Kader Golkar Bali Pertanyakan Rehabilitasi
Ngakan Rai Budiasa direshuffle dan statusnya digantung. Namun I Gusti Putu Wijaya menyebutkan Golkar Bali tidak pernah memecat kader.
DENPASAR, NusaBali
Wacana pemulihan nama kader Golkar yang dipecat merembet ke kader Golkar Bali. Dewa Ngakan Rai Budiasa, kader Golkar Bali yang pada waktu pemilihan presiden (pilpres) mendukung Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden (cawapres) berpasangan dengan Joko Widodo selaku calon presiden, meminta pemulihan. Ngakan Rai Budiasa mengaku sampai saat ini statusnya digantung partainya.
Ngakan Rai Budiasa mengatakan dirinya tiba-tiba di-reshuffle sebagai Ketua Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan DPD I Golkar Bali yang dipimpin I Ketut Sudikerta pada 2014. Padahal saat itu banyak kader Golkar yang mendukung Jusuf Kalla.
“Saya direshuffle. Diganti mendadak tahun 2014 karena memimpin Relawan Lembang Sembilan yang dibentuk Jokowi–JK. Kalau di DPP Golkar ada pemulihan, kami tuntut pemulihan juga. Harus ada rehabilitasi nama kami,” ujar Rai Budiasa, di Denpasar, Sabtu (6/2).
Politisi asal Desa Melinggih Kelod, Payangan, Gianyar, ini menegaskan dirinya memang tidak dipecat sampai saat ini. Tetapi posisi Ketua OKK DPD I Golkar Bali tiba-tiba saja sudah berubah.
“Pemecatan saya nggak pernah terima. Tetapi diganti tanpa pemberitahuan. Pengelolaan organisasi di Golkar sudah jauh melenceng. Main ganti saja,” kata Rai Budiasa.
Rai Budiasa mengaku tidak merengek soal jabatannya dikembalikan. Namun akan adanya Munaslub dan pesertanya turunan dari DPP Munas Riau, komposisi organisasi Golkar harus dikembalikan.
Kalau melakukan reshuffle harusnya ada pleno lebih dulu. Namun di Golkar Bali saat itu, menurut Rai Budiasa, mekanisme tersebut tidak jalan. Saat itu beberapa kader Golkar diganti hanya dengan rapat dan kongkow-kongkow. “Bukan rapat resmi penggantian saya. Hanya kongkow–kongkow. Harusnya ada pleno,” tegas Rai Budiasa.
Sementara Wakil Ketua Bidang Organisasi DPD I Golkar Bali I Gusti Putu Wijaya menyebutkan Golkar Bali tidak pernah memecat kader. “Kalau diberhentikan dari pengurus memang ada. Kalau Dewa Rai Budiasa bukan dipecat. Namun direshuffle karena ada penyegaran ketika itu,” ujarnya, Sabtu kemarin.
Sehingga logikanya, kata Wijaya, status Dewa Rai Budiasa tidak perlu dilakukan rehabilitasi atau pemulihan. “Tidak pernah dipecat. Apanya direhabilitasi? Rehabilitasi itu memang ada dalam Munaslub nanti. Saya akan cek dokumen reshuffle. Untuk Rai Budiasa dan beberapa kader lain tidak pernah ada dipecat,” imbuh mantan ketua DPD II Golkar Tabanan, ini.
Wijaya meminta kader Golkar Bali supaya bersatu kembali. Tidak lagi memasalahkan hal yang sudah lewat. “Karena sekarang Golkar sudah bukan Golkar A, bukan Golkar B lagi. Kami sudah satu dan sepakat konsolidasi ke internal,” tegas Wijaya.
Sebelumnya diberitakan, pertemuan antara Aburizal Bakrie alias Ical (Ketua Umum DPP Golkar versi Munas Nusa Dua 2014 yang sekaligus Ketua Umum DPP Golkar Munas Riau 2009), Agung Laksono (Ketua Umum DPP Golkar Munas Ancol 2014), dan Jusuf Kalla (Ketua Tim Transisi Golkar) sepakati tiga poin pokok dalam pertemuan di Jakarta, Rabu (3/2). Salah satunya, sepakat merehabilitasi kader-kader yang sebelumnya dipecat selama konflik internal Golkar.
Selain menyangkut rehabilitasi kader-kader yang dipecat, juga membahas pelaksanaan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar yang diagendakan April-Mei 2016. Poin satunya lagi, sepakati ubah AD/ART Golkar untuk hindari perpecahan partai.
Pada poin ketiga, Ical-JK-Agung sepakat merehabilitasi seluruh kader partai yang dipecat selama konflik internal Golkar. “Keputusan itu jelas nama-namanya, seperti disampaikan,” ujar Ical. “Ke depannya tidak akan ada lagi aksi pemecatan terhadap kader Golkar. Yang telanjur (dipecat), akan direhabilitasi,” timpal Agung.
Pertemuan di kediaman JK itu tanpa dihadiri sesepuh Golkar lainnya, Akbar Tandjung, yang notabene Ketua Dewan Pertimbangan DPP Golkar. Akbar mengaku tak diundang dalam pertemuan itu. Padahal, banyak hal penting dibahas seperti rencana Munaslub, rehabilitasi kader yang dipecat, bahkan revisi AD/ART. Akbar merasa dirinya jarang dilibatkan belakangan. “Saya kan nggak tahu pertemuan itu membahas apa, saya nggak pernah diajak,” ujar Akbar kepada detikcom, Rabu (3/2). 7 nat
Komentar