Pihak Hotel Akui Pegawainya Bertindak Amoral
Pihak Hotel Ramada Bali Jalan Raya Sunset Road Nomor 9, Seminyak, Kecamatan Kuta, Badung, membenarkan salah seorang pegawainya melakukan tindakan amoral terhadap seorang wisman perempuan.
MANGUPURA, NusaBali
Tindakan amoral itu diduga dilakukan oleh oknum pegawai reservations hotel bintang empat itu, Rabu (31/1) pada saat wisman hendak check out. General Manager Hotel Ramada Bali Anastasia Damayanti dikonfirmasi pada saat ditemui di Hotel Ramada Bali, Senin (5/2), mengaku pegawainya itu melakukan tindakan amoral terhadap salah seorang tamu perempuan yang hendak check out dari hotel. Namun Damayanti enggan memberikan pernyataan detail dengan alasan menunggu konfirmasi dari Group Direction Operation Wyndham & Resort yang berada di Singapura.
“Saya belum bisa memberikan keterangan terkait kejadian ini. Saya harus berkoordinasi dahulu ke atasan saya yang berada di Singapura. Saya belum berani membenarkan darimana dan siapa nama dari korban yang dilecehkan. Termasuk juga pegawai kami yang melakukan tindakan amoral itu. Untuk konfirmasi lanjutan coba temui marketing communication manager kami,” tuturnya.
Marketing Communication Manager Hotel Ramada Bali Iqbal Febian Tirtowiguno, mengatakan pihaknya sedang melakukan investigasi terhadap kejadian itu. Dirinya mengaku pegawai hotel yang melakukan tindakan amoral itu adalah tindakan pribadi. Meski kasusnya sedang dalam investigasi, Iqbal mengaku oknum pegawai hotel itu telah dinonaktifkan sebagai pegawai Hotel Ramada.
Karena sedang dalam investigasi Iqbal juga belum bisa mengeluarkan klarifikasi atas kejadian yang merusak citra pariwisata Bali itu. Saat ditanya identitas pelaku dan korban, Iqbal merahasiakannya meski kejadiannya telah heboh di media sosial.
Apakah pelaku dipecat karena tindakan amoralnya telah viral? Iqbal menegaskan oknum pegawainya dinonaktifkan sehari setelah kejadian yakni pada Kamis (1/2).
“Kami sedang melakukan investigasi detail kejadiannya seperti apa. Kami belum bisa mengeluarkan pernyataan karena kejadian secara keseluruhannya belum diketahui. Nanti kalau sudah ada hasil investigasinya baru kami bisa mengeluarkan klarifikasi. Bapak tinggalkan kontak dan email di sini (Hotel Ramada Bali). Nanti akan dikirim pernyataan klarifikasinya,” tutur Iqbal.
Pada pukul 15.31 Wita, NusaBali mendapat email masuk dari [email protected], [email protected], yang intinya pihak hotel menyesal tamu tersebut mengalami kejadian itu pada Hotel Ramada. Pihak hotel tidak memaafkan perilaku seperti itu dari anggota staf hotel. Anggota staf itu sudah tak lagi bekerja di Hotel Ramada. Kasusnya sedang diselidiki. Pihaknya menawarkan dukungan penuh dan kerja sama kepada tamu yang dilecehkan.
“A spokesperson from Ramada Sunset Road said, "We are very sorry that the guest experienced this at our hotel. Naturally we do not condone this kind of behaviour from members of our staff. The staff member is no longer working at our hotel. The matter is being investigated and we are offering our full support and cooperation to the guest impacted,” tulisan email itu.
Terpisah, Direktur Eksekutif Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badan Pimpinan Daerah Bali Ida Bagus Purwa Sidemen mengaku sangat menyesal atas kejadian itu. Kejadian yang tak diinginkan itu terjadi pada saat semua pihak gencar mempromosikan agar pariwisata Bali pulih kembali.
“Atas kejadian itu kami komunikasikan dengan pihak hotel. Dari pihak hotel sudah mengambil tindakan menonaktifkan yang bersangkutan. Yang bersangkutan sudah menyampaikan permintaan maaf. Mengaku khilaf atas apa yang dilakukan. Tentunya kejadian itu merugikan banyak pihak baik Bali bahkan Indonesia. Dari pihak manajemen juga mengaku telah melakukan koordinasi termasuk dari Ramada International yang ada di Singapura,” tuturnya.
Apa yang dilakukan yang bersangkutan adalah perorangan. Keinginan atau tindakan amoral yang bersifat pribadi. Tak ada sangkut paut dengam manajemen maupun dengan operasional hotel. Termasuk juga tak ada tuntutan dari pihak wisatawan terhadap pihak hotel. Karena pihak wisatawan menyadari tindakan oknum tersebut adalah tindakan pribadi. Yang bersangkutan tak mengaitkan masalah ini dengan urusan hotel. Tak ada tuntutan dari yang bersangkutan terhadap pihak hotel. Termasuk kepada yang melakukan tindakan amoral ini.
Untuk menghindari kejadian serupa terjadi lagi PHRI akan berkomunikasi lebih intens lagi dengan anggota, terutama dalam hal sumber daya manusia (SDM). Ke depannya training atau pembinaan perlu ditingkatkan. Satu hal penting yang ditekankan agar di hotel berbintang hal ini menjadi perhatian. Karena kesalahan seperti itu berakibat besar pada pariwisata Bali.
“Terkait kejadian ini pihak PHRI tak memberikan sanksi kepada Ramada Hotel karena kasus ini sifatnya pribadi. Bukan menyangkut hotel sebagai anggota PHRI. Secara moral, orang luar menjadi bertanya-tanya kwalitas pelayanan, kwalitas karyawan hotel di Bali. Namun bagi kami kejadian ini bisa saja terjadi di mana-mana karena hal itu perilaku pribadi,” tuturnya.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali juga menyayangkan kasus tersebut. “Di tengah usaha seluruh komponen pariwisata Bali berusaha meningkatkan volume kunjungan wisatawan melalui promosi, perbaikan destinasi dan sebagainya, pada saat bersamaan justru ada yang merusak nama Bali,” kata Ketua PHRI Bali Cokorda Oka Artha Ardana Sukawati seperti dilansir Antara, Senin kemarin.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Agen Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali Ketut Ardana mengatakan kejadian tersebut sudah menyentuh kasus hukum. Meski demikian, lanjut dia, kasus tersebut tidak bisa digeneralisasi terjadi di Bali saja, tetapi dapat terjadi di seluruh dunia. *p
Tindakan amoral itu diduga dilakukan oleh oknum pegawai reservations hotel bintang empat itu, Rabu (31/1) pada saat wisman hendak check out. General Manager Hotel Ramada Bali Anastasia Damayanti dikonfirmasi pada saat ditemui di Hotel Ramada Bali, Senin (5/2), mengaku pegawainya itu melakukan tindakan amoral terhadap salah seorang tamu perempuan yang hendak check out dari hotel. Namun Damayanti enggan memberikan pernyataan detail dengan alasan menunggu konfirmasi dari Group Direction Operation Wyndham & Resort yang berada di Singapura.
“Saya belum bisa memberikan keterangan terkait kejadian ini. Saya harus berkoordinasi dahulu ke atasan saya yang berada di Singapura. Saya belum berani membenarkan darimana dan siapa nama dari korban yang dilecehkan. Termasuk juga pegawai kami yang melakukan tindakan amoral itu. Untuk konfirmasi lanjutan coba temui marketing communication manager kami,” tuturnya.
Marketing Communication Manager Hotel Ramada Bali Iqbal Febian Tirtowiguno, mengatakan pihaknya sedang melakukan investigasi terhadap kejadian itu. Dirinya mengaku pegawai hotel yang melakukan tindakan amoral itu adalah tindakan pribadi. Meski kasusnya sedang dalam investigasi, Iqbal mengaku oknum pegawai hotel itu telah dinonaktifkan sebagai pegawai Hotel Ramada.
Karena sedang dalam investigasi Iqbal juga belum bisa mengeluarkan klarifikasi atas kejadian yang merusak citra pariwisata Bali itu. Saat ditanya identitas pelaku dan korban, Iqbal merahasiakannya meski kejadiannya telah heboh di media sosial.
Apakah pelaku dipecat karena tindakan amoralnya telah viral? Iqbal menegaskan oknum pegawainya dinonaktifkan sehari setelah kejadian yakni pada Kamis (1/2).
“Kami sedang melakukan investigasi detail kejadiannya seperti apa. Kami belum bisa mengeluarkan pernyataan karena kejadian secara keseluruhannya belum diketahui. Nanti kalau sudah ada hasil investigasinya baru kami bisa mengeluarkan klarifikasi. Bapak tinggalkan kontak dan email di sini (Hotel Ramada Bali). Nanti akan dikirim pernyataan klarifikasinya,” tutur Iqbal.
Pada pukul 15.31 Wita, NusaBali mendapat email masuk dari [email protected], [email protected], yang intinya pihak hotel menyesal tamu tersebut mengalami kejadian itu pada Hotel Ramada. Pihak hotel tidak memaafkan perilaku seperti itu dari anggota staf hotel. Anggota staf itu sudah tak lagi bekerja di Hotel Ramada. Kasusnya sedang diselidiki. Pihaknya menawarkan dukungan penuh dan kerja sama kepada tamu yang dilecehkan.
“A spokesperson from Ramada Sunset Road said, "We are very sorry that the guest experienced this at our hotel. Naturally we do not condone this kind of behaviour from members of our staff. The staff member is no longer working at our hotel. The matter is being investigated and we are offering our full support and cooperation to the guest impacted,” tulisan email itu.
Terpisah, Direktur Eksekutif Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badan Pimpinan Daerah Bali Ida Bagus Purwa Sidemen mengaku sangat menyesal atas kejadian itu. Kejadian yang tak diinginkan itu terjadi pada saat semua pihak gencar mempromosikan agar pariwisata Bali pulih kembali.
“Atas kejadian itu kami komunikasikan dengan pihak hotel. Dari pihak hotel sudah mengambil tindakan menonaktifkan yang bersangkutan. Yang bersangkutan sudah menyampaikan permintaan maaf. Mengaku khilaf atas apa yang dilakukan. Tentunya kejadian itu merugikan banyak pihak baik Bali bahkan Indonesia. Dari pihak manajemen juga mengaku telah melakukan koordinasi termasuk dari Ramada International yang ada di Singapura,” tuturnya.
Apa yang dilakukan yang bersangkutan adalah perorangan. Keinginan atau tindakan amoral yang bersifat pribadi. Tak ada sangkut paut dengam manajemen maupun dengan operasional hotel. Termasuk juga tak ada tuntutan dari pihak wisatawan terhadap pihak hotel. Karena pihak wisatawan menyadari tindakan oknum tersebut adalah tindakan pribadi. Yang bersangkutan tak mengaitkan masalah ini dengan urusan hotel. Tak ada tuntutan dari yang bersangkutan terhadap pihak hotel. Termasuk kepada yang melakukan tindakan amoral ini.
Untuk menghindari kejadian serupa terjadi lagi PHRI akan berkomunikasi lebih intens lagi dengan anggota, terutama dalam hal sumber daya manusia (SDM). Ke depannya training atau pembinaan perlu ditingkatkan. Satu hal penting yang ditekankan agar di hotel berbintang hal ini menjadi perhatian. Karena kesalahan seperti itu berakibat besar pada pariwisata Bali.
“Terkait kejadian ini pihak PHRI tak memberikan sanksi kepada Ramada Hotel karena kasus ini sifatnya pribadi. Bukan menyangkut hotel sebagai anggota PHRI. Secara moral, orang luar menjadi bertanya-tanya kwalitas pelayanan, kwalitas karyawan hotel di Bali. Namun bagi kami kejadian ini bisa saja terjadi di mana-mana karena hal itu perilaku pribadi,” tuturnya.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali juga menyayangkan kasus tersebut. “Di tengah usaha seluruh komponen pariwisata Bali berusaha meningkatkan volume kunjungan wisatawan melalui promosi, perbaikan destinasi dan sebagainya, pada saat bersamaan justru ada yang merusak nama Bali,” kata Ketua PHRI Bali Cokorda Oka Artha Ardana Sukawati seperti dilansir Antara, Senin kemarin.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Agen Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali Ketut Ardana mengatakan kejadian tersebut sudah menyentuh kasus hukum. Meski demikian, lanjut dia, kasus tersebut tidak bisa digeneralisasi terjadi di Bali saja, tetapi dapat terjadi di seluruh dunia. *p
1
Komentar