudiasih, 50, warga Banjar Pande, Desa Kediri, terendam. Bahkan, warga terpaksa jual ternaknya, sapi, ayam, dan babi, akibat kandang terendam genangan air.
Lahan seluas 2 hektare itu milik I Made Suatra, I Made Tika, I Made Martana, dan I Ketut Suparta. Mereka menggunakan lahan tersebut sebagai tempat pencetakan batubata. Namun karena tergenang air hujan sejak dua bulan lalu, aktivitas pembuatan batubata dihentikan. Sehingga bekas galian yang tergenang air itu mirip danau. *k21
1
Komentar