Ini Makna Angka 5.555, Jumlah Penari Kecak di Puncak BBAF
Sebanyak 5.555 orang penari siap menampilkan Tari Kecak di puncak Berawa Beach Arts Festival (BBAF), Minggu (25/2).
MANGUPURA, NusaBali
Festival yang digelar untuk pertama kalinya ini berlangsung 22–25 Februari 2018. Direktur Artistik Pertunjukan BBAF Gede Tilem Pastika, mengemukakan 5.555 orang penari Kecak pada puncak BBAF nanti merupakan jumlah terbanyak yang akan memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri). Jumlah tersebut mengalahkan jumlah penari kecak terbanyak 2016 di Tabanan yang dipentaskan di Tanah Lot sebanyak 5.016 orang.
Menurut Tilem Pastika, pemilihan angka 5.555 dalam jumlah penari kecak itu memiliki makna filosofi. Empat angka 5 menunjukkan dua pasang tangan. Dua pasang tangan maknanya bersatu. Jadi festival ini melambangkan persatuan. Uniknya penarinya tak hanya laki-laki tetapi juga perempuan. Sebanyak 3.500 orang pria dan 2.055 wanita
“Yang terlibat dalam tarian ini adalah pelajar dari beberapa SMA/SMK se-Badung. Di Tabanan dahulu rekornya dengan jumlah peserta 5.016, Kecak sebagai pengiring sebuah pertunjukan. Sementara Kecak yang akan pentas di BBAF adalah Kecak konser. Ini dilakukan untuk mengembalikan keberadaan Kecak seperti awalnya tahun 1932. Peserta dari Kecak itu tak hanya pria tetapi juga wanita. Sebanyak 3.500 orang pria dan 2.055 wanita. Jadi nanti ada harmoni dari dua vokal berbeda,” ungkapnya ketika dikonfirmasi, Minggu (18/2).
Selain pementasan tari Kecak yang akan melibatkan 5.555 orang, juga disajikan kuliner, minuman lokal Bali bernuansa pesisir, kompetisi patung pasir, dan lomba mancing. Festival ini juga dimeriahkan oleh band lokal seperti Joni Agung, Lolot, Balawan, dan band lainnya.
“Dalam festival ini nanti, masyarakat Desa Tibubeneng akan menghadirkan sea food festival yang dibawakan oleh 13 banjar adat. Mereka nanti menghadirkan makanan olahan hasil laut dengan sensasi bumbu ala Bali,” ujar Tilem Pastika.
Sementara itu, Camat Kuta Utara Anak Agung Ngurah Arimbawa sebagai salah satu inisiator terselenggaranya BBAF mengaku senang dengan terselenggaranya festival seni dan budaya ini. Menurutnya, Kuta Utara khususnya Pantai Berawa merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang tak kalah dari objek wisata lainnya.
Awalnya terispirasi dari tempat lain yang melakukan berbagai festival. Sebut saja Kuta Beach Festival, Legian Beach Festival, Nusa Dua Fiesta, dan lainnya. Namun di Kuta Utara tak satu pun ada gelaran festival.
Harapannya dengan pagelaran festival ini dapat membangkitkan ekonomi kerakyatan Desa Tibubeneng. Festival ini ditargetkan mendatangkan 10 ribu pengunjung setiap hari. Harapannya pariwisata bangkit perekonomian masyarakat juga bangkit.
Dirinya mengungkapkan sumber dana yang digunakan selain dari kebersamaan masyarakat setempat juga dari bantuan Pemkab Badung. Pemkab Badung mengucurkan dana sebesar Rp 2,3 miliar. Uang itu disalurkan melalui Bantuan Keuangan Khusus (BKK) yang langsung dikucurkan melalui APBDes Tibubeneng.
“Saat kami mengajukan proposal, bapak bupati sangat mendukung. Dalam proposal kami mengajukan dan Rp 3,6 miliar, tetapi yang terealisasi hanya Rp 2,3 miliar. Harapannya dengan adanya festival ini akan meningkatkan perekonomian rakyat,” tutur Anak Agung Arimbawa. *p
Menurut Tilem Pastika, pemilihan angka 5.555 dalam jumlah penari kecak itu memiliki makna filosofi. Empat angka 5 menunjukkan dua pasang tangan. Dua pasang tangan maknanya bersatu. Jadi festival ini melambangkan persatuan. Uniknya penarinya tak hanya laki-laki tetapi juga perempuan. Sebanyak 3.500 orang pria dan 2.055 wanita
“Yang terlibat dalam tarian ini adalah pelajar dari beberapa SMA/SMK se-Badung. Di Tabanan dahulu rekornya dengan jumlah peserta 5.016, Kecak sebagai pengiring sebuah pertunjukan. Sementara Kecak yang akan pentas di BBAF adalah Kecak konser. Ini dilakukan untuk mengembalikan keberadaan Kecak seperti awalnya tahun 1932. Peserta dari Kecak itu tak hanya pria tetapi juga wanita. Sebanyak 3.500 orang pria dan 2.055 wanita. Jadi nanti ada harmoni dari dua vokal berbeda,” ungkapnya ketika dikonfirmasi, Minggu (18/2).
Selain pementasan tari Kecak yang akan melibatkan 5.555 orang, juga disajikan kuliner, minuman lokal Bali bernuansa pesisir, kompetisi patung pasir, dan lomba mancing. Festival ini juga dimeriahkan oleh band lokal seperti Joni Agung, Lolot, Balawan, dan band lainnya.
“Dalam festival ini nanti, masyarakat Desa Tibubeneng akan menghadirkan sea food festival yang dibawakan oleh 13 banjar adat. Mereka nanti menghadirkan makanan olahan hasil laut dengan sensasi bumbu ala Bali,” ujar Tilem Pastika.
Sementara itu, Camat Kuta Utara Anak Agung Ngurah Arimbawa sebagai salah satu inisiator terselenggaranya BBAF mengaku senang dengan terselenggaranya festival seni dan budaya ini. Menurutnya, Kuta Utara khususnya Pantai Berawa merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang tak kalah dari objek wisata lainnya.
Awalnya terispirasi dari tempat lain yang melakukan berbagai festival. Sebut saja Kuta Beach Festival, Legian Beach Festival, Nusa Dua Fiesta, dan lainnya. Namun di Kuta Utara tak satu pun ada gelaran festival.
Harapannya dengan pagelaran festival ini dapat membangkitkan ekonomi kerakyatan Desa Tibubeneng. Festival ini ditargetkan mendatangkan 10 ribu pengunjung setiap hari. Harapannya pariwisata bangkit perekonomian masyarakat juga bangkit.
Dirinya mengungkapkan sumber dana yang digunakan selain dari kebersamaan masyarakat setempat juga dari bantuan Pemkab Badung. Pemkab Badung mengucurkan dana sebesar Rp 2,3 miliar. Uang itu disalurkan melalui Bantuan Keuangan Khusus (BKK) yang langsung dikucurkan melalui APBDes Tibubeneng.
“Saat kami mengajukan proposal, bapak bupati sangat mendukung. Dalam proposal kami mengajukan dan Rp 3,6 miliar, tetapi yang terealisasi hanya Rp 2,3 miliar. Harapannya dengan adanya festival ini akan meningkatkan perekonomian rakyat,” tutur Anak Agung Arimbawa. *p
1
Komentar