Permudiksa Buat Ogoh-ogoh Maha Kali
Perhimpunan Muda Mudi Hindu Tigaraksa (Permudiksa) dari banjar Tigaraksa, Tangerang, Banten membuat ogoh-ogoh Maha Kali untuk diperlombakan dalam festival ogoh-ogoh provinsi Banten pada 16 Maret mendatang di areal Pura Eka Wira Ananta, Serang.
TANGERANG, NusaBali
Pembuatan mereka lakukan sejak empat hari lalu. Kini bentuknya sudah nampak. "Badannya sudah kami buat. Tinggal kaki dan tangan belum selesai," ujar Pengayom Permudiksa Nengah Juliawan kepada NusaBali, Senin (5/2).
Juliawan mengatakan, pengerjakan ogoh-ogoh mereka lakukan saat libur kerja atau sekolah. Mereka melakukannya setiap hari Minggu. Pengerjaan dilakukan mulai pagi hari sampai malam agar ogoh-ogoh cepat selesai.
Mereka mentargetkan ogoh-ogoh rampung awal Maret nanti sehingga kelak dapat melakukan gladi bersih sebelum tampil di festival. Berdasarkan rencana, ogoh-ogoh setinggi tiga meter itu di usung 30 orang.
Kemudian ada 15 penabuh dan 30 penari. Mereka akan berlatih bersama dua minggu menjelang festival. Kostum telah mereka siapkan agar tampil seragam. "Kami menggunakan kaos hitam Permudiksa saat tampil nanti," kata Juliawan. Pembuatan ogoh-ogoh, lanjut Juliawan, tidak mengalami kesulitan.
Bahan-bahan mereka peroleh di sekitar Tangerang. Namun ia tak menampik ada perbedaan ogoh-ogoh ditempatnya dengan di Pulau Dewata. Di Bali, kata Juliawan, lebih banyak menggunakan bilah bambu. Di Tangerang, mereka tidak menggunakan bilah bambu. Melainkan membuat ogoh-ogoh dari styrofoam.
Permudiksa menargetkan, dalam festival nanti menjadi juara pertama kembali. Tahun 2017 lalu, mereka membuat ogoh-ogoh Bima Sena. Hasilnya menjadi juara pertama dari enam banjar di provinsi Banten.
"Kami berharap, tahun ini menjadi juara pertama lagi. Mudah-mudahan target tersebut tercapai, karena kami mempersiapkannya dengan baik. Kami juga melakukan latihan bersama menjelang festival agar nanti tampil kompak," kata Juliawan. *k22
Juliawan mengatakan, pengerjakan ogoh-ogoh mereka lakukan saat libur kerja atau sekolah. Mereka melakukannya setiap hari Minggu. Pengerjaan dilakukan mulai pagi hari sampai malam agar ogoh-ogoh cepat selesai.
Mereka mentargetkan ogoh-ogoh rampung awal Maret nanti sehingga kelak dapat melakukan gladi bersih sebelum tampil di festival. Berdasarkan rencana, ogoh-ogoh setinggi tiga meter itu di usung 30 orang.
Kemudian ada 15 penabuh dan 30 penari. Mereka akan berlatih bersama dua minggu menjelang festival. Kostum telah mereka siapkan agar tampil seragam. "Kami menggunakan kaos hitam Permudiksa saat tampil nanti," kata Juliawan. Pembuatan ogoh-ogoh, lanjut Juliawan, tidak mengalami kesulitan.
Bahan-bahan mereka peroleh di sekitar Tangerang. Namun ia tak menampik ada perbedaan ogoh-ogoh ditempatnya dengan di Pulau Dewata. Di Bali, kata Juliawan, lebih banyak menggunakan bilah bambu. Di Tangerang, mereka tidak menggunakan bilah bambu. Melainkan membuat ogoh-ogoh dari styrofoam.
Permudiksa menargetkan, dalam festival nanti menjadi juara pertama kembali. Tahun 2017 lalu, mereka membuat ogoh-ogoh Bima Sena. Hasilnya menjadi juara pertama dari enam banjar di provinsi Banten.
"Kami berharap, tahun ini menjadi juara pertama lagi. Mudah-mudahan target tersebut tercapai, karena kami mempersiapkannya dengan baik. Kami juga melakukan latihan bersama menjelang festival agar nanti tampil kompak," kata Juliawan. *k22
Komentar