nusabali

Kopi Luar 'Rajai' Pasar Kopi Lokal Bali

  • www.nusabali.com-kopi-luar-rajai-pasar-kopi-lokal-bali

Sebagian besar kopi Bali dijual untuk ekspor

DENPASAR, NusaBali

Produksi kopi dari luar daerah, seperti Aceh Gayo,Toraja, Lampung hingga Mandailing terindikasi menguasai pasar kopi lokal di Bali. Indikasi tersebut mengacu dari produksi kopi Bali yang masih belum mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal.
 
Selain produksinya yang rendah, karena keterbatasan areal perkebunan, juga karena produksi kopi Bali sebagian besar dijual ke luar, untuk ekspor.
 
Kabid Perkebunan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Bali Lanang  Haryawan menyatakan karena ‘keterbatasan ‘ produksi itulah, produksi kopi luar ‘merajai’ pasar lokal.
 
“Produksi kopi Bali baru 4.200 hingg 4.500 ton kopi beras,” ungkap Lanang Hayawan, Kamis (8/2). Sementara pasar kopi di Bali semakin meluas.
 
Dia mencontohkan satu usaha industri kopi di Jatim dengan tujuan ekspor membutuhkan kopi beras 5000 ton setiap tahun. “Itu  habis kopi kita,” ujar Lanang Haryawan.
 
Karena itulah kebutuhan kopi di  pasar lokal yang tidak bisa dipenuhi dari produksi kopi Bali menjadi peluang yang terbuka masuknya  kopi luar  ke Bali,” ujar Lanang  Haryawan menambahkan.
 
Kopi produksi luar daerah yang sudah masuk dan merajai pasaran kopi lokal di Bali, diantaranya  kopi Toraja, Lampung , Aceh Gayo dan lainnya. “Karena produksi  kopi lokal tak mencukupi,” ujarnya.
 
Menurut Lanang Haryawan, jika produksi kopi Bali bisa digenjot dengan produksi 10 ribu ton dalam setahun barulah memadai, untuk bisa memenuhi kebutuhan baik untuk pasar ekspor maupun pasar lokal.
 
Dikatakan Lanang Haryawan perkiraan tersebut mengacu perkiraan kebutuhan kopi, baik untuk ekspor dan pasar lokal. Untuk pasar atau konsumsi lokal kebutuhan kopi lokal diperkirakan mencapai 2.500 ton per tahun. Hitungan itu berdasarkan asumsi konsumsi rata-rata  6 kilogram kopi per orang  dari 4 juta penduduk Bali.
 
“Memang tak semua mengonsumsi kopi, namun ada juga penghobi berat kopi. Itulah yang bisa dikonversikan,” dalih Lanang Haryawan member gambaran kebutuhan kopi untuk konsumsi lokal tersebut.
 
Sekedar diketahui, harga kopi Bali khususnya jenis arabica memang lumayan tinggi. Untuk yang baru petik merah harganya mencapai Rp 10.000 per kilogram. Untuk yang sudah biji kering Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu.
 
Hingga sampai jadi kopi bubuk harganya Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu. Sementara potensi areal perkebunan kopi Bali 20 ribu  hektare. Sedang  yang baru tergarap 12 ribu hektare. Sehingga masih ada lahan kosong yang luasnya mencapai 8 ribu hektare. *K17

Komentar