nusabali

Suka Bola, Bocah Difabel Idolakan Stefano Lilipaly

  • www.nusabali.com-suka-bola-bocah-difabel-idolakan-stefano-lilipaly

Terlahir dengan tangan kanan dan kaki kiri tidak normal, Putu Ari Kresna Saputra, 11, tidak membuatnya patah semangat. Bahkan, di tengah keterbasan itu, bocah yang akrab disapa Yoko ini bahkan mampu bermain bola. 

BANGLI, NusaBali
Bocah difabel ini ngefans dengan striker Bali United, Stefano Lilipaly. Bahkan Lilipaly merespon postingan Yoko bermain bola dan berhasrat menjumpai bocah itu. 

Ayah Putu Ari Kresna Saputra, I Wayan Arsana mengaku sempat dihubungi manajemen Bali United. “Yoko ingin diajak ke Stadion Gelora Bung Karno untuk menyaksikan langsung Bali United melawan Persija Jakarta dalam babak final Piala Presiden,” ungkap Arsana saat ditemui di rumahnya, Banjar Petung, Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani, Bangli, Jumat (16/2). Hanya saja waktu berangkatnya mepet sehingga Yoko yang ngefans Stefano Lilipaly ga bisa ikut.

Arsana menceritakan, saat Yoko berumur 4 tahun, salah satu yayasan menawarkan bantuan kaki palsu. Namun ia menolak karena kaki anaknya harus diamputasi sebelum dipasang kaki palsu. “Kaki masih ada jari itu harus diamputasi, kami tolak. Kondisi sudah tidak normal saya tidak ingin itu dipotong lagi. Kalau ada yang memberikan bantuan, kalau bisa kaki palsu yang seperti selop,” pintanya. Terbaru, pada Jumat siang kemarin, tim dari Kick Andy Foundation mengukur kaki Yoko untuk dibuatkan kaki palsu. 

Arsana mengatakan, Yoko bersekolah di SDN 2 Batur, duduk di kelas III. Awalnya Yoko tidak mau sekolah karena merasa malu, namun akhirnya mau sekolah setelah melihat teman sebayanya sudah sekolah. Awal sekolah, Arsana selalu menemani putra sulungnya di sekolah. Selama enam bulan Yoko selalu ditemani hingga akhirnya berani sekolah sendiri. Malahan saat ini Yoko masuk 6 besar di kelas. “Dia memang malu bila ada orang baru, tapi kalau sudah kenal jadi biasa,” sebutnya. Dikatakan, Yoko tidak mau belajar di Sekolah Luar Biasa (SLB). Apalagi pihak sekolah juga mendukung Yoko tetap belajar di SDN 2 Batur. 

Ditambahkan, sejak kecil Yoko diajak tinggal di Desa Buahan, Kintamani. Sebab Arsana mengontrak toko yang sekaligus dijadikan tempat tinggal. Karena kontrak sudah habis, Arsana bersama istrinya, Ni Ketut Sukrami, 29, memutuskan kembali ke Banjar Petung. “Pemilik toko tidak mengontrakan lagi jadi kami putuskan kembali ke rumah orangtua,” ungkapnya. Arsana mengaku bekerja sebagai tukang pijat keliling, penghasilannya tidak menentu. Sekali memijat dibayar Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu. “Tidak mematok tarif, berapa ikhlas orang membayar,” akunya. Kadang hingga seminggu tidak mendapat panggilan meminjat, praktis mengandalkan penghasilan istri sebagai buruh tani dengan upah Rp 70 ribu per hari. 

Terpisah, Kepala Dusun Petung, I Wayan Ekamaja mengungkapkan, Arsana termasuk KK miskin. Di rumahnya terdapat 7 kepala keluarga. Tahun ini Arsana mendapat bantuan bedah rumah. “Saat ini masih tahap pembangunan. Sebelumnya tinggal di Buahan baru beberapa beberapa bulan pindah ke sini,” jelasnya. 7e

Komentar