Bendungan Titab ‘Jebol’
Bendungan Titab-Ularan di Buleleng Barat sudah terisi penuh 12 juta meter kubik air, sejak dilakukan pengisian 13 Desember 2015
Dikira Bangunan Utama yang Jebol, Warga Sempat Panik
SINGARAJA, NusaBali
Tembok kolam olah di hilir Bendungan Titab-Ularan yang berada di perbatasan Kecamatan Seririt-Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng mendadak jebol, Selasa (6/2) siang. Masyarakat sekitar pun panik, karena khawatir diterjang luberan 12 juta meter kubik air dari bendungan seluar 64 hektare yang berada di wilayah 6 desa bertetangga ini.
Berdasarkan keterangan seorang pedagang di Bendungan Titab-Ularan, Luh Intan, jebolnya tembol bendungan terjadi Selasa siang sekitar pukul 14.30 Wita. Saat itu, cuaca cerah ketika tiba-tiba terdengar suara dentuman dari bawah bendungan. “Tadi sekitar jam setengah tiga kejadiannya, terdengar seperti suara lom-loman,” ujar Luh Intan yang ditemui NusaBali di sisi barat Bendungan Titab-Ularan, Selasa sore.
Setelah kejadian itu, Luh Intan sempat panik dan segera mencari informasi dari petugas teknis di Bendungan Titab-Ularan. Namun, karena dinyatakan aman, Luh Intan melanjutkan kegiatannya berjualan di sisi barat Bendungan Titab-Ularan. Tak lama berselang, warga sekitar berbondong-bondong mendatangi areal Bendungan Titab-Ularan untuk memastikan kabar jebolnya tembok bendungan.
Pantauan NusaBali di lokasi, tembok yang jebol adalah tembok kolam olah di bagian hilir sisi timur Bendungan Titab-Ularan. Tembok beton dengan tinggi 5 meter ini ambruk sepanjang 20 meter. Jebolnya tembok kolam bagian hilir bendungan kontan membuat warga sekitar penasaran sekaligus was-was.
Menurut Ketut Arba, 60, warga Desa/Kecamatan Busungbiu, dirinya sengaja datang untuk mengecek informasi jebolnya tembok kolam olah di hilir Bendungan Titab-Ularan. Ketut Arba mengaku dapat kabar ini dari seorang tetangganya yang bekerja sebagai tukang kebun di Bendungan Titab-Ularan. “Saya tadi dapat info dari tetangga yang kerja di sini (bendungan), katanya bendungannya jebol. Tapi, setelah dilihat, hanya bagian bawahnya saja yang jebol. Saya kira bangunan utamanya yang jeol,” tutur Ketut Arba.
Paparan senada juga disampaikan Putu Joni, warga Desa Ringdikit, Kecamatan Seririt. Putu Joni mengaku mendapatkan informasi bendungan jebol dari postingan foto di facebook (FB). Karena penasaran, Putu Joni pun langsung mengecek situasi Bendungan Titab-Ularan.
Menurut Putu Joni, pihanya sempat was-was dengan kabar yang sudah tersebar luas di media sosial terkait jebolnya tembok Bendungan Titab-Ularan. “Ya, kita yang di atas sih rasanya masih aman, tapi yang kasian kan masyarakat yang tinggal di hilir. Apalagi, isunya bendungan dikatakan jebol,” jelas Putu Juni.
Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida, Ketut Jayada, membenarkan adanya tembok yang jebol di areal Bendungan Titab-Ularan. Hanya saja, yang jebol itu tembok kolam olah sisi timur bendungan, bukan banguann inti bendungan. “Saya belum dapat memastikan apa penyebab pasti ambruknya tembok beton tersebut,” ujar Ketut Jayada saat dikonfirmasi NusaBali per telepon, kemarin petang.
Dugaan sementara, lanjut Ketut Jayada, tembok kolam olah jebol karena besarnya debit air di musim hujan, sehingga memberi tekanan yang kuat. Namun, pihaknya belum berani memastikan, sebelum melihat langsung tembok yang jebol. “Dari analisis laporan yang saya terima, itu karena drain tidak ada yang tersalurkan. Musim hujan kuat, sehingga mendorong tembok beton. Detailnya besok (hari ini) saya sampaikan langsung di lokasi,” tandas Jayada.
Saat dinyata status Bendungan Titab-Ularan apakah masih aman atau tidak, menurut Jayada, untuk sementara bendungan masih aman. Pihaknya akan turun langsung ke lokasi Bendungan Titab-Ularan, Rabu (7/2) ini. Bendungan Titab-Ularan yang mulai diisi air sejak Desember 2015, saat ini sudah dinyatakan terisi penuh 100 persen. Air yang tertampung dari Tukad Saba mencapai 12 juta meter kubik.
Bendungan Titab-Ularan sendiri berlokasi 6 desa dari 2 kecamatan bertetangga di Buleleng Barat. Rinciannya, 4 desa di wilayah Kecamatan Busungbiu yakni Desa Titab, Desa Kekeran, Desa Busungbiu, dan Desa Telaga. Sedangkan 2 desa lagi masuk wilayah Kecamatan Seririt, masing-masing Desa Ularan dan Desa Ringdikit.
Bendungan Titab-Ularan yang luasnya mencapai 64 hektare dengan kedalaman 60 meter, ditargetkan mampu menampung 12 juta meter kubik air. Proses pengisian air Bendungan Titab-Ularan sudah dimulai sejak 13 Desember 2015 lalu.
Pada 16 Januari 2016, warga desa-desa dari dua kecamatan bertetangga di sekitar Bendungan Titab-Ularan juga sempat resah. Kala itu, mereka resah karena beredar isu Bendungan Titab-Ularan jebol, ditandai dengan bunyi ledakan sebanyak tiga kali.
Kemudian, 3 Februari 2016 untuk kali kedua muncul isu miring terkait Bendungan Titab-Ularan, hingga bikin cemas warga sekitar. Kala itu, Bendungan Titab-Ularan diisukan bocor, yang diperkuat postingan sebuah foto di sosial media, yang memperlihatkan situasi saluran irigasi di bawah jembatan mengalami luapan air dengan debit sangat besar. Gara-gara postingan foto tersebut, muncul kemudian dugaan kalau bendungan berkapasitas 12 juta meter kubik air tersebut mengalami kebocoran. Ini dikaitkan dengan adanya keretakan yang dibarengi amblasnya tanah seputar jembatan di atas Bendungan Titab. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Tembok kolam olah di hilir Bendungan Titab-Ularan yang berada di perbatasan Kecamatan Seririt-Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng mendadak jebol, Selasa (6/2) siang. Masyarakat sekitar pun panik, karena khawatir diterjang luberan 12 juta meter kubik air dari bendungan seluar 64 hektare yang berada di wilayah 6 desa bertetangga ini.
Berdasarkan keterangan seorang pedagang di Bendungan Titab-Ularan, Luh Intan, jebolnya tembol bendungan terjadi Selasa siang sekitar pukul 14.30 Wita. Saat itu, cuaca cerah ketika tiba-tiba terdengar suara dentuman dari bawah bendungan. “Tadi sekitar jam setengah tiga kejadiannya, terdengar seperti suara lom-loman,” ujar Luh Intan yang ditemui NusaBali di sisi barat Bendungan Titab-Ularan, Selasa sore.
Setelah kejadian itu, Luh Intan sempat panik dan segera mencari informasi dari petugas teknis di Bendungan Titab-Ularan. Namun, karena dinyatakan aman, Luh Intan melanjutkan kegiatannya berjualan di sisi barat Bendungan Titab-Ularan. Tak lama berselang, warga sekitar berbondong-bondong mendatangi areal Bendungan Titab-Ularan untuk memastikan kabar jebolnya tembok bendungan.
Pantauan NusaBali di lokasi, tembok yang jebol adalah tembok kolam olah di bagian hilir sisi timur Bendungan Titab-Ularan. Tembok beton dengan tinggi 5 meter ini ambruk sepanjang 20 meter. Jebolnya tembok kolam bagian hilir bendungan kontan membuat warga sekitar penasaran sekaligus was-was.
Menurut Ketut Arba, 60, warga Desa/Kecamatan Busungbiu, dirinya sengaja datang untuk mengecek informasi jebolnya tembok kolam olah di hilir Bendungan Titab-Ularan. Ketut Arba mengaku dapat kabar ini dari seorang tetangganya yang bekerja sebagai tukang kebun di Bendungan Titab-Ularan. “Saya tadi dapat info dari tetangga yang kerja di sini (bendungan), katanya bendungannya jebol. Tapi, setelah dilihat, hanya bagian bawahnya saja yang jebol. Saya kira bangunan utamanya yang jeol,” tutur Ketut Arba.
Paparan senada juga disampaikan Putu Joni, warga Desa Ringdikit, Kecamatan Seririt. Putu Joni mengaku mendapatkan informasi bendungan jebol dari postingan foto di facebook (FB). Karena penasaran, Putu Joni pun langsung mengecek situasi Bendungan Titab-Ularan.
Menurut Putu Joni, pihanya sempat was-was dengan kabar yang sudah tersebar luas di media sosial terkait jebolnya tembok Bendungan Titab-Ularan. “Ya, kita yang di atas sih rasanya masih aman, tapi yang kasian kan masyarakat yang tinggal di hilir. Apalagi, isunya bendungan dikatakan jebol,” jelas Putu Juni.
Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida, Ketut Jayada, membenarkan adanya tembok yang jebol di areal Bendungan Titab-Ularan. Hanya saja, yang jebol itu tembok kolam olah sisi timur bendungan, bukan banguann inti bendungan. “Saya belum dapat memastikan apa penyebab pasti ambruknya tembok beton tersebut,” ujar Ketut Jayada saat dikonfirmasi NusaBali per telepon, kemarin petang.
Dugaan sementara, lanjut Ketut Jayada, tembok kolam olah jebol karena besarnya debit air di musim hujan, sehingga memberi tekanan yang kuat. Namun, pihaknya belum berani memastikan, sebelum melihat langsung tembok yang jebol. “Dari analisis laporan yang saya terima, itu karena drain tidak ada yang tersalurkan. Musim hujan kuat, sehingga mendorong tembok beton. Detailnya besok (hari ini) saya sampaikan langsung di lokasi,” tandas Jayada.
Saat dinyata status Bendungan Titab-Ularan apakah masih aman atau tidak, menurut Jayada, untuk sementara bendungan masih aman. Pihaknya akan turun langsung ke lokasi Bendungan Titab-Ularan, Rabu (7/2) ini. Bendungan Titab-Ularan yang mulai diisi air sejak Desember 2015, saat ini sudah dinyatakan terisi penuh 100 persen. Air yang tertampung dari Tukad Saba mencapai 12 juta meter kubik.
Bendungan Titab-Ularan sendiri berlokasi 6 desa dari 2 kecamatan bertetangga di Buleleng Barat. Rinciannya, 4 desa di wilayah Kecamatan Busungbiu yakni Desa Titab, Desa Kekeran, Desa Busungbiu, dan Desa Telaga. Sedangkan 2 desa lagi masuk wilayah Kecamatan Seririt, masing-masing Desa Ularan dan Desa Ringdikit.
Bendungan Titab-Ularan yang luasnya mencapai 64 hektare dengan kedalaman 60 meter, ditargetkan mampu menampung 12 juta meter kubik air. Proses pengisian air Bendungan Titab-Ularan sudah dimulai sejak 13 Desember 2015 lalu.
Pada 16 Januari 2016, warga desa-desa dari dua kecamatan bertetangga di sekitar Bendungan Titab-Ularan juga sempat resah. Kala itu, mereka resah karena beredar isu Bendungan Titab-Ularan jebol, ditandai dengan bunyi ledakan sebanyak tiga kali.
Kemudian, 3 Februari 2016 untuk kali kedua muncul isu miring terkait Bendungan Titab-Ularan, hingga bikin cemas warga sekitar. Kala itu, Bendungan Titab-Ularan diisukan bocor, yang diperkuat postingan sebuah foto di sosial media, yang memperlihatkan situasi saluran irigasi di bawah jembatan mengalami luapan air dengan debit sangat besar. Gara-gara postingan foto tersebut, muncul kemudian dugaan kalau bendungan berkapasitas 12 juta meter kubik air tersebut mengalami kebocoran. Ini dikaitkan dengan adanya keretakan yang dibarengi amblasnya tanah seputar jembatan di atas Bendungan Titab. *k23
Komentar