KPPAD Harapkan Pendampingan Psikolog
Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Bali soroti kasus dugaan pelecehan guru terhadap siswi pada salah satu SD di Payangan, Gianyar.
Dugaan Kasus Pelecehan Guru Terhadap Siswi
GIANYAR, NusaBali
Komisioner KPPAD Bali Bidang Pendidikan Kadek Ariyasa mengatakan kasus ini memerlukan pendampingan psikolog. “Kasus ini perlu dilakukan klarifikasi dan verifikasi melibatkan psikolog independen,” jelasnya, Rabu (14/2) kemarin.
Kehadiran psikolog dalam kasus ini dinilai cukup penting, agar apa yang diadukan oleh orangtua dengan tanggapan Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar tidak bias dengan kenyataan. “Kami kawatir kalo ternyata kasus ini terbukti menimbulkan kekerasan terhadap anak,” ungkapnya.
Terlebih saat ini, kasus dugaan pelecehan ini sedang ditangani unit PPA Polres Gianyar. “Jika nanti terbukti setelah diselidiki oleh aparat penegak hukum, bisa jadi akan timbul ketidakpercayaan terhadap instansi pemerintah,” terangnya.
Sebaliknya, jika ternyata tidak terbukti melakukan tindakan pelecehan atau kekerasan seksual, maka penting bagi instansi terkait untuk menggencarkan antisipasi. “Para siswa dan orangtua agar diedukasi tentang jenis tindakan yang masuk kategori kekerasan terhadap anak, termasuk kekerasan seksual,” jelasnya.
Pihaknya pun mengajak semua pihak untuk menjadikan kasus ini sebagai pembelajaran. Mulai dari para siswa, orangtua termasuk guru dan pejabat agar satu persepsi untuk memajukan pendidikan generasi muda. “Anak-anak di masa depan adalah generasi penerus kita semua,” imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang oknum guru Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Payangan dilaporkan ke polisi karena diduga meremas siswinya berinisial PD, 10. Kejadian itu sudah berlangsung bulan Januari lalu namun dilaporkan pada Senin lalu (5/2) pukul 14.30 WITA.
Kini guru SD itu sudah diperiksa polisi dan si anak tetap bersekolah seperti biasa. Kasat Reskrim Polres Gianyar, AKP Denny Septiawan ketika dikonfirmasi membenarkan kasus tersebut. Guru yang diduga melakukan pelecehan itupun sudah diperiksa pada Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Gianyar. Termasuk siswi yang menjadi korban, juga sudah diperiksa. Namun pihaknya enggan berkoemntar banyak. Secara singkat Kasatreskrim Polres Gianyar, Deny Septiawan mengatakan kasusnya masih berlanjut. “Kasusnya jalan terus,” ujar AKP Deny singkat, Selasa (13/2).
Menurut informasi yang dihimpun, kasus itu berawal pada Kamis lalu (25/1) pukul 10.00 WITA. Lokasinya berada di perpustakaan sekolah. Antara guru dengan beberapa siswi ini tengah berlatih senam. Selanjutnya, sang guru menyuruh para siswi menutup mata sambil pemanasan.
Kesempatan itu kemudian digunakan oleh sang guru untuk menjalankan aksinya yang tak terpuji. Sang guru meraba dan meremas tubuh korban. Menurut sumber, kejadian itu sudah terjadi sebanyak dua kali, sehingga korban merasa trauma dan melaporkan kejadian itu kepada orangtuanya.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar Made Suradnya mengaku telah mengutus Sekretaris Dinas Pendidikan untuk menindaklanjuti permasalahan itu. Dalam penelusuran dinas, diketahui jika antara sang guru dengan siswi yang menjadi korban masih ada hubungan kerabat. “Antara guru dan ayah siswi itu memisan (sepupu, Red). Karena ada masalah pribadi, ketidakcocokan di rumah, makanya dilaporkanlah guru ini,” ujar Suradnya, kemarin.
Dijelaskan Suradnya, kasus ini masih berjalan. Lantaran ada masalah di internal keluarga, maka bukan tidak mungkin sang guru akan melawan. “Kelihatannya kalau tidak benar, nanti bisa dituntut balik korbannya,” jelasnya.
Dinas sendiri belum melihat bentuk pencabulan yang terjadi dilakukan oleh guru terhadap siswinya. “Karena dia (guru, red) sedang melatih anak. Saat melatih ada beberapa siswa, ada tiga orang. Jadi ketiganya dipegang, kurang gerak makanya dipegang, ini begini-ini begini,” ungkapnya.
Dinas juga telah memanggil dua siswa lainnya yang ikut latihan. “Mereka juga sama, dipegang karena ada gerakan yang perlu dibenahi. Makanya pelecehan seksual dalam bidang apa?, buktinya belum ada,” terangnya.
Berbeda halnya apabila yang diraba adalah bagian vital. “Kecuali susu diremas, baru. Ini situasi sedang latihan. Ini anak SD anak kecil. Kami lihat masih wajar, karena masih latihan. Semuanya juga dipegang, yang begini yang betul,” ungkanya.
Maka dari itu, pihak Disdik tidak melihat ada pelecehan. “Indikator apa. Kecuali di sana pegang susu dan sebagainya. Ini sama dengan menari kan juga begitu,” imbuhnya. Atas permasalahan ini, proses belajar mengajar di sekolah itu berlangsung normal. “Anaknya sudah belajar seperti biasa,” tukasnya.*nvi
GIANYAR, NusaBali
Komisioner KPPAD Bali Bidang Pendidikan Kadek Ariyasa mengatakan kasus ini memerlukan pendampingan psikolog. “Kasus ini perlu dilakukan klarifikasi dan verifikasi melibatkan psikolog independen,” jelasnya, Rabu (14/2) kemarin.
Kehadiran psikolog dalam kasus ini dinilai cukup penting, agar apa yang diadukan oleh orangtua dengan tanggapan Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar tidak bias dengan kenyataan. “Kami kawatir kalo ternyata kasus ini terbukti menimbulkan kekerasan terhadap anak,” ungkapnya.
Terlebih saat ini, kasus dugaan pelecehan ini sedang ditangani unit PPA Polres Gianyar. “Jika nanti terbukti setelah diselidiki oleh aparat penegak hukum, bisa jadi akan timbul ketidakpercayaan terhadap instansi pemerintah,” terangnya.
Sebaliknya, jika ternyata tidak terbukti melakukan tindakan pelecehan atau kekerasan seksual, maka penting bagi instansi terkait untuk menggencarkan antisipasi. “Para siswa dan orangtua agar diedukasi tentang jenis tindakan yang masuk kategori kekerasan terhadap anak, termasuk kekerasan seksual,” jelasnya.
Pihaknya pun mengajak semua pihak untuk menjadikan kasus ini sebagai pembelajaran. Mulai dari para siswa, orangtua termasuk guru dan pejabat agar satu persepsi untuk memajukan pendidikan generasi muda. “Anak-anak di masa depan adalah generasi penerus kita semua,” imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang oknum guru Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Payangan dilaporkan ke polisi karena diduga meremas siswinya berinisial PD, 10. Kejadian itu sudah berlangsung bulan Januari lalu namun dilaporkan pada Senin lalu (5/2) pukul 14.30 WITA.
Kini guru SD itu sudah diperiksa polisi dan si anak tetap bersekolah seperti biasa. Kasat Reskrim Polres Gianyar, AKP Denny Septiawan ketika dikonfirmasi membenarkan kasus tersebut. Guru yang diduga melakukan pelecehan itupun sudah diperiksa pada Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Gianyar. Termasuk siswi yang menjadi korban, juga sudah diperiksa. Namun pihaknya enggan berkoemntar banyak. Secara singkat Kasatreskrim Polres Gianyar, Deny Septiawan mengatakan kasusnya masih berlanjut. “Kasusnya jalan terus,” ujar AKP Deny singkat, Selasa (13/2).
Menurut informasi yang dihimpun, kasus itu berawal pada Kamis lalu (25/1) pukul 10.00 WITA. Lokasinya berada di perpustakaan sekolah. Antara guru dengan beberapa siswi ini tengah berlatih senam. Selanjutnya, sang guru menyuruh para siswi menutup mata sambil pemanasan.
Kesempatan itu kemudian digunakan oleh sang guru untuk menjalankan aksinya yang tak terpuji. Sang guru meraba dan meremas tubuh korban. Menurut sumber, kejadian itu sudah terjadi sebanyak dua kali, sehingga korban merasa trauma dan melaporkan kejadian itu kepada orangtuanya.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar Made Suradnya mengaku telah mengutus Sekretaris Dinas Pendidikan untuk menindaklanjuti permasalahan itu. Dalam penelusuran dinas, diketahui jika antara sang guru dengan siswi yang menjadi korban masih ada hubungan kerabat. “Antara guru dan ayah siswi itu memisan (sepupu, Red). Karena ada masalah pribadi, ketidakcocokan di rumah, makanya dilaporkanlah guru ini,” ujar Suradnya, kemarin.
Dijelaskan Suradnya, kasus ini masih berjalan. Lantaran ada masalah di internal keluarga, maka bukan tidak mungkin sang guru akan melawan. “Kelihatannya kalau tidak benar, nanti bisa dituntut balik korbannya,” jelasnya.
Dinas sendiri belum melihat bentuk pencabulan yang terjadi dilakukan oleh guru terhadap siswinya. “Karena dia (guru, red) sedang melatih anak. Saat melatih ada beberapa siswa, ada tiga orang. Jadi ketiganya dipegang, kurang gerak makanya dipegang, ini begini-ini begini,” ungkapnya.
Dinas juga telah memanggil dua siswa lainnya yang ikut latihan. “Mereka juga sama, dipegang karena ada gerakan yang perlu dibenahi. Makanya pelecehan seksual dalam bidang apa?, buktinya belum ada,” terangnya.
Berbeda halnya apabila yang diraba adalah bagian vital. “Kecuali susu diremas, baru. Ini situasi sedang latihan. Ini anak SD anak kecil. Kami lihat masih wajar, karena masih latihan. Semuanya juga dipegang, yang begini yang betul,” ungkanya.
Maka dari itu, pihak Disdik tidak melihat ada pelecehan. “Indikator apa. Kecuali di sana pegang susu dan sebagainya. Ini sama dengan menari kan juga begitu,” imbuhnya. Atas permasalahan ini, proses belajar mengajar di sekolah itu berlangsung normal. “Anaknya sudah belajar seperti biasa,” tukasnya.*nvi
Komentar