Lomba Patung Pasir Tandai Pembukaan BBAF
Pembukaan Berawa Beach Arts Festival (BBAF), Kamis (22/2), diawali dengan lomba seni ukir patung pasir di Pantai Berawa, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Badung.
MANGUPURA, NusaBali
Lomba patung pasir diikuti oleh tujuh kelompok. Ketua Umum Panitia BBAF Ketut Putrayasa mengaku perlombaan maupun parade yang digelar dalam festival ini semuanya bernuansa pesisir. Mengapa patung pasir, karena tema yang diangkat dalam festival ini adalah pesisir. Hanya pasir yang bisa dibuat berdaya seni. Diakuinya, seni patung pasir ini dimaksudkan untuk menampilkan yang beda dari festival yang ada di tempat lain di Badung.
Lomba patung pasir digelar pukul 08.00-16.00 Wita. Patung pasir hasil kreasi peserta di antaranya berwujud orang berjemur dan kura-kura. Lomba patung pasir itu setiap kelompok terdiri dari tiga hingga empat orang. Menariknya pematungnya tak hanya dari Badung tetapi juga dari luar.
Menurut Putrayasa, pematung sebagian besar dari Badung dan sebagian lainnya dari luar. Makna yang diangkat dari patung pasir, misalnya patung kura-kura tujuan untuk mengkampanyekan bahwa kita harus menyelamatakan kura-kura dari kepunahan. Selain itu ada mitologi, kura-kura adalah kendaraan Dewa Baruna.
“Visual yang ditampilkan itu bermacam-macam namun menggambarkan aktivitas pesisir. Pembukaan dilakukan oleh Wakil Bupati Badung (I Ketut Suiasa). Selain perlombaan patung pasir juga ada parade dari 13 banjar adat Desa Tibebeneng. Paradenya semuanya bernuansa pesisir, misalnya tarian nelayan, tarian mancing, menangkap ikan. Untuk perlombaan patung sudah langsung diberi nilai oleh tim penilai hari ini juga. Namun para juaranya akan diumumkan saat acara puncak 25 Februari nanti. Sebelum Kecak dance,” ungkap Putrayasa.
Selain lomba patung pasir dan parade budaya dari 13 banjar, dalam pagelaran BBAF yang dilaksanakan selama 4 hari itu juga disajikan kuliner, minuman lokal Bali bernuansa pesisir, dan lomba mancing. Festival ini juga dimeriahkan oleh band lokal seperti Joni Agung, Lolot, Balawan, dan band lainnya.
“Dalam festival ini nanti, masyarakat Desa Tibubeneng akan menghadirkan sea food festival yang dibawakan oleh 13 banjar adat. Mereka nanti menghadirkan makanan olahan hasil laut dengan sensasi bumbu ala Bali,” tuturnya. *p
Lomba patung pasir diikuti oleh tujuh kelompok. Ketua Umum Panitia BBAF Ketut Putrayasa mengaku perlombaan maupun parade yang digelar dalam festival ini semuanya bernuansa pesisir. Mengapa patung pasir, karena tema yang diangkat dalam festival ini adalah pesisir. Hanya pasir yang bisa dibuat berdaya seni. Diakuinya, seni patung pasir ini dimaksudkan untuk menampilkan yang beda dari festival yang ada di tempat lain di Badung.
Lomba patung pasir digelar pukul 08.00-16.00 Wita. Patung pasir hasil kreasi peserta di antaranya berwujud orang berjemur dan kura-kura. Lomba patung pasir itu setiap kelompok terdiri dari tiga hingga empat orang. Menariknya pematungnya tak hanya dari Badung tetapi juga dari luar.
Menurut Putrayasa, pematung sebagian besar dari Badung dan sebagian lainnya dari luar. Makna yang diangkat dari patung pasir, misalnya patung kura-kura tujuan untuk mengkampanyekan bahwa kita harus menyelamatakan kura-kura dari kepunahan. Selain itu ada mitologi, kura-kura adalah kendaraan Dewa Baruna.
“Visual yang ditampilkan itu bermacam-macam namun menggambarkan aktivitas pesisir. Pembukaan dilakukan oleh Wakil Bupati Badung (I Ketut Suiasa). Selain perlombaan patung pasir juga ada parade dari 13 banjar adat Desa Tibebeneng. Paradenya semuanya bernuansa pesisir, misalnya tarian nelayan, tarian mancing, menangkap ikan. Untuk perlombaan patung sudah langsung diberi nilai oleh tim penilai hari ini juga. Namun para juaranya akan diumumkan saat acara puncak 25 Februari nanti. Sebelum Kecak dance,” ungkap Putrayasa.
Selain lomba patung pasir dan parade budaya dari 13 banjar, dalam pagelaran BBAF yang dilaksanakan selama 4 hari itu juga disajikan kuliner, minuman lokal Bali bernuansa pesisir, dan lomba mancing. Festival ini juga dimeriahkan oleh band lokal seperti Joni Agung, Lolot, Balawan, dan band lainnya.
“Dalam festival ini nanti, masyarakat Desa Tibubeneng akan menghadirkan sea food festival yang dibawakan oleh 13 banjar adat. Mereka nanti menghadirkan makanan olahan hasil laut dengan sensasi bumbu ala Bali,” tuturnya. *p
Komentar