Sayap Jembatan Banjar Tegayang Penebel Retak
Sayap jembatan penghubung Banjar Tegayang, Desa Penatahan, dengan Banjar Pasek, Desa Tengkudak, Kecamatan Penebel, Tabanan, retak.
TABANAN, NusaBali
Pembangunan jembatan beserta sayapnya itu dimulai pada Juli 2017, dan belum tuntas. Jembatan itu dibuat karena ada 7 kepala keluarga (KK) warga Banjar Tegayang yang rumahnya berada di Banjar Pasek. Sebelum jembatan dibuat, mereka harus melewati Sungai Clengis untuk beraktivitas ke Banjar Tegayang. Melintasi sungai itu dilakukan dengan jalan kaki atau pun berkendaraan sepeda motor. Tetapi jika hujan deras mereka melewati jembatan dari bambu dengan jalan kaki, motor dititipkan di seberang.
Untuk membantu aktivitas itu, maka pihak desa membuatkan jembatan. Dan jembatan itu juga dimaksudkan sebagai jalur wisata tracking. Menurut I Made Gede Suardana, 37, warga Banjar Tegayang yang tinggal di Banjar Pasek, retaknya sayap jembatan diperkirakan sejak seminggu lalu. Dirinya sangat bersyukur pihak desa membangun jembatan, karena akan mempermudah aktivitas warga. Sebab untuk urusan kedinasan, anak sekolah ada di Banjar Tegayang. Memang ada sekolah di Desa Tengkudak tetapi jalannya sangat jauh. “Setiap hari saya beraktivitas di Banjar Tegayang,” kata Suardana.
Sebelum ada jembatan, Suardana bersama warga lainnya harus melintasi sungai jika akan ke Banjar Tegayang. Kalau musim kemarau motor bisa dibawa melintasi sungai. Tetapi jika musim hujan dan debit air Sungai Clengis besar, warga akan melewati jembatan bambu, sementara motornya dititip di seberang.
“Sekarang karena sedang dibangun jembatan kami harus jalan kaki, kira-kira jarak tempuh ke rumah dari Banjar Tegayang sekitar 1 kilometer,” tutur Suardana.
Dia tidak khawatir atau waswas melintasi sungai dengan naik motor semasih belum ada jembatan, terutama saat musim kemarau. Karena saat musim kemarau, debit air sungai kecil. “Sekarang kami berharap jembatan ini bisa selesai, agar bisa mempermudah aktivitas ke Banjar Tegayang,” harapnya.
Terkait hal tersebut, Perbekel Desa Penatahan I Nyoman Kurnawiasa membenarkan jika sayap jembatan retak. Menurutnya retaknya jembatan karena luapan air Sungai Clengis saat musim hujan. Lagi pula di atas sayap jembatan belum teruruk tanah karena sedang proses pengerjaan. “Jadi sayap jembatan tidak kuat menahan air hujan sehingga menyebabkan retak,” ungkapnya.
Dikatakannya, meskipun sayap jembatan retak, itu tidak mengganggu konstruksi jembatan yang dibuat dengan panjang sekitar 10 meter dan lebar 3 meter tersebut. “Yang retak hanya di bagian sayapnya sebelah timur,” imbuh Kurnawiasa.
Dia mengaku pembuatan jembatan menggunakan dana alokasi dana desa (ADD) sebesar Rp 400 juta, untuk keperluan dan mempermudah masyarakat Banjar Tegayang beraktivitas. Karena warga Banjar Tegayang berjumlah 7 KK tinggal di Banjar Pasek, Desa Tengkudak. “Selain itu jalur ini akan digunakan untuk tempat wisata tracking,” jelas Kurnawiasa.
Lantaran fungsinya sangat vital, pihak desa akan segera memperbaiki keretakan sayap jembatan. Tinggal menunggu alat dan menunggu musim hujan berlalu. “Jika saat hujan diperbaiki, dikhawatirkan hasilnya tidak bagus,” tandas Kurnawiasa. *d
Untuk membantu aktivitas itu, maka pihak desa membuatkan jembatan. Dan jembatan itu juga dimaksudkan sebagai jalur wisata tracking. Menurut I Made Gede Suardana, 37, warga Banjar Tegayang yang tinggal di Banjar Pasek, retaknya sayap jembatan diperkirakan sejak seminggu lalu. Dirinya sangat bersyukur pihak desa membangun jembatan, karena akan mempermudah aktivitas warga. Sebab untuk urusan kedinasan, anak sekolah ada di Banjar Tegayang. Memang ada sekolah di Desa Tengkudak tetapi jalannya sangat jauh. “Setiap hari saya beraktivitas di Banjar Tegayang,” kata Suardana.
Sebelum ada jembatan, Suardana bersama warga lainnya harus melintasi sungai jika akan ke Banjar Tegayang. Kalau musim kemarau motor bisa dibawa melintasi sungai. Tetapi jika musim hujan dan debit air Sungai Clengis besar, warga akan melewati jembatan bambu, sementara motornya dititip di seberang.
“Sekarang karena sedang dibangun jembatan kami harus jalan kaki, kira-kira jarak tempuh ke rumah dari Banjar Tegayang sekitar 1 kilometer,” tutur Suardana.
Dia tidak khawatir atau waswas melintasi sungai dengan naik motor semasih belum ada jembatan, terutama saat musim kemarau. Karena saat musim kemarau, debit air sungai kecil. “Sekarang kami berharap jembatan ini bisa selesai, agar bisa mempermudah aktivitas ke Banjar Tegayang,” harapnya.
Terkait hal tersebut, Perbekel Desa Penatahan I Nyoman Kurnawiasa membenarkan jika sayap jembatan retak. Menurutnya retaknya jembatan karena luapan air Sungai Clengis saat musim hujan. Lagi pula di atas sayap jembatan belum teruruk tanah karena sedang proses pengerjaan. “Jadi sayap jembatan tidak kuat menahan air hujan sehingga menyebabkan retak,” ungkapnya.
Dikatakannya, meskipun sayap jembatan retak, itu tidak mengganggu konstruksi jembatan yang dibuat dengan panjang sekitar 10 meter dan lebar 3 meter tersebut. “Yang retak hanya di bagian sayapnya sebelah timur,” imbuh Kurnawiasa.
Dia mengaku pembuatan jembatan menggunakan dana alokasi dana desa (ADD) sebesar Rp 400 juta, untuk keperluan dan mempermudah masyarakat Banjar Tegayang beraktivitas. Karena warga Banjar Tegayang berjumlah 7 KK tinggal di Banjar Pasek, Desa Tengkudak. “Selain itu jalur ini akan digunakan untuk tempat wisata tracking,” jelas Kurnawiasa.
Lantaran fungsinya sangat vital, pihak desa akan segera memperbaiki keretakan sayap jembatan. Tinggal menunggu alat dan menunggu musim hujan berlalu. “Jika saat hujan diperbaiki, dikhawatirkan hasilnya tidak bagus,” tandas Kurnawiasa. *d
Komentar