Gapensi Minta Nilai Proyek Disesuaikan
Kontraktor atau rekanan yang tergabung dalam Gapensi Bali berharap pemerintah menyesuaikan nilai proyek-proyek milik pemerintah dengan perkembangan harga barang dan material di lapangan.
DENPASAR, NusaBali
Harapan tersebut disampaikan, karena kalangan rekanan mengaku masih dihantui kesulitan penggarapan proyek tahun 2017. Hal itu disebabkan meroketnya material dan bahan bangunan menyusul bencana erupsi Gunung Agung. Ujung-ujungnya banyak proyek molor, karena kesulitan bahan baku, diantaranya sirtu.
”Karena itulah rekanan berharap Pemerintah menyesuaikan nilai proyek dengan kenaikkan harga material,” kata Ketua DPD Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia (Gapensi) I Wayan Adnyana, di Denpasar, Selasa (20/2)
Harapan tersebut disampaikan Adnyana, disebabkan proyek-proyek yang umumnya digarap rekanan lokal, yang tergabung dalam Gapensi adalah proyek-proyek tahun tunggal. Bukan proyek tahun jamak, sehingga jika terjadi peningkatan harga material dan bahan bangunan, rekanan local, tidak bisa berkutik. “Tidak bisa dilakukan peninjauan harga, karena harus rampung pada tahun tersebut,” ungkap Adnyana.
Hal itulah menurut Adnyana dialami pengusaha konstruksi, khususnya di Gapensi pada 2017, menyusul kenaikan material dan bahan bangunan akibat erupsi Gunung Agung. Namun resiko pengusaha, apapun itu harus siap diterima konsekuensinya.
Terutama penggarapan proyek-proyek tahun tunggal yang umumnya proyek dengan nilai tidak besar. Beda dengan proyek-proyek tahun jamak, yang umumnya proyek berskala besar. Untuk proyek-proyek berskala besar, peninjauan harga masih bisa dilakukan. “Kan umumnya proyek model ini jelas lebih dari setahun target penyelesaiannya,” lanjut Adnyana.
Menurut Adnyana kebanyakan proyek-proyek berskala besar diambil oleh rekanan besar dari luar, seperti rekanan nasional (BUMN). Antisipasi dengan perkembangan harga di lapangan itulah, kata Adnyana, pemerintah selaku pemilik pekerjaan, menyesuaikan nilai pekerjaan. *k17
Harapan tersebut disampaikan, karena kalangan rekanan mengaku masih dihantui kesulitan penggarapan proyek tahun 2017. Hal itu disebabkan meroketnya material dan bahan bangunan menyusul bencana erupsi Gunung Agung. Ujung-ujungnya banyak proyek molor, karena kesulitan bahan baku, diantaranya sirtu.
”Karena itulah rekanan berharap Pemerintah menyesuaikan nilai proyek dengan kenaikkan harga material,” kata Ketua DPD Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia (Gapensi) I Wayan Adnyana, di Denpasar, Selasa (20/2)
Harapan tersebut disampaikan Adnyana, disebabkan proyek-proyek yang umumnya digarap rekanan lokal, yang tergabung dalam Gapensi adalah proyek-proyek tahun tunggal. Bukan proyek tahun jamak, sehingga jika terjadi peningkatan harga material dan bahan bangunan, rekanan local, tidak bisa berkutik. “Tidak bisa dilakukan peninjauan harga, karena harus rampung pada tahun tersebut,” ungkap Adnyana.
Hal itulah menurut Adnyana dialami pengusaha konstruksi, khususnya di Gapensi pada 2017, menyusul kenaikan material dan bahan bangunan akibat erupsi Gunung Agung. Namun resiko pengusaha, apapun itu harus siap diterima konsekuensinya.
Terutama penggarapan proyek-proyek tahun tunggal yang umumnya proyek dengan nilai tidak besar. Beda dengan proyek-proyek tahun jamak, yang umumnya proyek berskala besar. Untuk proyek-proyek berskala besar, peninjauan harga masih bisa dilakukan. “Kan umumnya proyek model ini jelas lebih dari setahun target penyelesaiannya,” lanjut Adnyana.
Menurut Adnyana kebanyakan proyek-proyek berskala besar diambil oleh rekanan besar dari luar, seperti rekanan nasional (BUMN). Antisipasi dengan perkembangan harga di lapangan itulah, kata Adnyana, pemerintah selaku pemilik pekerjaan, menyesuaikan nilai pekerjaan. *k17
1
Komentar