Komisi IV Minta Akademisi Teliti Fenomena Ibu Racuni Anak
Ketahanan keluarga dan komunikasi sangat penting dilakukan, terutama bagi para ibu yang ada persoalan keluarga.
DENPASAR,NusaBali
Kasus ibu Ni Luh Putu Septyani Permadani,33, yang racuni 3 anaknya hingga tewas dan gagal bunuh diri, membuat prihatin kalangan wakil rakyat DPRD Bali. Komisi IV DPRD Bali membidangi perlindungan anak dan perempuan meminta akademisi melakukan penelitian untuk menemukan solusi fenomena pembunuhan berlatar belakang gangguan kejiwaan tersebut, sehingga kasus serupa tidak terulang dan bisa dicegah kedepannya.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Bali, I Nyoman Wirya di Denpasar, Kamis (22/2) mengatakan, kasus ibu racuni anak hingga menelan 3 nyawa tersebut sangat mengejutkan publik. “Ini ada akar masalah yang harus dicarikan solusi. Kenapa ini terjadi. Sebuah fenomena yang harus diteliti dan carikan solusinya. Akademisi kami harapkan lakukan penelitian, baru akan ketemu solusinya,” ujar politisi Partai Golkar asal Desa Kutuh, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan ini.
Wirya mengaku prihatin dengan fenomena kasus yang kesannya ‘membabibuta’, hingga menewaskan anak-anak yang tidak berdosa. “Ini kan bunuh diri dan ngajak-ngajak. Bagaimana masalahnya kita tidak tahu? Mungkin masalah seorang ibu itu tidak terselesaikan. Hingga mengajak serta anaknya mati. Berarti ada akar masalah yang tidak terselesaikan. Apakah dengan suami, mertua atau lainnya,” tegas Wirya. “Saya yakin karena ini kurang komunikasi dengan keluarga. Jadi ini tugas kita bersama dalam memberikan perlindungan kepada anak dan perempuan, tidak hanya menjadi korban kekerasan, tetapi juga terhindar sebagai pelaku kekerasan terhadap anak. Maka harus diteliti, kami di Komisi IV DPRD Bali siap fasilitasi, ayo kita sama-sama cari solusinya,” imbuh mantan Ketua DPD II Golkar Tabanan ini.
Dengan banyaknya fenomena kekerasan dalam rumah tangga, termasuk kasus ibu racuni tiga buah hatinya ini, Wirya pun meminta Komisi Perlindungan Anak dan Perempuan harus lebih sering sosialisasi kepada keluarga di Bali. “Sosialisasi dan pendekatan keluarga, mungkin juga dengan sosialisasi ke masyarakat tentang bahaya siaran televisi soal kekerasan dalam keluarga seperti dalam sinetron. Harus ada langkah-langkah komprehensif,” tegas Wirya.
Sementara Ketua Komisi Perlindungan Anak dan Perempuan Provinsi Bali, Anak Agung Anie Asmoro secara terpisah mengatakan, pihaknya sangat berharap ibu anak-anak yang melakukan aksi meracuni anak bisa diselamatkan dan bisa diungkap motifnya. “Sehingga kami juga bisa mencarikan solusi, kami prihatin atas kejadian anak ini. Kasus ini bukan pertama kali terjadi. Di Buleleng kalau tidak salah juga pernah terjadi bunuh diri dengan merucuni anaknya juga,” ujar Anie Asmoro.
Anie Asmoro menyebutkan, ketahanan keluarga dan komunikasi sangat penting dilakukan. Terutama bagi para ibu yang ada persoalan keluarga. Perempuan yang murung, gejala-gejala stres ini harus diwaspadai pihak keluarga yang memang dekat dengan mereka. “Kita siapkan pendampingan, bahkan kita fasilitasi dengan psikiatri. Maka ini peran keluarga melakukan pencegahan. Kita berbagi dan saling peduli dengan lingkungan,” ujar mantan anggota DPRD Bali ini.
Anie Asmoro menambahkan sejumlah lembaga-lembaga terkait sebenarnya sudah sering melakukan kegiatan yang terkait dengan masalah kejiwaan. Seperti Psikolog Prof LK Suryani yang rutin mengjak ibu-ibu meditasi di Wantilan Gedung DPRD Bali. “Ibu-ibu memang harus rajin beinteraksi dengan lingkungan, sehingga kalau ada masalah bisa diselesaikan oleh keluarga, teman dekat. Tidak sampai melakukan hal-hal fatal,” ujar Anie Asmoro. *nat
Kasus ibu Ni Luh Putu Septyani Permadani,33, yang racuni 3 anaknya hingga tewas dan gagal bunuh diri, membuat prihatin kalangan wakil rakyat DPRD Bali. Komisi IV DPRD Bali membidangi perlindungan anak dan perempuan meminta akademisi melakukan penelitian untuk menemukan solusi fenomena pembunuhan berlatar belakang gangguan kejiwaan tersebut, sehingga kasus serupa tidak terulang dan bisa dicegah kedepannya.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Bali, I Nyoman Wirya di Denpasar, Kamis (22/2) mengatakan, kasus ibu racuni anak hingga menelan 3 nyawa tersebut sangat mengejutkan publik. “Ini ada akar masalah yang harus dicarikan solusi. Kenapa ini terjadi. Sebuah fenomena yang harus diteliti dan carikan solusinya. Akademisi kami harapkan lakukan penelitian, baru akan ketemu solusinya,” ujar politisi Partai Golkar asal Desa Kutuh, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan ini.
Wirya mengaku prihatin dengan fenomena kasus yang kesannya ‘membabibuta’, hingga menewaskan anak-anak yang tidak berdosa. “Ini kan bunuh diri dan ngajak-ngajak. Bagaimana masalahnya kita tidak tahu? Mungkin masalah seorang ibu itu tidak terselesaikan. Hingga mengajak serta anaknya mati. Berarti ada akar masalah yang tidak terselesaikan. Apakah dengan suami, mertua atau lainnya,” tegas Wirya. “Saya yakin karena ini kurang komunikasi dengan keluarga. Jadi ini tugas kita bersama dalam memberikan perlindungan kepada anak dan perempuan, tidak hanya menjadi korban kekerasan, tetapi juga terhindar sebagai pelaku kekerasan terhadap anak. Maka harus diteliti, kami di Komisi IV DPRD Bali siap fasilitasi, ayo kita sama-sama cari solusinya,” imbuh mantan Ketua DPD II Golkar Tabanan ini.
Dengan banyaknya fenomena kekerasan dalam rumah tangga, termasuk kasus ibu racuni tiga buah hatinya ini, Wirya pun meminta Komisi Perlindungan Anak dan Perempuan harus lebih sering sosialisasi kepada keluarga di Bali. “Sosialisasi dan pendekatan keluarga, mungkin juga dengan sosialisasi ke masyarakat tentang bahaya siaran televisi soal kekerasan dalam keluarga seperti dalam sinetron. Harus ada langkah-langkah komprehensif,” tegas Wirya.
Sementara Ketua Komisi Perlindungan Anak dan Perempuan Provinsi Bali, Anak Agung Anie Asmoro secara terpisah mengatakan, pihaknya sangat berharap ibu anak-anak yang melakukan aksi meracuni anak bisa diselamatkan dan bisa diungkap motifnya. “Sehingga kami juga bisa mencarikan solusi, kami prihatin atas kejadian anak ini. Kasus ini bukan pertama kali terjadi. Di Buleleng kalau tidak salah juga pernah terjadi bunuh diri dengan merucuni anaknya juga,” ujar Anie Asmoro.
Anie Asmoro menyebutkan, ketahanan keluarga dan komunikasi sangat penting dilakukan. Terutama bagi para ibu yang ada persoalan keluarga. Perempuan yang murung, gejala-gejala stres ini harus diwaspadai pihak keluarga yang memang dekat dengan mereka. “Kita siapkan pendampingan, bahkan kita fasilitasi dengan psikiatri. Maka ini peran keluarga melakukan pencegahan. Kita berbagi dan saling peduli dengan lingkungan,” ujar mantan anggota DPRD Bali ini.
Anie Asmoro menambahkan sejumlah lembaga-lembaga terkait sebenarnya sudah sering melakukan kegiatan yang terkait dengan masalah kejiwaan. Seperti Psikolog Prof LK Suryani yang rutin mengjak ibu-ibu meditasi di Wantilan Gedung DPRD Bali. “Ibu-ibu memang harus rajin beinteraksi dengan lingkungan, sehingga kalau ada masalah bisa diselesaikan oleh keluarga, teman dekat. Tidak sampai melakukan hal-hal fatal,” ujar Anie Asmoro. *nat
1
Komentar