Juara Teruna Bali 2014 Tewas Gantung Diri
Korban Dewa Gede Nusadi Mesiana tidak mau ikut saat diajak orangtuanya pulang ke Desa Tista pas Penyajaan Galungan.
Sebelum Bunuh Diri, Korban Bikin Surat Berbahasa Inggris
MANGUPURA, NusaBali
Siswa berprestasi dari SMA Negeri 1 Kuta Selatan, Dewa Gede Nusadi Mesiana, 18, ditemukan tewas gantung diri di rumahnya kawasan Perum Raya Kampial Blok S Nomor 12 Kuta Selatan saat Umanis Galungan pada Wraspati Umanis Dungulan, Kamis (11/2) pagi. Siswa yang notabene penyandang predikat juara I Lomba Teruna Bali Tahun 2014 ini ulahpati dengan meninggalkan secarik kertas berbahasa Inggris buat orangtuanya.
Kematian tragis korban Dewa Gede Nusadi Mesiana baru diketahui, Kamis pagi sekitar pukul 10.30 Wita. Saksi pertama yang mengetahui kematian siswa Kelas III SMAN I Kuta Selatan ini adalah tetangga sebelah rumahnya, I Gede Edy Juniarta. Saat itu, korban ditemukan tewas menggantung dengan leher terjerat kain kasa warna putih yang dikaitkan ke tiang beton di teras rumahnya.
Tidak diketahui pasti, kapan sejatinya korban Dewa Nusadi Mesiana gantung diri hingga tewas. Yang jelas, korban diketahui tinggal sendirian di rumahnya yang berada di Perum Raya Kampial Blok S Nomor 21 Kuta Selatan, sejak beberapa hari terakhir. Sedangkan kedua orangtuanya, I Dewa Ketut Winaya, 48, dan Dewa Ayu Sri Armini, pulang menengok keluarganya di Desa Tista, Kecamatan Busungbiu, Buleleng sekalian untuk merayakan Galungan. Demikian pula kedua adik korban.
Laporan atas temuan heboh siswa SMA tewas gantung diri ini masuk ke Mapolsek Kuta Selatan. Begitu mendapat laporan, jajaran Polsek Kuta Selatan langsung terjun ke lokasi musibah untuk melakukan olah TKP, meminta keterangan saksi-saksi, dan mengevakuasi jasad korban. Polisi terjun dengan menggandeng petugas medis ke lokasi TKP.
Kapolsek Kuta Selatan, Kompol Wayan Latra, menyatakan berdasarkan hasil pemeriksaan medis, tidak ditemukan adanya tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban. Tidak pula ditemukan ada senjata tajam maupun benda mencurigakan lainnya di lokasi TKP.
Korban Dewa Nusadi Mesiana disimpulkan meregang nyawa murni karena ulahpati, sebagaimana layaknya tewas gantung diri, seperti lidah menjulur, mata sedikit mendelik, dan keluar air mani dari alat vitalnya. “Korban meninggal karena bunuh diri,” jelas Kaplsek Wayan Latra, Kamis kemarin.
Sedangkan Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, dr Dudut Rustyadi SpF SH, menjelaskan dari hasil pemeriksaan luar yang dilakukan Kamis sore pukul 16.45 Wita, pihaknya menemukan luka lecet tekan yang melingkari leher korban. Luka lecet itu melingkar dengan arah miring dari depan bawah ke belakang atas. "Selain itu, ditemukan tanda-tanda mati lemas, sedangkan luka-luka lain tidak ditemukan. Waktu kematian sekitar 12 -20 jam sebelum diperiksa," jelas dr Dudut kepada NusaBali.
Hingga Kamis sore, belum ditekahui pasti, apa motif di balik aksi nekat ulahpati yang dilakukan siswa berprestasi dari SMAN 1 Kuta Selatan ini. Namun, menurut Kapolsek Kuta Selatan, Kompol Wayan Latra, muncul dugaan korban yang penyandang gelar juara I Lomna Teruna Bali Tahun 2014 ini berbuat nekat karena tidak kuat menjalani kehidupan.
Indikasi tersebut diperkuat dengan adanya secarik surat tulis tangan yang diletakan korban di kamar kedua orangtuanya. Dalam surat tulis tangan berbahasa Inggris tersebut, korban Dewa Nusadi Mesiana mengungkapkan rasa terimakasih kepada kedua orangtuanya, Dewa Ketut Winaya dan dan Dewa Ayu Sri Armini, karena telah mendidiknya sejak kecil. Korban pun mengucapkan salam perpisahan kepada ayah dan ibunya.
“Ini sudah 18 tahun sejak aku lahir. Aku selalu mendapatkan apa pun dari kalian (kedua orangtuanya, Red). Kalian memperlakukanku seperti hanya aku satu-satunya. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh anak bodoh ini untuk membayar apa yang kalian lakukan padaku. Pengorbanan yang besar, usaha, dan semuannya,” bunyi salah satu bagian surat tulis tangan berbahasa Inggris yang ditinggalkan korban Dewa Nusadi Mesiana.
“Untuk ibuku. Kamulah yang selalu mengerti aku. Aku minta maaf untuk segala kesalahan yang kubuat. Aku minta maaf telah membuatmu gelisah. Aku secara emosional tidak bisa mengontrol diriku. Tapi, kamu selalu tahu. Kamu adalah ibu terkuat yang bisa mengasuh anak arogan sepertiku, walaupun aku marah padamu. Kamu selalu ibu terbaik selamanya,” imbuhnya.
“Untuk ayahku. Aku telah belajar banyak darimu. Kamu adalah motivator dalam hidupku. Tidak ada orang lain yang bisa menggantikanmu. Aku telah tumbuh dengan usahamu yang tak terkira. Banyak yang ingin aku katakan padamu. Bagaimana aku ingin menunjukan rasa hormat? Mungkin aku tidak bisa membuatmu bangga padaku. Aku mungkin tidak bisa menjadi sosok yang kamu inginkan. Tapi, asal kamu tahu, bahwa kamu adalah ayah terbaik....”
Selanjutnya...
Komentar