Pabrik Parfum KW Digerebek
Dipasarkan ke 9 provinsi, 3 tahun beroperasi beromzet miliaran rupiah
JAKARTA, NusaBali
Sebuah rumah yang dijadikan pabrik parfum KW alias palsu di Tamansari, Jakarta Barat, digerebek polisi. Polisi menemukan sejumlah parfum berbagai merek yang siap diedarkan.
"Jadi tersangka ini membuat parfum seolah-olah original padahal palsu," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, kepada wartawan di lokasi, Rabu (7/2) seperti dilansir detik.
Pabrik rumahan itu terletak di Jalan Mangga Besar 4G No 4 RT 012/002 Kelurahan Tamansari, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat.
Polisi menangkap seorang tersangka, HO alias J (38) di lokasi tersebut. "Yang bersangkutan ini pemilik pabriknya," imbuh Argo.
Pabrik ini dibongkar setelah polisi mendapatkan informasi terkait adanya praktik pembuatan parfum palsu. Tim Unit V Subdit Industri dan Perdagangan (Indag) Ditreskrimsus Polda Metro Jaya dipimpin oleh Kompol Viktor Inkiriwang dan AKP Madya melakukan penyelidikan di lokasi.
"Tempat ini sudah kami selidiki beberapa waktu dan ternyata memang betul ada aktivitas pembuatan parfum yang menggunakan merek terkenal tetapi bukan parfum asli," terang Kasubdit Indag Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Iman Setiawan.
Pantauan detik, rumah yang dijadikan pabrik tersebut berada di sebuah gang sempit. Ada lima ruangan utama di pabrik tersebut.
Ruangan pertama merupakan tempat penampungan botol kosong, kemudian ada ruangan untuk botol yang sudah berisi parfum dan siap edar, ruang produksi atau laboratorium, ruang pengemasan dan ruang administrasi. Di lokasi tersebut, polisi menyita ribuan botol parfum berbagai merek yang kosong maupun yang berisi.
Parfum 'KW' alias palsu telah dijual ke 9 provinsi. Selama tiga tahun beroperasi, pabrik parfum KW itu telah meraup omzet Rp 36 miliar.
"Produksinya ini dijual ke 9 provinsi. Harganya bervariasi, antara Rp 250 ribu sampai Rp 750 ribu," kata Argo Yuwono.
Parfum tersebut dijual ke DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Sumatera Barat, dan Sulawesi Tenggara. "Konsumennya paling banyak di Jabodetabek," imbuhnya.
Argo mengatakan parfum tersebut dipromosikan tersangka di empat situs jual-beli online terkemuka. Sedangkan pemasarannya bisa dilakukan secara cash on delivery (COD) atau door to door.
"Kalau COD itu, konsumen memesan langsung kepada tersangka via handphone melalui WhatsApp, Line, BlackBerry Messanger, dan SMS. Nanti, setelah barang sampai alamat penerima, konsumen baru bayar," papar Imam Setiawan.
Untuk sistem door to door, dilakukan tersangka khusus untuk konsumen pelanggan tetap. "Kalau door to door itu tersangka menawarkan ke relasi lama yang sudah dia kenal. Kemudian nanti dia akan mengirimkan parfum yang sudah dikemas ke kantor atau rumah konsumen," tambah Iman.
Menurut Viktor Inkiriwang mengatakan, sebelum menjadi produsen parfum, tersangka HO alias J (38) pernah bekerja sebagai karyawan di toko parfum. "Sehingga dia mencermati bagaimana cara membuat parfum," ujar Viktor.
Setelah keluar dari toko tersebut, tersangka mencoba merintis sendiri usahanya membuka pabrik parfum. Dia sudah tiga tahun memproduksi parfum KW berbagai merek dan memiliki pegawai sebanyak 20 orang. "Modal awalnya Rp 100 juta. Omzetnya sudah mencapai Rp 36 miliar selama tiga tahun itu," tutur Viktor. *
Sebuah rumah yang dijadikan pabrik parfum KW alias palsu di Tamansari, Jakarta Barat, digerebek polisi. Polisi menemukan sejumlah parfum berbagai merek yang siap diedarkan.
"Jadi tersangka ini membuat parfum seolah-olah original padahal palsu," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, kepada wartawan di lokasi, Rabu (7/2) seperti dilansir detik.
Pabrik rumahan itu terletak di Jalan Mangga Besar 4G No 4 RT 012/002 Kelurahan Tamansari, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat.
Polisi menangkap seorang tersangka, HO alias J (38) di lokasi tersebut. "Yang bersangkutan ini pemilik pabriknya," imbuh Argo.
Pabrik ini dibongkar setelah polisi mendapatkan informasi terkait adanya praktik pembuatan parfum palsu. Tim Unit V Subdit Industri dan Perdagangan (Indag) Ditreskrimsus Polda Metro Jaya dipimpin oleh Kompol Viktor Inkiriwang dan AKP Madya melakukan penyelidikan di lokasi.
"Tempat ini sudah kami selidiki beberapa waktu dan ternyata memang betul ada aktivitas pembuatan parfum yang menggunakan merek terkenal tetapi bukan parfum asli," terang Kasubdit Indag Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Iman Setiawan.
Pantauan detik, rumah yang dijadikan pabrik tersebut berada di sebuah gang sempit. Ada lima ruangan utama di pabrik tersebut.
Ruangan pertama merupakan tempat penampungan botol kosong, kemudian ada ruangan untuk botol yang sudah berisi parfum dan siap edar, ruang produksi atau laboratorium, ruang pengemasan dan ruang administrasi. Di lokasi tersebut, polisi menyita ribuan botol parfum berbagai merek yang kosong maupun yang berisi.
Parfum 'KW' alias palsu telah dijual ke 9 provinsi. Selama tiga tahun beroperasi, pabrik parfum KW itu telah meraup omzet Rp 36 miliar.
"Produksinya ini dijual ke 9 provinsi. Harganya bervariasi, antara Rp 250 ribu sampai Rp 750 ribu," kata Argo Yuwono.
Parfum tersebut dijual ke DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Sumatera Barat, dan Sulawesi Tenggara. "Konsumennya paling banyak di Jabodetabek," imbuhnya.
Argo mengatakan parfum tersebut dipromosikan tersangka di empat situs jual-beli online terkemuka. Sedangkan pemasarannya bisa dilakukan secara cash on delivery (COD) atau door to door.
"Kalau COD itu, konsumen memesan langsung kepada tersangka via handphone melalui WhatsApp, Line, BlackBerry Messanger, dan SMS. Nanti, setelah barang sampai alamat penerima, konsumen baru bayar," papar Imam Setiawan.
Untuk sistem door to door, dilakukan tersangka khusus untuk konsumen pelanggan tetap. "Kalau door to door itu tersangka menawarkan ke relasi lama yang sudah dia kenal. Kemudian nanti dia akan mengirimkan parfum yang sudah dikemas ke kantor atau rumah konsumen," tambah Iman.
Menurut Viktor Inkiriwang mengatakan, sebelum menjadi produsen parfum, tersangka HO alias J (38) pernah bekerja sebagai karyawan di toko parfum. "Sehingga dia mencermati bagaimana cara membuat parfum," ujar Viktor.
Setelah keluar dari toko tersebut, tersangka mencoba merintis sendiri usahanya membuka pabrik parfum. Dia sudah tiga tahun memproduksi parfum KW berbagai merek dan memiliki pegawai sebanyak 20 orang. "Modal awalnya Rp 100 juta. Omzetnya sudah mencapai Rp 36 miliar selama tiga tahun itu," tutur Viktor. *
1
Komentar