Pick Up Terjun ke Jurang, 3 Tewas
Mobil Pick Up DK 9324 BP jatuh ke jurang sedalam 25 meter di Sungai Belumbang, Desa Tusan setelah ngatret karena tak kuat nanjak
Salah Satu Korban, Sekretaris PK Golkar Kecamatan Jembrana
SEMARAPURA, NusaBali
Gara-gara tidak kuat nanjak, sebuah mobil Pick Up DK 9324 BP terperosok ke jurang sedalam 25 meter di bawah Jembatan Sungai Belumbang kawasan Banjar Sema Agung, Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Senin (19/2) malam. Akibatnya, 3 orang yang berada dalam mobil Pick Up tewas mengenaskan di lokasi TKP, termasuk Sekretaris Pengurus Kecamatan (PK) Golkar Jembrana, I Wayan Suryadita, 48.
Selain I Wayan Suryadita (Sekretaris PK Golkar Jembrana asal Banjar Mekarsari, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana), dua korban tewas lagi dalam musibah Pick Up jatuh ke jurang malam itu masing-masing Lambertus Lame Tobin, 51 (pengemudi Pickup DK 9324 BP yang beralamat di Jalan Ceroring Nomor 22 Denpasar) dan I Komang Agus Arya Puput, 38 (warga Banjar Pangkung Jajang, Desa Tukadaya, Kecamatan Jembarana).
Saat musibah terjadi, Senin malam sekitar pukul 19.30 Wita, mobil Pick Up DK 9324 BP yang ditumpangi ketiga korban mengangkut bahan bangunan dan melaju arah selatan (Jalan Bypass Prof Dr IB Mantra). Pick Up naas ini hendak kirim bahan bangunan untuk proyek vila ke Perumahan BTN di Banjar Sema Agung, Desa Tusan. Ketiga korban berangkat bareng karena satu kru kerja sebuah vila di kawasan Denpasar.
Begitu memasuki lokasi TKP yang dalam kondisi jalan menanjak, mobil Pick Up DK 9324 BP ini mendadak berhenti, lalu ngatret (bergerak mundur), hingga kemudian terperosok ke jurang sedalam 25 meter di Sungai Belumbang. Diduga kuat, mobil naas ini tak kuat nanjak karena beratnya beban muatan berupa material bangunan seperti genteng, asbes, dan besi.
Tak lama setelah kejadian, petugas gabungan dari Polri/TNI, BPBD, dan Basarnas dibantu masyarakat sekitar, langsung berupaya melakukan pencarian dan evakuasi korban. Proses evakuasi korban berlangsung alot, karena medan cukup berat dan jalan sempit menuju dasar jurang. Korban pertama yang berhasil ditemukan dan dievakuasi dalam kondisi tewas, Senin malam sekitar pukul 22.00 Wita atau 2,5 jam pasca kejadian, adalah sopir Lambertus Lame Tobin. Jenazah korban langsung dibawa ke RS Sanglah, Denpasar.
Sedangkan korban Wayan Suryadita dan Komang Agus Arya Puput baru berhasl dievakuasi dari dasar jurang, Selasa (20/2) subuh pukul 05.00 Wita. Jenazah kedua korban asal Jembrana ini ditemukan dalam kondisi tertimbun material bangunan. Jenazah mereka langsung dibawa ke RSUD Klungkung di Semarapura.
Kasat Lantas Polres Klungkung, AKP Taufan Rizaldi, mengatakan pihaknya masih menyelidiki kecelakaan tunggal yang merenggut tiga nyawa di bawah Jembatan Sungai Belumbang, Desa Tusan ini. “Dugaan sementara, Pick Up terperosok ke jurang karena tidak kuat nanjak,” jelas AKP Taufan, Selasa kemarin.
Sementara, jenazah dua korban tewas asal Jembrana, Wayan Suryadita dan Komang Agus Arya Puput, sudah dipulangkan dari RSUD Klungkung, Selasa siang, menggunakan mobil ambulans. Bahkan, Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, I Putu Widiada, ikut mengantar kepulangan jenazah korban ke Jembrana.
Pantauan NusaBali di RSUD Klungkung, Selasa pagi sekitar pukul 09.00 Wita, jenazah Wayan Suryadita dijemput langsung istrinya, Ni Wayan Nari, 45, didampingi putri sulungnya, Ni Luh Desi Lidayanti, 23. Menurut Wayan Nari, almarhum Wayan Suryadita yang tewas mengenaskan di jurang Sungai Belumbang ini merupakan mantan Kapala Dusun (Kadus) Mekarsari, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana.
Setelah pensiun sebagai Kadus Mekarsari, Agustus 2017 lalu, korban Wayan Suryadita bekerja di sebuah vila kawasan Denpasar, sehingga jarang pulang kampung. Terkahir, Suryadita yang juga Sekretaris PK Golkar Jembrana pulang pada Anggara Kasih Perangbakat, Selasa, 30 Januari 2018 lalu. Ketika itu, Wayan Nari tidak ada firasat apa pun kalau suaminya akan meninggal secara tragis. “Tapi, anak saya sempat melihat burung goak (gagak) terbang di areal rumah, Senin kemarin. Itu aneh,” keluhnya.
Korban Wayan Suryadita sendiri berpulang untuk selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Ni Wayan Nari serta dua anak, yakni Ni Luh Desi Lidayanti (guru di SMK TI Bali Global Jimbaran) dan I Kadek Yoga Surya Astrawan, 19 (lulusan D3 di Akedemi Komunitas Negeri Jembrana). Hingga Selasa kemarin, jenazah almarhum masih disemayamkan di rumah duka. Jenazah almarhum rencananya akan dia-benkan di setra Desa Pakraman Perancak pada Soma Paing Kelawu, Senin, 26 Februari 2018 depan. Sedangkan ritual nyiramang layon dilaksanakan sehari sebelumnya, Minggu, 25 Februari 2018.
Sementara itu, anak sulung korban, Luh Desi Lidayanti, yang sempat menerima kedatangan NusaBali di rumah duka di Banjar Mekarsari, Desa Perancak, Selasa kemarin, mengaku tidak percaya dengan kepergian ayahnya sedemikian tragis. Luh Desa kesehariannya tinggal terpisah bersama pamannya, I Komang Suryawan (adik kandung korban Wayan Suryadita), di Asrama Polsek Kuta Selatan.
Luh Desi mengaku mendapat kabar kecelakaan ayahnya di Klungkung, Senin malam sekitar pukul 23.30 Wita. Untuk memastikan kondisi ayahnya, Luh Desa dan pamannya yang kebetulan berdinas di Polsek Kuta Selatan, berusaha mencari informasi lebih lanjut. Merka bahkan mengecek langsung ke lokasi TKP di Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. “Saya bersama paman dan teman paman yang kebetulan tahu lokasi, tida di TKP dinihari tadi pukul 01.00 Wita,” kenang gadis berusia 23 tahun ini.
Meski mobil jatuh ke dalam jurang sedalam 25 meter, Luh Desi sempat berpikir kalau sang ayah dalam keadaan selamat dan berhasil keluar dari mobilnya. Namun, dia akhirnya merasakan firasat lain kalau ayahnya telah meninggal dunia. “Karena tiba-tiba rasanya melihat bayangan bapak melambai-lambaikan tangan ‘da da da’,” katanya. Benar saja, ayahnya dievakuasi petugas dalam kondisi sudah tewas, Selasa subuh pukul 05.00 Wita.
Luh Desi memaparkan, saat kecelakaan maut malam itu, ayahnya sedang mendapatkan pekerjaan untuk membantu proyek pembangunan vila milik temannya di Klungkung. “Karena ada proyek vila milik temannya, maka bapak bawa bahan-bahan bangunan ke Desa Tusan,” tandas Luh Desi.
Sementara itu, Ketua DPD II Golkar Jembrana, I Wayan Suardika, mengaku sudah mendengar kabar duka kematian tragis Wayan Suryadita, yang merupoakan Sekretaris PK Golkar Jembrana. Pihaknya bersama pengurus Golkar berencana melayat ke rumah duka di Banjar Mekarsari, Desa Perancak.
“Almarhum memang aktif dan rajin di partai. Sebelum dipilih menjadi Sekretaris PK Golkar Jembrana tahun 2017, almarhum sempat menjabat Ketua PD (Pengurus Desa) Golkar Desa Perancak,” ujar Sudirka saat dikonfirmasi NusaBali, Selasa kemarin. *wan,ode
SEMARAPURA, NusaBali
Gara-gara tidak kuat nanjak, sebuah mobil Pick Up DK 9324 BP terperosok ke jurang sedalam 25 meter di bawah Jembatan Sungai Belumbang kawasan Banjar Sema Agung, Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Senin (19/2) malam. Akibatnya, 3 orang yang berada dalam mobil Pick Up tewas mengenaskan di lokasi TKP, termasuk Sekretaris Pengurus Kecamatan (PK) Golkar Jembrana, I Wayan Suryadita, 48.
Selain I Wayan Suryadita (Sekretaris PK Golkar Jembrana asal Banjar Mekarsari, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana), dua korban tewas lagi dalam musibah Pick Up jatuh ke jurang malam itu masing-masing Lambertus Lame Tobin, 51 (pengemudi Pickup DK 9324 BP yang beralamat di Jalan Ceroring Nomor 22 Denpasar) dan I Komang Agus Arya Puput, 38 (warga Banjar Pangkung Jajang, Desa Tukadaya, Kecamatan Jembarana).
Saat musibah terjadi, Senin malam sekitar pukul 19.30 Wita, mobil Pick Up DK 9324 BP yang ditumpangi ketiga korban mengangkut bahan bangunan dan melaju arah selatan (Jalan Bypass Prof Dr IB Mantra). Pick Up naas ini hendak kirim bahan bangunan untuk proyek vila ke Perumahan BTN di Banjar Sema Agung, Desa Tusan. Ketiga korban berangkat bareng karena satu kru kerja sebuah vila di kawasan Denpasar.
Begitu memasuki lokasi TKP yang dalam kondisi jalan menanjak, mobil Pick Up DK 9324 BP ini mendadak berhenti, lalu ngatret (bergerak mundur), hingga kemudian terperosok ke jurang sedalam 25 meter di Sungai Belumbang. Diduga kuat, mobil naas ini tak kuat nanjak karena beratnya beban muatan berupa material bangunan seperti genteng, asbes, dan besi.
Tak lama setelah kejadian, petugas gabungan dari Polri/TNI, BPBD, dan Basarnas dibantu masyarakat sekitar, langsung berupaya melakukan pencarian dan evakuasi korban. Proses evakuasi korban berlangsung alot, karena medan cukup berat dan jalan sempit menuju dasar jurang. Korban pertama yang berhasil ditemukan dan dievakuasi dalam kondisi tewas, Senin malam sekitar pukul 22.00 Wita atau 2,5 jam pasca kejadian, adalah sopir Lambertus Lame Tobin. Jenazah korban langsung dibawa ke RS Sanglah, Denpasar.
Sedangkan korban Wayan Suryadita dan Komang Agus Arya Puput baru berhasl dievakuasi dari dasar jurang, Selasa (20/2) subuh pukul 05.00 Wita. Jenazah kedua korban asal Jembrana ini ditemukan dalam kondisi tertimbun material bangunan. Jenazah mereka langsung dibawa ke RSUD Klungkung di Semarapura.
Kasat Lantas Polres Klungkung, AKP Taufan Rizaldi, mengatakan pihaknya masih menyelidiki kecelakaan tunggal yang merenggut tiga nyawa di bawah Jembatan Sungai Belumbang, Desa Tusan ini. “Dugaan sementara, Pick Up terperosok ke jurang karena tidak kuat nanjak,” jelas AKP Taufan, Selasa kemarin.
Sementara, jenazah dua korban tewas asal Jembrana, Wayan Suryadita dan Komang Agus Arya Puput, sudah dipulangkan dari RSUD Klungkung, Selasa siang, menggunakan mobil ambulans. Bahkan, Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, I Putu Widiada, ikut mengantar kepulangan jenazah korban ke Jembrana.
Pantauan NusaBali di RSUD Klungkung, Selasa pagi sekitar pukul 09.00 Wita, jenazah Wayan Suryadita dijemput langsung istrinya, Ni Wayan Nari, 45, didampingi putri sulungnya, Ni Luh Desi Lidayanti, 23. Menurut Wayan Nari, almarhum Wayan Suryadita yang tewas mengenaskan di jurang Sungai Belumbang ini merupakan mantan Kapala Dusun (Kadus) Mekarsari, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana.
Setelah pensiun sebagai Kadus Mekarsari, Agustus 2017 lalu, korban Wayan Suryadita bekerja di sebuah vila kawasan Denpasar, sehingga jarang pulang kampung. Terkahir, Suryadita yang juga Sekretaris PK Golkar Jembrana pulang pada Anggara Kasih Perangbakat, Selasa, 30 Januari 2018 lalu. Ketika itu, Wayan Nari tidak ada firasat apa pun kalau suaminya akan meninggal secara tragis. “Tapi, anak saya sempat melihat burung goak (gagak) terbang di areal rumah, Senin kemarin. Itu aneh,” keluhnya.
Korban Wayan Suryadita sendiri berpulang untuk selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Ni Wayan Nari serta dua anak, yakni Ni Luh Desi Lidayanti (guru di SMK TI Bali Global Jimbaran) dan I Kadek Yoga Surya Astrawan, 19 (lulusan D3 di Akedemi Komunitas Negeri Jembrana). Hingga Selasa kemarin, jenazah almarhum masih disemayamkan di rumah duka. Jenazah almarhum rencananya akan dia-benkan di setra Desa Pakraman Perancak pada Soma Paing Kelawu, Senin, 26 Februari 2018 depan. Sedangkan ritual nyiramang layon dilaksanakan sehari sebelumnya, Minggu, 25 Februari 2018.
Sementara itu, anak sulung korban, Luh Desi Lidayanti, yang sempat menerima kedatangan NusaBali di rumah duka di Banjar Mekarsari, Desa Perancak, Selasa kemarin, mengaku tidak percaya dengan kepergian ayahnya sedemikian tragis. Luh Desa kesehariannya tinggal terpisah bersama pamannya, I Komang Suryawan (adik kandung korban Wayan Suryadita), di Asrama Polsek Kuta Selatan.
Luh Desi mengaku mendapat kabar kecelakaan ayahnya di Klungkung, Senin malam sekitar pukul 23.30 Wita. Untuk memastikan kondisi ayahnya, Luh Desa dan pamannya yang kebetulan berdinas di Polsek Kuta Selatan, berusaha mencari informasi lebih lanjut. Merka bahkan mengecek langsung ke lokasi TKP di Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. “Saya bersama paman dan teman paman yang kebetulan tahu lokasi, tida di TKP dinihari tadi pukul 01.00 Wita,” kenang gadis berusia 23 tahun ini.
Meski mobil jatuh ke dalam jurang sedalam 25 meter, Luh Desi sempat berpikir kalau sang ayah dalam keadaan selamat dan berhasil keluar dari mobilnya. Namun, dia akhirnya merasakan firasat lain kalau ayahnya telah meninggal dunia. “Karena tiba-tiba rasanya melihat bayangan bapak melambai-lambaikan tangan ‘da da da’,” katanya. Benar saja, ayahnya dievakuasi petugas dalam kondisi sudah tewas, Selasa subuh pukul 05.00 Wita.
Luh Desi memaparkan, saat kecelakaan maut malam itu, ayahnya sedang mendapatkan pekerjaan untuk membantu proyek pembangunan vila milik temannya di Klungkung. “Karena ada proyek vila milik temannya, maka bapak bawa bahan-bahan bangunan ke Desa Tusan,” tandas Luh Desi.
Sementara itu, Ketua DPD II Golkar Jembrana, I Wayan Suardika, mengaku sudah mendengar kabar duka kematian tragis Wayan Suryadita, yang merupoakan Sekretaris PK Golkar Jembrana. Pihaknya bersama pengurus Golkar berencana melayat ke rumah duka di Banjar Mekarsari, Desa Perancak.
“Almarhum memang aktif dan rajin di partai. Sebelum dipilih menjadi Sekretaris PK Golkar Jembrana tahun 2017, almarhum sempat menjabat Ketua PD (Pengurus Desa) Golkar Desa Perancak,” ujar Sudirka saat dikonfirmasi NusaBali, Selasa kemarin. *wan,ode
1
Komentar