Penginapan di Nusa Penida Kembali Bangkit
Kondisi kunjungan wisatawan di Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, berangsur-angsur meningkat.
SEMARAPURA, NusaBali
Kerena saat Gunung Agung erupsi hingga mengakibatkan bandara buka-tutup, kunjungan wisatawan terutama yang menginap di Nusa Penida, sempat anjlok. Kendati demikian jika bercermin dari pengalaman sebelumnya pada Februari 2017, tingkat hunian atau akupansi mencapai persentasi 70 persen. Sedangkan akupansi pada Februari 2018 rata-rata 60 persen. “Memang ada penurunan jika dibandingkan setahun lalu pada Februari,” ujar Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Klungkung I Wayan Sukadana, Selasa (13/2).
Kata dia, angka akupansi 60 persen tersebut didominasi oleh wisatawan Jerman dan Eropa. Sedangkan saat Hari Raya Imlek, Jumat (16/2), pihaknya memprediksi akan terjadi peningkatan tingkat hunian. Adapun tingkat hunian penginapan di Nusa Penida diprediksi 75-80 persen. Namun biasanya wisatawan Tiongkok memiliki kecenderungan menghabiskan waktunya tidak lebih dari sehari di Nusa Penida untuk menikmati wisata bahari.
Pihaknya berharap, dengan adanya penurunan status Gunung Agung dari awas menjadi siaga, wisatawan yang berlibur ke Nusa Penida akan semakin meningkat. Sebelumnya, wisatawan yang menginap di Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, mengalami penurunan hingga 37 persen saat terjadi buka-tutup bandara. Sehingga kondisi ini sempat memicu perang tarif penginapan. Untuk rata-rata harga penginapan di Kecamatan Nusa Penida, bervariatif tergantung kualitas dan pelayanan yang diberikan, kisaran Rp 175.000/hari-Rp 395.000/hari.
Sukadana menjelaskan, jumlah penginapan di Nusa Penida mencapai 287 penginapan, yakni 87 penginapan di Nusa Gede dan 200 penginapan di Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. Kemudian persentase kunjungan wisatawan saat musim ramai bisa mencapai 3.000 orang, dengan estimasi 11 persen wisatawan Jerman, 9 persen wisatawan Australia, 7 persen wisatawan Cina 7 persen dan lainnya, termasuk wisatawan domestik.*wan
Kerena saat Gunung Agung erupsi hingga mengakibatkan bandara buka-tutup, kunjungan wisatawan terutama yang menginap di Nusa Penida, sempat anjlok. Kendati demikian jika bercermin dari pengalaman sebelumnya pada Februari 2017, tingkat hunian atau akupansi mencapai persentasi 70 persen. Sedangkan akupansi pada Februari 2018 rata-rata 60 persen. “Memang ada penurunan jika dibandingkan setahun lalu pada Februari,” ujar Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Klungkung I Wayan Sukadana, Selasa (13/2).
Kata dia, angka akupansi 60 persen tersebut didominasi oleh wisatawan Jerman dan Eropa. Sedangkan saat Hari Raya Imlek, Jumat (16/2), pihaknya memprediksi akan terjadi peningkatan tingkat hunian. Adapun tingkat hunian penginapan di Nusa Penida diprediksi 75-80 persen. Namun biasanya wisatawan Tiongkok memiliki kecenderungan menghabiskan waktunya tidak lebih dari sehari di Nusa Penida untuk menikmati wisata bahari.
Pihaknya berharap, dengan adanya penurunan status Gunung Agung dari awas menjadi siaga, wisatawan yang berlibur ke Nusa Penida akan semakin meningkat. Sebelumnya, wisatawan yang menginap di Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, mengalami penurunan hingga 37 persen saat terjadi buka-tutup bandara. Sehingga kondisi ini sempat memicu perang tarif penginapan. Untuk rata-rata harga penginapan di Kecamatan Nusa Penida, bervariatif tergantung kualitas dan pelayanan yang diberikan, kisaran Rp 175.000/hari-Rp 395.000/hari.
Sukadana menjelaskan, jumlah penginapan di Nusa Penida mencapai 287 penginapan, yakni 87 penginapan di Nusa Gede dan 200 penginapan di Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. Kemudian persentase kunjungan wisatawan saat musim ramai bisa mencapai 3.000 orang, dengan estimasi 11 persen wisatawan Jerman, 9 persen wisatawan Australia, 7 persen wisatawan Cina 7 persen dan lainnya, termasuk wisatawan domestik.*wan
1
Komentar