SDN 4 Banyuasri Ciptakan Sekolah Berbasis Lingkungan
Seluruh guru dan pegawai SDN 4 Banyuasri, Sabtu (10/2) lalu mengikuti sosialisasi lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Upaya itu merupakan salah satu langkah SDN 4 Banyuasri menjadikan sekolahnya berbasis lingkungan
Kepala SDN 4 Banyuasri I Made Sumarga Jaya, mengatakan pihaknya sebagai pimpinan sekolah tengah mengupayakan seluruh warag sekolahnya peduli terhadap lingkungan.
Ia pun menilai hal tersebut sangat perlu untuk menunjang suasana belajar yang kondusif. “Dengan lingkungan yang asri, suasana belajar mengajar guru dan siswa kami dapat maksimal,” kata dia. Dalam kesempatan itu selain mengundang DLH, pihak sekolah selama ini juga telah bekerjasama dengan Yayasan Manik Bumi yang konsen dalam misi pelestarian lingkungannya. Sebelumnya seluruh siswa, guru dan pegawai setempat sudah diberikan pemahaman untuk bijak menyampah, membuang sampah pada tempatnya. Kemudian diarahkan untuk mulai memilah sampah organik dan non organik, serta pengolahannya sehingga kembali dapat dipakai untuk menjaga keasrian lingkungan sekolah.
Pada kesempatan itu DLH mempraktikkan teknik menyulap sampah organic mnejadi kompos, dengan menggunakan tabung khusus. “Ke depannya kami akan terapkan ini di sekolah, sehingga komposnya nanti kembali bisa digunakan,” imbuh dia.
Namun yang terpenting menurut Sumarga adalah penanaman karakter peduli lingkungan kepada anak didiknya. Minimal mereka paham dan tidak membuang sampah sembarangan. Kebiasaan baik di sekolah itu pun diharapkan mengimbas di rumah dan lingkungan sekitarnya.
Sementara itu Kepala DLH Buleleng, Nyoman Genep mengapresiasi undangan SDN 4 Banyuasri yang melibatkan pihaknya untuk ikut berperan serta menjaga kelestarian lingkungan. Bahkan selain SDN 4 Singaraja, pembinaan DLH ke sekolah-sekolah di Buleleng dalam hal pelestarian lingkungan sudah dilakukan di puluhan sekolah. Bahkan pembinaan dan bantuan fasilitas khusus berupa kompos dan lubang biopori kepada sekolah yang ikut serta dalam ajang Adiwiyata.
“Kami sangat senang dilibatkan untuk meningkatkan kualitas sekolah dan menciptakannya sebagais ekolah berbasis lingkungan. Saya rasa peningkatan kesadaran dalam pengelolaan sampah sudah semakin baik,” kata dia.
Hal senada juga diungkapkan inisiator Yayasan Manik Bumi, Luh Gede Juli Wirahmini. Menurutnya kerjasama upaya peduli lingkungan dengan sekolah di SDN 4 Banyuasri merupakan pilot project. Dalam kerjasama itu pihaknya mengaku akan berbagi ilmu dan juga melakukan pendampingan dari bulan Oktober 20017 sampai dengan Mei 2018 mendatang. SDN 4 Banyuasri akan mendapatkan pendampingan terkait bijak menyampah untuk seluruh warga sekolah.
Siswa, guru dan pegawai setempat juga dibiasakan untuk memilah sampah yang ada. setelah tahapan itu berhasil, seluruh warga sekolah juga akan diberikan pengetahuan terkait plastikologi. Membuat sebuah barang yang berhasil guna dari sampah plastik yang dihasilkan sehari-hari di sekolah. Termasuk pembuatan kompos dari sampah organik.
“Kami sebelumnya sudah melakukan pemetaan sampah jenis apa yangd ihasilkan paling bayak di sekolah, sehingga kita bisa carikan solusi. Ternyata yang banyak adalah kompos dan sampah plastik dari kantin sekolah,” kata dia.
Juli pun berharap dengan sejalannya program sekolah, pemerintah dengan visinya, dapat menjadikan tunas-tunas muda menjadi agent of changes generasi peduli lingkungan. *k23
Kepala SDN 4 Banyuasri I Made Sumarga Jaya, mengatakan pihaknya sebagai pimpinan sekolah tengah mengupayakan seluruh warag sekolahnya peduli terhadap lingkungan.
Ia pun menilai hal tersebut sangat perlu untuk menunjang suasana belajar yang kondusif. “Dengan lingkungan yang asri, suasana belajar mengajar guru dan siswa kami dapat maksimal,” kata dia. Dalam kesempatan itu selain mengundang DLH, pihak sekolah selama ini juga telah bekerjasama dengan Yayasan Manik Bumi yang konsen dalam misi pelestarian lingkungannya. Sebelumnya seluruh siswa, guru dan pegawai setempat sudah diberikan pemahaman untuk bijak menyampah, membuang sampah pada tempatnya. Kemudian diarahkan untuk mulai memilah sampah organik dan non organik, serta pengolahannya sehingga kembali dapat dipakai untuk menjaga keasrian lingkungan sekolah.
Pada kesempatan itu DLH mempraktikkan teknik menyulap sampah organic mnejadi kompos, dengan menggunakan tabung khusus. “Ke depannya kami akan terapkan ini di sekolah, sehingga komposnya nanti kembali bisa digunakan,” imbuh dia.
Namun yang terpenting menurut Sumarga adalah penanaman karakter peduli lingkungan kepada anak didiknya. Minimal mereka paham dan tidak membuang sampah sembarangan. Kebiasaan baik di sekolah itu pun diharapkan mengimbas di rumah dan lingkungan sekitarnya.
Sementara itu Kepala DLH Buleleng, Nyoman Genep mengapresiasi undangan SDN 4 Banyuasri yang melibatkan pihaknya untuk ikut berperan serta menjaga kelestarian lingkungan. Bahkan selain SDN 4 Singaraja, pembinaan DLH ke sekolah-sekolah di Buleleng dalam hal pelestarian lingkungan sudah dilakukan di puluhan sekolah. Bahkan pembinaan dan bantuan fasilitas khusus berupa kompos dan lubang biopori kepada sekolah yang ikut serta dalam ajang Adiwiyata.
“Kami sangat senang dilibatkan untuk meningkatkan kualitas sekolah dan menciptakannya sebagais ekolah berbasis lingkungan. Saya rasa peningkatan kesadaran dalam pengelolaan sampah sudah semakin baik,” kata dia.
Hal senada juga diungkapkan inisiator Yayasan Manik Bumi, Luh Gede Juli Wirahmini. Menurutnya kerjasama upaya peduli lingkungan dengan sekolah di SDN 4 Banyuasri merupakan pilot project. Dalam kerjasama itu pihaknya mengaku akan berbagi ilmu dan juga melakukan pendampingan dari bulan Oktober 20017 sampai dengan Mei 2018 mendatang. SDN 4 Banyuasri akan mendapatkan pendampingan terkait bijak menyampah untuk seluruh warga sekolah.
Siswa, guru dan pegawai setempat juga dibiasakan untuk memilah sampah yang ada. setelah tahapan itu berhasil, seluruh warga sekolah juga akan diberikan pengetahuan terkait plastikologi. Membuat sebuah barang yang berhasil guna dari sampah plastik yang dihasilkan sehari-hari di sekolah. Termasuk pembuatan kompos dari sampah organik.
“Kami sebelumnya sudah melakukan pemetaan sampah jenis apa yangd ihasilkan paling bayak di sekolah, sehingga kita bisa carikan solusi. Ternyata yang banyak adalah kompos dan sampah plastik dari kantin sekolah,” kata dia.
Juli pun berharap dengan sejalannya program sekolah, pemerintah dengan visinya, dapat menjadikan tunas-tunas muda menjadi agent of changes generasi peduli lingkungan. *k23
1
Komentar