Warga Sumberkelampok Tangkarkan Jalak Bali
Sebanyak 17 orang warga Desa Sumberkelampok, Kecamatan Gerokgak Buleleng yang tergabung dalam kelompok Manuk Jegeg mendapat izin menangkarkan Jalak Bali.
SINGARAJA, NusaBali
Mereka dipercaya Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA, ikut serta melestarikan Jalak Bali sebagai salah satu burung yang dilindungi di Indonesia. Sekretaris Manuk Jegeg, Istiarto Ismo, mengatakan kelompok yang terbentuk berawal dari kesamaan penggemar burung tahun 2011 mendapat persetujuan BKSDA untuk menangkarkan Jalak Bali. Mengingat warga setempat paling dekat dengan habitat binatang maskot Pulau Bali yang tersebar di tiga spot kawasan Desa Sumberkelampok.
Mereka pun awalnya mendapat pinjaman 15 pasang jalak Bali dari Asosiasi Pelestari Curik Bali (APCB) untuk ditangkarkan. Selama berproses, lima anakan jalak Bali yang berhasil ditetaskan dari induk Jalak Bali pinjaman APCB dikebalikan satu ekor. “Kami berdua belas dapat pinjaman awalnya 15 pasang, dan sampai kini sudah mengembalikan 13 ekor anakan baru, sedangkan yang 15 pasang awal itu sekarang sudah jadi 90 ekor,” kata Istiarto, Rabu (21/2).
Selain sebagai penggemar, hasil penangkaran Jalak Bali kini sudah merambah ke dunia bisnis. Bahkan anggota kelompok Manuk Jegeg, sudah ada yang mejualnya hingga puluhan juta. Mereka pun menjual Jalak Putih sesuai dengan peraturan yang ada. Selain harus mengantongi izin edar sebagai izin penjualan dari BKSDA, mereka hanya diberikan menjualnya kepada orang Indonesia. “Kalau keluar Indonesia itu tidak boleh, semasih di Indonesia diizinkan, karena kami juga sudah punya izin edar,” imbunya.
Ismo juga menerangkan satu pasang burung Jalak Bali biasanya sudah tersertifikat. Sehingga sata mereka menetaskan satu anakan baru, anak burung kecil otomatis juga sudah memiliki akta. Seperti halnya akta kelahiran pada anak manusia.
Satu pasang Jalak Bali biasanya dipasarkan dengan harga Rp 12-15 juta. Tergantung umur burung yang memiliki warga kelopak mata yang indah. Secara fisik burung jalak Bali memiliki keunggulan selain sebagai burung endemik memiliki bentuk dan warna putih, kelompak sekitar bola mata berwarna biru, dan suara merdu disertai kibasan jengger saat berkicau.
Sebelum ditangkarkan anggota kelompok memang menjalani sejumlah tahapan, seperti pelatihan cara pemeliharaan dan penangkarannya. Begitu juga cara merawat kebersihan dan kesehatan burung berwarna putih bersih ini. Secara umum Ismo mengaku tidak ada hal spesifik dan istimewa dalam proses pemeliharaan.
Upaya penangkaran burung langka dan dilindungi ini juga membuat kasus pencurian dan pemburuan Jalak Bali kini hampir tidak ditemukan lagi. terakhir terjadi empat tahun silam. Kelompok Manuk Jegeg sejak tahun 2013 lalu juga berencana untuk menjadikan upaya penangkaran Jalak Bali ini sebagai wisata, selain upaya konservasi dan penjualan langsung.
“Karena dulu sebelum tahun 80-an, ada tiga spot di sekitar desa kami yang kini hilang, motivasi kami ikut mengkonservasi cita-citanya ingin mengembalikan spot yang hilang itu biar ada lagi,” kata dia.
Sementara itu Perbekel Desa Sumberkelompok I Wayan Sawitra Yasa, mendukung sepenuhnya upaya konservasi baik yang dilakukan TNBB, maupun masyarakatnya. Sehingga Jalak Bali yang merupakan burung kebanggaan Pulau Bali dapat dilestarikan dan diselamatkan populasinya dari kepunahan.
“Karena desa kami sebagai daerah penyangga habitat Jalak Bali, bagaimanapun juga harus turun tangan melestarikan populasi. Dan ini sudah berjalan cukup sukses di warga kami yang mendapat izin penangkaran,” ungkap dia. *k23
Mereka dipercaya Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA, ikut serta melestarikan Jalak Bali sebagai salah satu burung yang dilindungi di Indonesia. Sekretaris Manuk Jegeg, Istiarto Ismo, mengatakan kelompok yang terbentuk berawal dari kesamaan penggemar burung tahun 2011 mendapat persetujuan BKSDA untuk menangkarkan Jalak Bali. Mengingat warga setempat paling dekat dengan habitat binatang maskot Pulau Bali yang tersebar di tiga spot kawasan Desa Sumberkelampok.
Mereka pun awalnya mendapat pinjaman 15 pasang jalak Bali dari Asosiasi Pelestari Curik Bali (APCB) untuk ditangkarkan. Selama berproses, lima anakan jalak Bali yang berhasil ditetaskan dari induk Jalak Bali pinjaman APCB dikebalikan satu ekor. “Kami berdua belas dapat pinjaman awalnya 15 pasang, dan sampai kini sudah mengembalikan 13 ekor anakan baru, sedangkan yang 15 pasang awal itu sekarang sudah jadi 90 ekor,” kata Istiarto, Rabu (21/2).
Selain sebagai penggemar, hasil penangkaran Jalak Bali kini sudah merambah ke dunia bisnis. Bahkan anggota kelompok Manuk Jegeg, sudah ada yang mejualnya hingga puluhan juta. Mereka pun menjual Jalak Putih sesuai dengan peraturan yang ada. Selain harus mengantongi izin edar sebagai izin penjualan dari BKSDA, mereka hanya diberikan menjualnya kepada orang Indonesia. “Kalau keluar Indonesia itu tidak boleh, semasih di Indonesia diizinkan, karena kami juga sudah punya izin edar,” imbunya.
Ismo juga menerangkan satu pasang burung Jalak Bali biasanya sudah tersertifikat. Sehingga sata mereka menetaskan satu anakan baru, anak burung kecil otomatis juga sudah memiliki akta. Seperti halnya akta kelahiran pada anak manusia.
Satu pasang Jalak Bali biasanya dipasarkan dengan harga Rp 12-15 juta. Tergantung umur burung yang memiliki warga kelopak mata yang indah. Secara fisik burung jalak Bali memiliki keunggulan selain sebagai burung endemik memiliki bentuk dan warna putih, kelompak sekitar bola mata berwarna biru, dan suara merdu disertai kibasan jengger saat berkicau.
Sebelum ditangkarkan anggota kelompok memang menjalani sejumlah tahapan, seperti pelatihan cara pemeliharaan dan penangkarannya. Begitu juga cara merawat kebersihan dan kesehatan burung berwarna putih bersih ini. Secara umum Ismo mengaku tidak ada hal spesifik dan istimewa dalam proses pemeliharaan.
Upaya penangkaran burung langka dan dilindungi ini juga membuat kasus pencurian dan pemburuan Jalak Bali kini hampir tidak ditemukan lagi. terakhir terjadi empat tahun silam. Kelompok Manuk Jegeg sejak tahun 2013 lalu juga berencana untuk menjadikan upaya penangkaran Jalak Bali ini sebagai wisata, selain upaya konservasi dan penjualan langsung.
“Karena dulu sebelum tahun 80-an, ada tiga spot di sekitar desa kami yang kini hilang, motivasi kami ikut mengkonservasi cita-citanya ingin mengembalikan spot yang hilang itu biar ada lagi,” kata dia.
Sementara itu Perbekel Desa Sumberkelompok I Wayan Sawitra Yasa, mendukung sepenuhnya upaya konservasi baik yang dilakukan TNBB, maupun masyarakatnya. Sehingga Jalak Bali yang merupakan burung kebanggaan Pulau Bali dapat dilestarikan dan diselamatkan populasinya dari kepunahan.
“Karena desa kami sebagai daerah penyangga habitat Jalak Bali, bagaimanapun juga harus turun tangan melestarikan populasi. Dan ini sudah berjalan cukup sukses di warga kami yang mendapat izin penangkaran,” ungkap dia. *k23
1
Komentar