Peremajaan Kakao, Siapkan Bantuan 6.500 Bibit Unggulan
Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan (PP) Kabupaten Jembrana mendorong petani untuk melakukan peremajaan tanaman kakao, untuk mendongkrak produktivitas.
NEGARA, NusaBali
Berkenaan hal tersebut, Bidang Perkebunan menyiapkan sebanyak 6.500 bibit kakao unggulan yang secara khusus akan didatangkan dari Pusat Penelitian (Puslit) Kakao dan Kopi di Jember, Jawa Timur, pada tahun 2018.
Kabid Perkebunan Dinas PP Jembrana I Komang Ariada, mengatakan peremajaan tanaman kakao menjadi salah satu bagian penting. Idealnya, untuk mendapat hasil bagus, tinggi tanaman kakao maksimal 3 meter dan hanya bercabang 3, dengan batasan usia maksimal 25-30 tahun Biasanya, ketika tidak dilakukan peremajaan, tanaman kakao juga cenderung terkena serangan busuk buah. Apalagi dengan tingginya intensitas hujan belakangan ini.
“Jadi kalau memang sudah harus diremajakan tanamannya, biar diremajakan. Dan nanti kami siapkan bantuan bibit, dengan bibit kakao unggulan,” ujarnya.
Selain peremajaan, menurut Ariada, kalangan petani kakao di subak abian se-Jembrana, sangat diharapkan melakukan pencegahan dengan cara alami ketika terjadi serangan busuk buah. Sebenarnya busuk buah sangat bisa diatasi secara instan dengan pestisida. Namun cara tidak alami itu sangat tidak dianjurkan, karena mempengaruhi kualitas kakao Jembrana yang sudah mendapat sertifikat organik USDA (United State Department of Agriculture) dan EU (European Union) dari Control Union World Group. “Dari 147 subak abian di Jembrana, 41 di antaranya sudah tersertifikasi,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Dia memasang target semua subak abian se-Jembrana bisa mendapat pengakuan sertifikat organik dalam menghasilan fermentasi kakao dari lembaga sertifikasi internasional tersebut. Namun untuk mencapai itu, harus didukung oleh petani dalam merawat tanaman kakao. Pasalnya, sertifikat dari Control Union World Group itu rutin diaudit setiap tahun. Ketika tidak memenuhi kriteria, maka sertifikat yang telah didapat sebelumnya otomatis bisa dicabut. “Untuk mengintensifkan strategi pertanian, utamanya kakao ini, kami selalu berupaya meningkatkan pembinaan-pembinaan kepada petani. Rencananya tahun ini kami juga akan membentuk kader-kader Pengendalian Hama Terpadu (PHT), dan akan kami sekolahkan selama 4 bulan. Begitu juga akan ada agenda sekolah iklim,” kata Ariadi. *ode
Kabid Perkebunan Dinas PP Jembrana I Komang Ariada, mengatakan peremajaan tanaman kakao menjadi salah satu bagian penting. Idealnya, untuk mendapat hasil bagus, tinggi tanaman kakao maksimal 3 meter dan hanya bercabang 3, dengan batasan usia maksimal 25-30 tahun Biasanya, ketika tidak dilakukan peremajaan, tanaman kakao juga cenderung terkena serangan busuk buah. Apalagi dengan tingginya intensitas hujan belakangan ini.
“Jadi kalau memang sudah harus diremajakan tanamannya, biar diremajakan. Dan nanti kami siapkan bantuan bibit, dengan bibit kakao unggulan,” ujarnya.
Selain peremajaan, menurut Ariada, kalangan petani kakao di subak abian se-Jembrana, sangat diharapkan melakukan pencegahan dengan cara alami ketika terjadi serangan busuk buah. Sebenarnya busuk buah sangat bisa diatasi secara instan dengan pestisida. Namun cara tidak alami itu sangat tidak dianjurkan, karena mempengaruhi kualitas kakao Jembrana yang sudah mendapat sertifikat organik USDA (United State Department of Agriculture) dan EU (European Union) dari Control Union World Group. “Dari 147 subak abian di Jembrana, 41 di antaranya sudah tersertifikasi,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Dia memasang target semua subak abian se-Jembrana bisa mendapat pengakuan sertifikat organik dalam menghasilan fermentasi kakao dari lembaga sertifikasi internasional tersebut. Namun untuk mencapai itu, harus didukung oleh petani dalam merawat tanaman kakao. Pasalnya, sertifikat dari Control Union World Group itu rutin diaudit setiap tahun. Ketika tidak memenuhi kriteria, maka sertifikat yang telah didapat sebelumnya otomatis bisa dicabut. “Untuk mengintensifkan strategi pertanian, utamanya kakao ini, kami selalu berupaya meningkatkan pembinaan-pembinaan kepada petani. Rencananya tahun ini kami juga akan membentuk kader-kader Pengendalian Hama Terpadu (PHT), dan akan kami sekolahkan selama 4 bulan. Begitu juga akan ada agenda sekolah iklim,” kata Ariadi. *ode
1
Komentar