Jago PDIP di Pilgub Jabar Surveinya Paling Buncit
Lembaga Survei Cyrus Network merilis survei elektabilitas Pilgub Jawa Barat 2018.
JAKARTA, NusaBali
Pasangan TB Hasanuddin dan Anton Charliyan mendapatkan perolehan suara survei terendah. Survei diselenggarakan pada 16-22 Januari 2018 dengan teknik multistage random sampling. Ada 1.000 responden yang tersebar di 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat. Direktur Eksekutif CSIS, Philips J Vermonte, yang hadir sebagai penanggap, mengatakan PDIP mempunyai tugas yang sangat berat di Pilgub Jawa Barat. Sebab, pasangan yang diusung PDIP, TB Hasanuddin-Anton Charliyan, hanya memperoleh suara 2,5% dalam survei Cyrus.
"Calon yang diusung PDIP suaranya kecil sekali, ini menunjukkan ironi besar dari parpol terbesar di Jawa Barat. PDIP dan Gerindra, menurut saya, mulai agak keteteran dibanding partai lain, jika dilihat berdasarkan survei ini PR berat sekali," kata Philips saat jumpa pers di Jl Warung Buncit Raya, Pejaten, Jakarta Selatan, Senin (5/2).
Menurut Philips, di Pilgub Jabar 2018, PDIP cenderung mempunyai tekanan psikologis karena sebelumnya partai berlambang banteng moncong putih itu juga kalah di DKI Jakarta dan Banten. "Kelihatan tekanan psikologis lebih banyak dari PDIP karena waktu 2014 dulu tren untuk PDIP sangat positif, padahal dulu di luar pemerintahan menjadi oposisi selama 10 tahun, waktu itu PDIP pada Pilkada 2012 dan 2013 sangat positif, mulai dari Jokowi menang jalan ke Jabar selama proses pilkada menjadi underdog, tetapi jelang pemilihan malah juara kedua," tutur dia dilansir detik.com.
Sementara itu, pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu, yang diusung Partai Gerindra, juga memperoleh hasil suara yang cukup rendah di survei, yaitu 5%. Partai Gerindra dan PDIP dinilai tidak solid dan belum siap di Pilgub Jabar 2018. "Solidaritas partai pendukung Pak Sudrajat dan Hasanudin tak solid juga, menurut saya, pekerjaan besar yang diakibatkan karena kedua partai ini kelihatan tidak siap dalam menyiapkan calonnya untuk Jawa Barat. Padahal ini sangat penting," jelas Philips.
Kendati demikian, Philips mengingatkan kemungkinan perolehan suara masih dapat berubah. "Tingkat pemilih juga masih lemah dan masih bisa berubah. Pemilih Jawa Barat adalah pemilih yang gampang pindah ke lain hati, karakter pemilih PDIP sangat bergantung pada persuasi dari partai," imbuh dia.
"Calon yang diusung PDIP suaranya kecil sekali, ini menunjukkan ironi besar dari parpol terbesar di Jawa Barat. PDIP dan Gerindra, menurut saya, mulai agak keteteran dibanding partai lain, jika dilihat berdasarkan survei ini PR berat sekali," kata Philips saat jumpa pers di Jl Warung Buncit Raya, Pejaten, Jakarta Selatan, Senin (5/2).
Menurut Philips, di Pilgub Jabar 2018, PDIP cenderung mempunyai tekanan psikologis karena sebelumnya partai berlambang banteng moncong putih itu juga kalah di DKI Jakarta dan Banten. "Kelihatan tekanan psikologis lebih banyak dari PDIP karena waktu 2014 dulu tren untuk PDIP sangat positif, padahal dulu di luar pemerintahan menjadi oposisi selama 10 tahun, waktu itu PDIP pada Pilkada 2012 dan 2013 sangat positif, mulai dari Jokowi menang jalan ke Jabar selama proses pilkada menjadi underdog, tetapi jelang pemilihan malah juara kedua," tutur dia dilansir detik.com.
Sementara itu, pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu, yang diusung Partai Gerindra, juga memperoleh hasil suara yang cukup rendah di survei, yaitu 5%. Partai Gerindra dan PDIP dinilai tidak solid dan belum siap di Pilgub Jabar 2018. "Solidaritas partai pendukung Pak Sudrajat dan Hasanudin tak solid juga, menurut saya, pekerjaan besar yang diakibatkan karena kedua partai ini kelihatan tidak siap dalam menyiapkan calonnya untuk Jawa Barat. Padahal ini sangat penting," jelas Philips.
Kendati demikian, Philips mengingatkan kemungkinan perolehan suara masih dapat berubah. "Tingkat pemilih juga masih lemah dan masih bisa berubah. Pemilih Jawa Barat adalah pemilih yang gampang pindah ke lain hati, karakter pemilih PDIP sangat bergantung pada persuasi dari partai," imbuh dia.
1
Komentar