Nenek Rempig Hidup Sebatang Kara, Atap Bocor Air Hujan Masuk Kamar
Dinas Sosial Tabanan bersama petugas Program Keluarga Harapan (PKH) mengunjungi nenek Ni Wayan Rempig, 73, yang hidup sebatang kara di Banjar Pempatan, Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Tabanan, Senin (5/2).
TABANAN, NusaBali
Cerita nenek ini sempat viral di media sosial, dan mengundang simpati. Nenek Rempig hidup sebatang kara karena suaminya meninggal. Dia tidak memiliki keturunan dan menempati rumah permanen, namun di bagian atapnya bolong sehingga ketika musim hujan air masuk ke dalam kamar.
Nenek Rempig yang saat ini sedang sakit tua, dan mengalami susah BAB pun harus mengurus hidupnya sendiri mulai dari memasak dan lain-lain. Bahkan selama seminggu ini dia hanya makan titisan (bubur yang airnya banyak). Kadang bubur ini dimakan kembali keesokan harinya, dan hanya ditambahkan air dan dihangatkan.
Kondisi itu membuat sejumlah relawan berdatangan ke kediaman nenek Rwmpig. Setelah viral di media sosial, Dinas Sosial Tabanan pun mengecek ke lokasi.
Kepala Dinas Sosial Tabanan I Nyoman Gede Gunawan, menjelaskan nenek Rwmpig hidup sebatang kara karena suaminya meninggal. Namun sebelum suaminya meninggal, status hubungan dengan suaminya sudah bercerai. “Tetapi nenek ini masih punya keluarga dekat,” ujarnya.
Dikatakannya, berdasarkan laporan petugas PKH dan stafnya yang ke lokasi, rumah nenek Rempig sudah permanen tetapi di bagian sudut bocor, yang mengakibatkan air hujan masuk ke dalam kamar. “Dia sudah memperoleh bantuan dari relawan, namun masih sebatas sembako, beras dan minyak,” ungkap Gunawan.
Meskipun demikian, nenek Rempig sudah mendapatkan fasilitas mulai dari KIS, Rastra, air, sembako dari Pemkab Tabanan melalui Desa Batungsel. “Bahkan lingkungan di sana masih sangat peduli mulai dari membersihkan rumah, memasak atau memberi makan. Keluarga yang selaku ahli warisnya juga seminggu sekali menengok,” jelasnya.
Gunawan menambahkan, kalau nenek Rempig sedang tidak sakit dia masih bisa berjualan keliling. Dia menjual baju kebaya dan baju-baju bekas sekitaran Banjar Pempatan. Bahkan pada Desember 2017 dia masih bisa mengambil Rastra ke Kantor Desa Batungsel.
Sementara terkait kondisi rumah yang bocor, dia akan berkoordinasi dengan desa supaya dibantu perbaikan, karena bocor rumahnya tidak terlalu parah. Sedangkan terkait akan membawanya ke Panti Sosial Werdhi Shanti, dia belum bisa melakukan karena nenek Rempig masih ada keluarga yang mengurus. “Keluarga nenek ini masih ada dan rumahnya dekat, jadi setiap minggu selalu ditengok,” ujar Gunawan. *d
Nenek Rempig yang saat ini sedang sakit tua, dan mengalami susah BAB pun harus mengurus hidupnya sendiri mulai dari memasak dan lain-lain. Bahkan selama seminggu ini dia hanya makan titisan (bubur yang airnya banyak). Kadang bubur ini dimakan kembali keesokan harinya, dan hanya ditambahkan air dan dihangatkan.
Kondisi itu membuat sejumlah relawan berdatangan ke kediaman nenek Rwmpig. Setelah viral di media sosial, Dinas Sosial Tabanan pun mengecek ke lokasi.
Kepala Dinas Sosial Tabanan I Nyoman Gede Gunawan, menjelaskan nenek Rwmpig hidup sebatang kara karena suaminya meninggal. Namun sebelum suaminya meninggal, status hubungan dengan suaminya sudah bercerai. “Tetapi nenek ini masih punya keluarga dekat,” ujarnya.
Dikatakannya, berdasarkan laporan petugas PKH dan stafnya yang ke lokasi, rumah nenek Rempig sudah permanen tetapi di bagian sudut bocor, yang mengakibatkan air hujan masuk ke dalam kamar. “Dia sudah memperoleh bantuan dari relawan, namun masih sebatas sembako, beras dan minyak,” ungkap Gunawan.
Meskipun demikian, nenek Rempig sudah mendapatkan fasilitas mulai dari KIS, Rastra, air, sembako dari Pemkab Tabanan melalui Desa Batungsel. “Bahkan lingkungan di sana masih sangat peduli mulai dari membersihkan rumah, memasak atau memberi makan. Keluarga yang selaku ahli warisnya juga seminggu sekali menengok,” jelasnya.
Gunawan menambahkan, kalau nenek Rempig sedang tidak sakit dia masih bisa berjualan keliling. Dia menjual baju kebaya dan baju-baju bekas sekitaran Banjar Pempatan. Bahkan pada Desember 2017 dia masih bisa mengambil Rastra ke Kantor Desa Batungsel.
Sementara terkait kondisi rumah yang bocor, dia akan berkoordinasi dengan desa supaya dibantu perbaikan, karena bocor rumahnya tidak terlalu parah. Sedangkan terkait akan membawanya ke Panti Sosial Werdhi Shanti, dia belum bisa melakukan karena nenek Rempig masih ada keluarga yang mengurus. “Keluarga nenek ini masih ada dan rumahnya dekat, jadi setiap minggu selalu ditengok,” ujar Gunawan. *d
Komentar