Lengan Selatan Underpass Mulai Dibor
Untuk yang di sisi utara saat ini sedang dilakukan penataan drainase, yang ditargetkan selesai April mendatang
MANGUPURA, NusaBali
Progres pengerjaan underpass Simpang Tugu Ngurah Rai, di Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, sudah mencapai 34 persen. Underpass yang dibangun dengan struktur dinding scant pile dan bore pile pada bagian dalam bundaran pengeborannya hampir selesai. Saat ini sudah mulai melakukan pengeboran pada lengan selatan.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah VIII I Nyoman Yasmara, mengungkapkan pengeboran pada bagian bundaran tinggal tiga titik. Saat ini pengerjaan pengeboran pada lengan selatan.
Yasmara mengaku pada lengan selatan sudah dilakukan pengeboran pada empat titik. Pada lengan selatan itu akan dibor sebanyak 230 titik. “Untuk bor pile lengan selatan saat ini sudah mulai dilakukan pengerjaan. Yang di selatan itu dikerjakan pada malam hari. Karena masuk dalam wilayah Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP). Pengerjaan dilakukan pukul 02.00 – 07.00 Wita. Pengerjaan itu hanya sampai pukul 07.00 Wita karena traffic penerbangan sudah ramai. Pada sisi selatan itu nanti akan ada 230 titik pengeboran,” ungkap Yasmara saat dikonfirmasi, Rabu (14/2).
Sementara untuk yang di sisi utara saat ini sedang dilakukan penataan drainase. Secara fungsional drainase itu ditargetkan selesai April mendatang. Saat ini akan konsentrasi pada zona II (sisi utara). Pekan depan direncanakan mulai dilakukan bor pile. Pengerjaan bor pile itu nanti dimulai pada sisi barat. Yasmara mengaku waktu yang sisa ini ngebut mengerjakan frontage road. Sehingga pekan depan bisa digunakan untuk pengalihan arus lalu lintas.
“Pada saat dilakukan pengeboran, kendaraan akan melintas pada jalur frontage itu. Sebelum adanya pengerjaan kami harus koordinasi dahulu dengan Dishub dan Polda. Setelah itu dilanjukan dengan bor pile yang di sisi timur. Setelah relokasi pipa PDAM maka akan dilakukan pengeboran. Pada lengan sisi utara itu nanti terdapat 270 titik pengeboran,” ungkapnya.
Untuk diketahui underpass kedua di Bali ini memiliki ukuran panjang total 712 meter. Rinciannya panjang frontage sisi utara 320 meter, panjang frontage sisi selatan 260 meter, dan panjang underpass tertutup 132 meter dengan tinggi 5,1 meter.
Sementara untuk pengerjaan proyek yang berada di Simpang Jimbaran, Kelurahan Jimbara, Kecamatan Kuta Selatan, Yasmara mengaku belum bisa memulai pengerjaan. Menurutnya hingga kini belum ada kejelasan. Saat ini masih menunggu proses pembebasan lahan. Dirinya mengaku hingga saat ini prosesnya sudah masuk ke pengadilan.
“Pemkab Badung belum memberikan informasi kepada kami kapan boleh mulai dikerjakan. Saat nanti Pemkab Badung member informasi sudah bisa dikerjakan, kami akan langsung kerjakan,” tandasnya.
Sementara pemilik lahan yang terdampak proyek di Simpang Jimbaran hingga kini tetap kukuh menolak harga Rp 1 miliar per area yang ditetapkan oleh appraisal. Pemilik lahan berkeinginan agar harga lahan per are sama seperti harga lahan di Simpang Tugu Ngurah Rai di Tuban, Kecamatan Kuta, yakni Rp 2 miliar.
“Kami hanya mau agar nominal harga tanahnya sama dengan yang di Tuban. Kenapa tanah kami dibedakan dengan yang di Tuban, padahal untuk proyek yang sama dan lokasinya juga hampir sama strategisnya,” tutur Wayan Sutama salah seorang pemilik lahan yang terdampak proyek. *p
Progres pengerjaan underpass Simpang Tugu Ngurah Rai, di Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, sudah mencapai 34 persen. Underpass yang dibangun dengan struktur dinding scant pile dan bore pile pada bagian dalam bundaran pengeborannya hampir selesai. Saat ini sudah mulai melakukan pengeboran pada lengan selatan.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah VIII I Nyoman Yasmara, mengungkapkan pengeboran pada bagian bundaran tinggal tiga titik. Saat ini pengerjaan pengeboran pada lengan selatan.
Yasmara mengaku pada lengan selatan sudah dilakukan pengeboran pada empat titik. Pada lengan selatan itu akan dibor sebanyak 230 titik. “Untuk bor pile lengan selatan saat ini sudah mulai dilakukan pengerjaan. Yang di selatan itu dikerjakan pada malam hari. Karena masuk dalam wilayah Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP). Pengerjaan dilakukan pukul 02.00 – 07.00 Wita. Pengerjaan itu hanya sampai pukul 07.00 Wita karena traffic penerbangan sudah ramai. Pada sisi selatan itu nanti akan ada 230 titik pengeboran,” ungkap Yasmara saat dikonfirmasi, Rabu (14/2).
Sementara untuk yang di sisi utara saat ini sedang dilakukan penataan drainase. Secara fungsional drainase itu ditargetkan selesai April mendatang. Saat ini akan konsentrasi pada zona II (sisi utara). Pekan depan direncanakan mulai dilakukan bor pile. Pengerjaan bor pile itu nanti dimulai pada sisi barat. Yasmara mengaku waktu yang sisa ini ngebut mengerjakan frontage road. Sehingga pekan depan bisa digunakan untuk pengalihan arus lalu lintas.
“Pada saat dilakukan pengeboran, kendaraan akan melintas pada jalur frontage itu. Sebelum adanya pengerjaan kami harus koordinasi dahulu dengan Dishub dan Polda. Setelah itu dilanjukan dengan bor pile yang di sisi timur. Setelah relokasi pipa PDAM maka akan dilakukan pengeboran. Pada lengan sisi utara itu nanti terdapat 270 titik pengeboran,” ungkapnya.
Untuk diketahui underpass kedua di Bali ini memiliki ukuran panjang total 712 meter. Rinciannya panjang frontage sisi utara 320 meter, panjang frontage sisi selatan 260 meter, dan panjang underpass tertutup 132 meter dengan tinggi 5,1 meter.
Sementara untuk pengerjaan proyek yang berada di Simpang Jimbaran, Kelurahan Jimbara, Kecamatan Kuta Selatan, Yasmara mengaku belum bisa memulai pengerjaan. Menurutnya hingga kini belum ada kejelasan. Saat ini masih menunggu proses pembebasan lahan. Dirinya mengaku hingga saat ini prosesnya sudah masuk ke pengadilan.
“Pemkab Badung belum memberikan informasi kepada kami kapan boleh mulai dikerjakan. Saat nanti Pemkab Badung member informasi sudah bisa dikerjakan, kami akan langsung kerjakan,” tandasnya.
Sementara pemilik lahan yang terdampak proyek di Simpang Jimbaran hingga kini tetap kukuh menolak harga Rp 1 miliar per area yang ditetapkan oleh appraisal. Pemilik lahan berkeinginan agar harga lahan per are sama seperti harga lahan di Simpang Tugu Ngurah Rai di Tuban, Kecamatan Kuta, yakni Rp 2 miliar.
“Kami hanya mau agar nominal harga tanahnya sama dengan yang di Tuban. Kenapa tanah kami dibedakan dengan yang di Tuban, padahal untuk proyek yang sama dan lokasinya juga hampir sama strategisnya,” tutur Wayan Sutama salah seorang pemilik lahan yang terdampak proyek. *p
1
Komentar