Budidaya Ikan Terhambat Kebiasaan Nelayan
Kebiasaan masyarakat nelayan Jembrana menjadi kendala untuk mengembangkan program budidaya ikan yang diterapkan Pemkab Jembrana.
NEGARA, NusaBali
Padahal bersiap membantu mereka saat hasil tangkap mengalami paceklik. "Pemerintah bisa saja memberikan bantuan lewat program budidaya ikan, tapi sering terkendala komitmen nelayan untuk kontinyu melakukan budidaya ikan," kata Kepala Dinas Kelautan, Perikanan dan Perhubungan Jembrana Made Dwi Maharimbawa, di Negara, Selasa (7/2).
Ia mengatakan, program budidaya di kalangan nelayan beberapa kali tidak berjalan sesuai harapan bahkan gagal, karena ditinggalkan begitu saja saat laut melimpah dengan hasil tangkapan ikan.
Padahal, menurutnya, nelayan sangat potensial untuk juga membuka usaha budidaya ikan, sehingga saat paceklik masih ada sumber pendapatan bagi ekonomi mereka.
"Saat ada ikan di laut namun budidaya ikan di kolam masih dijaga dan dijalankan, kan bisa menambah kesejahteraan mereka. Kalau paceklik bisa menjadi penyangga alternatif ekonomi nelayan," kata Maharimbawa.
Sampai saat ini, ia mengatakan, baru segelintir nelayan yang serius melakukan budidaya ikan yang hasilnya sangat dirasakan mampu menjadi penghasilan utama saat musim paceklik hasil tangkap laut.
Agar program ini bisa berjalan, menurutnya, harus muncul kesadaran dari para nelayan sendiri untuk tidak hanya mengandalkan penghasilan dari hasil tangkap laut yang saat ini tidak menentu, tapi juga merintis usaha alternatif.
"Kami dari pemerintah banyak memberikan bantuan kepada nelayan seperti alat tangkap dan lain-lain. Namun bantuan itu saat paceklik ikan tidak banyak bisa membantu nelayan, harus ada usaha di darat untuk menopang ekonomi mereka salah satunya lewat budidaya ikan," katanya.
Selain budidaya di darat, ia mengatakan, program bantuan keramba apung yang sudah mulai didistribusikan juga merupakan penghasilan alternatif, namun tetap dibutuhkan keseriusan untuk memeliharanya.
Lewat keramba apung, menurutnya, nelayan bisa memelihara berbagai jenis ikan laut yang akan dipanen saat ukurannya sudah sesuai permintaan pasar.
"Cara kerjanya kurang lebih sama dengan membuat kolam di darat, bedanya keramba apung ini tetap ditaruh di laut dengan jenis ikan yang dipelihara dari laut juga," kata Maharimbawa. *ant
Ia mengatakan, program budidaya di kalangan nelayan beberapa kali tidak berjalan sesuai harapan bahkan gagal, karena ditinggalkan begitu saja saat laut melimpah dengan hasil tangkapan ikan.
Padahal, menurutnya, nelayan sangat potensial untuk juga membuka usaha budidaya ikan, sehingga saat paceklik masih ada sumber pendapatan bagi ekonomi mereka.
"Saat ada ikan di laut namun budidaya ikan di kolam masih dijaga dan dijalankan, kan bisa menambah kesejahteraan mereka. Kalau paceklik bisa menjadi penyangga alternatif ekonomi nelayan," kata Maharimbawa.
Sampai saat ini, ia mengatakan, baru segelintir nelayan yang serius melakukan budidaya ikan yang hasilnya sangat dirasakan mampu menjadi penghasilan utama saat musim paceklik hasil tangkap laut.
Agar program ini bisa berjalan, menurutnya, harus muncul kesadaran dari para nelayan sendiri untuk tidak hanya mengandalkan penghasilan dari hasil tangkap laut yang saat ini tidak menentu, tapi juga merintis usaha alternatif.
"Kami dari pemerintah banyak memberikan bantuan kepada nelayan seperti alat tangkap dan lain-lain. Namun bantuan itu saat paceklik ikan tidak banyak bisa membantu nelayan, harus ada usaha di darat untuk menopang ekonomi mereka salah satunya lewat budidaya ikan," katanya.
Selain budidaya di darat, ia mengatakan, program bantuan keramba apung yang sudah mulai didistribusikan juga merupakan penghasilan alternatif, namun tetap dibutuhkan keseriusan untuk memeliharanya.
Lewat keramba apung, menurutnya, nelayan bisa memelihara berbagai jenis ikan laut yang akan dipanen saat ukurannya sudah sesuai permintaan pasar.
"Cara kerjanya kurang lebih sama dengan membuat kolam di darat, bedanya keramba apung ini tetap ditaruh di laut dengan jenis ikan yang dipelihara dari laut juga," kata Maharimbawa. *ant
1
Komentar