Pengungsi di Buleleng Pulang Bertahap
Pasca penurunan status Gunung Agung dari Level IV Awas menjadi level III Siaga membuat ribuan pengungsi di Buleleng mulai pulang ke kampung halaman secara bertahap.
SINGARAJA, NussaBali
Pemulangan mereka selain difasilitasi pemerintah juga ada yang kembali ke daerah asalnya secara mandiri. Nmaun hingga Minggu (11/2) kemarin, pengungsi Karangasem yang masih berada di Buleleng sejumlah 1.342 jiwa.
Jumlah tersebut dikatakan sudah jauh berkurang dari hari sebelumnya. Terakhir pada Sabtu (10/1) lalu, jumlah pengungsi masih 2.221 jiwa. Sebagian besar pengungsi Gunung Agung pasca penurunan status Gunung Agung sudah tidak sabar kembali ke rumah mereka. Mereka mengaku sudah mulai mengemas barang saat informasi penurunan status dan izin kembali ke rumah diumumkan Menteri ESDM Ignatius Jonan pada Sabtu (10/2).
Seperti yang diakui Kadek Darna, warga Desa Ban, Kecamatan Kubu Karangasem, yang mengaku sudha jenuh tinggal di pengungsian di Dusun Benben, Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Ia bersama 140 warga dari 27 KK yang mengungsi di sana memutuskan untuk kembali ke rumahnya. “Sudah sangat jenuh, karena sudah lima bulan kami di sini, lebih baik biar bisa bekerja lagi untuk melanjutkan hidup,” katanya. Kepulangan mereka juga membawa serta ternak peliharannya yang menjadi harapan satu-satunya warga pengungsi.
Dari kepulangan hampir seribu warga Karangasem, juga masih ditemukan pengungsi yang masih ingin bertahan. Mereka masih meminta waktu hingga Nyepi, karena sudah kehabisan bekal untuk melanjutkan hidup di rumahnya. Ketut Srimben yang juga warga Desa Ban, mengaku masih akan tetap bertahan di pengungsian.
Rumahnya yang berada di radius lima kilometer dari kaldera Gunung Agung masih membuatnya was-was. Ia masih terbayang cerita kejadian letusan tahun 1963 lalu yang terjadi di bulan Februari. “Kami masih khawatir dan takut, karena dulu katanya letusannya di bulan Pebruari. Paling habis Nyepi baru akan pulang, karena kalau sekarang belum ada biaya juga,” ungkap dia.
Sementara itu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Made Subur, menyatakan seluruh pengungsi yang berasal dari luar radius bahaya 4 kilometer dari kaldera Gunung Agung, akan dipulangkan. Proses pemulangan akan dilakukan secara bertahap, karena keterbatasan angkutan yang dimiliki Pemkab Buleleng.
Sejauh ini pihaknya mengaku sudah menyiapkan angkutan dari kendaraan dari Dinas Lingkungan Hidup, BPBD, dan Basarnas. “Estimasi lima hari akan diangkut bertahap, karena keterbatasan kenadaraan juga, tetapi bisa jadi lebih awal, karena beberapa ada yang pulang secara mandiri,” katanya.
Pemulangan pengungsi akan diutamakan kepada warga dan barang-barang bawaan mereka. Sedangkan pemulangan hewan ternak, akan difasilitasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Bali. “Angkutan ternak akan menyusul. Kami sudah koordinasi dengan BPBD Bali. Khusus ternak, nanti akan ditangani Dinas Peternakan Bali,” imbuhnya.
Soal penanganan pengungsi yang masih bertahan, pihaknya menjamin tetap akan memberikan pelayanan kepada mereka, terutama dari pemenuhan logistik. Terutama bagi pengungsi yang tempat tinggalnya di bawah radius empat kilometer yang diestimasi jumlahnya sekitar 200 orang.*k23
Pemulangan mereka selain difasilitasi pemerintah juga ada yang kembali ke daerah asalnya secara mandiri. Nmaun hingga Minggu (11/2) kemarin, pengungsi Karangasem yang masih berada di Buleleng sejumlah 1.342 jiwa.
Jumlah tersebut dikatakan sudah jauh berkurang dari hari sebelumnya. Terakhir pada Sabtu (10/1) lalu, jumlah pengungsi masih 2.221 jiwa. Sebagian besar pengungsi Gunung Agung pasca penurunan status Gunung Agung sudah tidak sabar kembali ke rumah mereka. Mereka mengaku sudah mulai mengemas barang saat informasi penurunan status dan izin kembali ke rumah diumumkan Menteri ESDM Ignatius Jonan pada Sabtu (10/2).
Seperti yang diakui Kadek Darna, warga Desa Ban, Kecamatan Kubu Karangasem, yang mengaku sudha jenuh tinggal di pengungsian di Dusun Benben, Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Ia bersama 140 warga dari 27 KK yang mengungsi di sana memutuskan untuk kembali ke rumahnya. “Sudah sangat jenuh, karena sudah lima bulan kami di sini, lebih baik biar bisa bekerja lagi untuk melanjutkan hidup,” katanya. Kepulangan mereka juga membawa serta ternak peliharannya yang menjadi harapan satu-satunya warga pengungsi.
Dari kepulangan hampir seribu warga Karangasem, juga masih ditemukan pengungsi yang masih ingin bertahan. Mereka masih meminta waktu hingga Nyepi, karena sudah kehabisan bekal untuk melanjutkan hidup di rumahnya. Ketut Srimben yang juga warga Desa Ban, mengaku masih akan tetap bertahan di pengungsian.
Rumahnya yang berada di radius lima kilometer dari kaldera Gunung Agung masih membuatnya was-was. Ia masih terbayang cerita kejadian letusan tahun 1963 lalu yang terjadi di bulan Februari. “Kami masih khawatir dan takut, karena dulu katanya letusannya di bulan Pebruari. Paling habis Nyepi baru akan pulang, karena kalau sekarang belum ada biaya juga,” ungkap dia.
Sementara itu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Made Subur, menyatakan seluruh pengungsi yang berasal dari luar radius bahaya 4 kilometer dari kaldera Gunung Agung, akan dipulangkan. Proses pemulangan akan dilakukan secara bertahap, karena keterbatasan angkutan yang dimiliki Pemkab Buleleng.
Sejauh ini pihaknya mengaku sudah menyiapkan angkutan dari kendaraan dari Dinas Lingkungan Hidup, BPBD, dan Basarnas. “Estimasi lima hari akan diangkut bertahap, karena keterbatasan kenadaraan juga, tetapi bisa jadi lebih awal, karena beberapa ada yang pulang secara mandiri,” katanya.
Pemulangan pengungsi akan diutamakan kepada warga dan barang-barang bawaan mereka. Sedangkan pemulangan hewan ternak, akan difasilitasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Bali. “Angkutan ternak akan menyusul. Kami sudah koordinasi dengan BPBD Bali. Khusus ternak, nanti akan ditangani Dinas Peternakan Bali,” imbuhnya.
Soal penanganan pengungsi yang masih bertahan, pihaknya menjamin tetap akan memberikan pelayanan kepada mereka, terutama dari pemenuhan logistik. Terutama bagi pengungsi yang tempat tinggalnya di bawah radius empat kilometer yang diestimasi jumlahnya sekitar 200 orang.*k23
1
Komentar