Pulang Lebih Awal Kalau Terjadi Hujan Lebat
Aktivitas belajar-mengajar di SDN 3 Desa Munduk, Kecamatan Banjar mulai pulih, setelah sepekan lebih lumpuh akibat bencana air bah menerjang sekolah yang berlokasi di Banjar Tamblingan tersebut.
Siswa SDN 3 Munduk Mulai Bersekolah
SINGARAJA, NusaBali
Seluruh siswa sebanyak 109 orang mulai bersekolah, Senin (12/2). Kendati demikian proses belajar belum bisa berlangsung normal. Seluruh siswa pun akan dipulangkan lebih awal ketika cuaca hujan lebat terjadi di wilayah tersebut.
Seluruh siswa dapat bersekolah kembali setelah semua ruang kelas termasuk ruang guru dapat dibersihkan dari timbunan lumpur bercampur batu berukuran batok kelapa, akibat bencana air bah yang terjadi pada Rabu (31/1) lalu. Pembersihan itu sendiri terpaksa menggunakan alat berat karena ketebalan lumpur bercampur batu mencapai 50 cm. Hampir seluruh ruangan dan areal sekolah terutup lumpur bercampur batu. Meski menggunakan alat berat, bekas lumpur bercampur bebatuan di beberapa sudut masih terlihat. Hal ini karena alat berat tidak bisa menjangkau sudut tersebut, sehingga harus dibersihkan secara manual. “Nanti kami bersama guru dan siswa membersihkan. Yang jelas, siswa sekarang sudah bisa bersekolah dulu,” kata Kepala SDN 3 Munduk, I Wayan Batin.
Meski seluruh siswa sudah bisa bersekolah, namun proses belajar-mengajar belum sepenuhnya berlangsung normal. Karena tidak semua siswa mendapat bangku (meja dan kursi) belajar. Satu bangku terpaksa diisi 3 sampai 4 siswa. Ini terjadi karena beberapa sarana dan prasarana (sarpras) sekolah seperti bangku rusak dalam bencana air bah tersebut. Di samping itu, buku panduan yang menjadi pegangan para guru yang disimpan di sekolah juga ikut hancur. “Ya beginilah kondisinya, kami sedang menginventarisir sarana dan prasarana yang rusak termasuk buku, dan administrasi sekolah. Nanti akan kami laporkan ke UPP agar bisa ditindaklanjuti,” terang Wayan Batin.
Masih kata Wayan Batin, pihaknya juga belum dapat sepenuhnya melaksanakan proses belajar-mengajar, dalam situasi cuaca yang tidak menentu. Dikatakan, ketika nanti hujan lebat di sekitar Banjar Tamblingan, pihaknya terpaksa memulangkan seluruh siswa lebih awal. “Kami tidak ingin terjadi sesuatu pada anak-anak. Lebih baik kami pulangkan anak-anak lebih awal. Karena kami khawatir ketika hujan lebat, mungkin saja terjadi bencana serupa. Apalagi lokasi sekolah memang alur bencana yang tiap tahun terjadi,” ujarnya.
Bencana air bah yang menerjang bangunan SDN 3 Munduk terjadi akhir Januari lalu, sekitar pukul 19.30 Wita. Sebelum kejadian, hujan lebat terjadi di wilayah Tamblingan dan sekitarnya sejak pukul 19.00 Wita. Tumpahan air yang cukup besar dari bukit Tamblingan hanya berlangsung selama sekitar 30 menit. Namun kejadian itu telah menimbulkan kerusakan parah. Selain bangunan SDN 3 Munduk yang terendam lumpur, ada sejumlah bangunan tempat tinggal yang berada di belakang bangunan SD 3 Munduk, milik sekitar 10 kepala keluarga ikut terendam lumpur. Lalu sedikitnya 3 unit sepeda motor juga dikabarkan hanyut beberapa meter dari tempatnya.
Warga menyebut, peristiwa serupa pernah terjadi setahun lalu, tepatnya Februari 2017. Namun saat itu, air bah yang menerjang hanya membawa lumpur. Tetapi kali ini, terbilang cukup parah, karena luberan air juga membawa material batu seukuran batok kelapa. Bangunan SDN 3 Munduk yang diterjang tidak saja merendam seluruh berjumlah 6 ruangan, juga merobohkan tembok penyengker yang ada di depan dan belakangan bangunan sekolah.
Diperkirakan, bencana air bah akibat pangkung (aliran air) di atas bukit sempat tersumbat dengan batang pohon yang tumbang. Biasanya air dari bukit langsung menuju Danau. Sehingga begitu sumbatan jebol, air langsung meluncur ke pemukiman warga di Banjar Tamblingan. *k19
SINGARAJA, NusaBali
Seluruh siswa sebanyak 109 orang mulai bersekolah, Senin (12/2). Kendati demikian proses belajar belum bisa berlangsung normal. Seluruh siswa pun akan dipulangkan lebih awal ketika cuaca hujan lebat terjadi di wilayah tersebut.
Seluruh siswa dapat bersekolah kembali setelah semua ruang kelas termasuk ruang guru dapat dibersihkan dari timbunan lumpur bercampur batu berukuran batok kelapa, akibat bencana air bah yang terjadi pada Rabu (31/1) lalu. Pembersihan itu sendiri terpaksa menggunakan alat berat karena ketebalan lumpur bercampur batu mencapai 50 cm. Hampir seluruh ruangan dan areal sekolah terutup lumpur bercampur batu. Meski menggunakan alat berat, bekas lumpur bercampur bebatuan di beberapa sudut masih terlihat. Hal ini karena alat berat tidak bisa menjangkau sudut tersebut, sehingga harus dibersihkan secara manual. “Nanti kami bersama guru dan siswa membersihkan. Yang jelas, siswa sekarang sudah bisa bersekolah dulu,” kata Kepala SDN 3 Munduk, I Wayan Batin.
Meski seluruh siswa sudah bisa bersekolah, namun proses belajar-mengajar belum sepenuhnya berlangsung normal. Karena tidak semua siswa mendapat bangku (meja dan kursi) belajar. Satu bangku terpaksa diisi 3 sampai 4 siswa. Ini terjadi karena beberapa sarana dan prasarana (sarpras) sekolah seperti bangku rusak dalam bencana air bah tersebut. Di samping itu, buku panduan yang menjadi pegangan para guru yang disimpan di sekolah juga ikut hancur. “Ya beginilah kondisinya, kami sedang menginventarisir sarana dan prasarana yang rusak termasuk buku, dan administrasi sekolah. Nanti akan kami laporkan ke UPP agar bisa ditindaklanjuti,” terang Wayan Batin.
Masih kata Wayan Batin, pihaknya juga belum dapat sepenuhnya melaksanakan proses belajar-mengajar, dalam situasi cuaca yang tidak menentu. Dikatakan, ketika nanti hujan lebat di sekitar Banjar Tamblingan, pihaknya terpaksa memulangkan seluruh siswa lebih awal. “Kami tidak ingin terjadi sesuatu pada anak-anak. Lebih baik kami pulangkan anak-anak lebih awal. Karena kami khawatir ketika hujan lebat, mungkin saja terjadi bencana serupa. Apalagi lokasi sekolah memang alur bencana yang tiap tahun terjadi,” ujarnya.
Bencana air bah yang menerjang bangunan SDN 3 Munduk terjadi akhir Januari lalu, sekitar pukul 19.30 Wita. Sebelum kejadian, hujan lebat terjadi di wilayah Tamblingan dan sekitarnya sejak pukul 19.00 Wita. Tumpahan air yang cukup besar dari bukit Tamblingan hanya berlangsung selama sekitar 30 menit. Namun kejadian itu telah menimbulkan kerusakan parah. Selain bangunan SDN 3 Munduk yang terendam lumpur, ada sejumlah bangunan tempat tinggal yang berada di belakang bangunan SD 3 Munduk, milik sekitar 10 kepala keluarga ikut terendam lumpur. Lalu sedikitnya 3 unit sepeda motor juga dikabarkan hanyut beberapa meter dari tempatnya.
Warga menyebut, peristiwa serupa pernah terjadi setahun lalu, tepatnya Februari 2017. Namun saat itu, air bah yang menerjang hanya membawa lumpur. Tetapi kali ini, terbilang cukup parah, karena luberan air juga membawa material batu seukuran batok kelapa. Bangunan SDN 3 Munduk yang diterjang tidak saja merendam seluruh berjumlah 6 ruangan, juga merobohkan tembok penyengker yang ada di depan dan belakangan bangunan sekolah.
Diperkirakan, bencana air bah akibat pangkung (aliran air) di atas bukit sempat tersumbat dengan batang pohon yang tumbang. Biasanya air dari bukit langsung menuju Danau. Sehingga begitu sumbatan jebol, air langsung meluncur ke pemukiman warga di Banjar Tamblingan. *k19
Komentar