Diawali Ritual Nepak Kulkul Tanpa Terputus Sepanjang Malam
Nyepi Adat di Desa Pakraman Sangambu dilaksanakan setahun sekali yakni sehari pasca Tilem Kaulu atau tepat sebulan menjelang Nyepi Tahun Baru Saka.
Sisi Unik Nyepi Adat di Desa Pakraman Sangambu, Kecamatan Tejakula, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Desa Pakaraman Sangambu, Desa Madenan, Kecamatan Tejakula termasuk salah satu desa di wilayah Kabupaten Buleleng yang melaksanakan upacara Nyepi lebih dari sekali dalam setahun. Selain Nyepi Tahun Baru Saka, Desa Pakraman Sangambu juga menggelar Nyepi Adat yang diawali dengan ritual nepak kulkul (memukul kentongan adat) tanpa terputus selama semalaman.
Desa Adat Sangambu merupakan satu dari empat desa pakraman yang ada di wilayah dinas Desa Madenan, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Tiga desa pakraman lainnya masing-masing Desa Pakraman Gentuh, Dewsa Pakraman Madenan, dan Desa Pakraman Keduran.
Seluruh empat desa pakraman di wilayah dinas Desa Madenan ini sama-sama menggelar Nyepi Adat, namun waktu pelaksanaannya berbeda-beda. Selain Nyepi Adat, keempat desa pakraman ini juga sama-sama menggelar Nyepi Tahun Baru Saka yang digelar setahun sekali sehari pasca Tilem Kasanga (bulan mati ke-9 sistem penanggalan Bali). Nyepi Tahun Baru Saka ini dilaksanaan serempat seluruh desa pakraman yang ada di Bali.
Jumlah krama adat di Desa Pakraman Sangambu saat ini mencapai 213 Kepala Keluarga (KK). Mereka inilah yang melaksanakan Nyepi Adat setahun sekali pada Pinanggal Ping Siki Tilem Kaulu, yang jatuh sehari setalah Tilem Kaulu (bulan mati ke-9 sistem penanggalan Bali. Jadi, Nyepi Adat ini dilaksanakan krama Desa Pakraman Sangambu tepat sebulan sebelum Nyepi Tahun Baru Saka.
Untuk tahun 2016 ini, Nyepi Adat telah dilaksanakan krama Dersa Pakraman Sangambu, Senin (8/2) lalu, yang jatuh bersamaan rahina Penyajahan Galungan pada Soma Pon Dungulan. Sedangkan Nyepi Tahun Baru Saka 1938 baru akan digelar serentak seluruh desa pakraman di Bali, termasuk Desa Pakraman Sangambu, 9 Maret 2016 depan.
Prosesi Nyepi Adat di Desa Pakraman Sangambu, hampir sama dengan Nyepi Tahun Baru Saka. Prosesi dimulai dengan menggelar upacara pecaruan di Catus Pata (Perempatan Agung) Desa Pakraman Sangambu yang dilaksanakan sore hari (sehari sebelum Nyepi Adat) bertepatan dengan Tilem Kaulu.
Bedanya, sarana upacara dalam prosesi pecaruan Nyepi Adat dilengkapi dengan persembahan hewan kurban berupa sampi (sapi) dan celeng (babi). Sedangkan untuk Nyepi Tahun Baru Saka di Desa Pakraman Sangambu, upacara pecaruan hanya menggunakan Caru Mancasata.
Menurut Kelian Adat Desa Pakraman Sangambu, Jro Gede Artha, tidak selamanya Nyepi Adat setempat menggunakan pecaruan dengan wewalungan (sarana hewan kurban) sampi dan celeng. Kalau tahun ganjil, wewalungannya hanya berupa sampi. “Jika Nyepi Adat di tahun ganjil, wewalungannya hanya sapi. Tapi, kalau tahun genap seperti 2016 ini, menggunakan wewalungan sapi, babi, dan Caru Macasata juga tetap ada,” terang Jro Gede Artha kepada NusaBali di sela pelaksanaan Nyepi Adat Desa Pakraman Sangambu, Senin lalu.
Setelah upacara pecaruan selesai, prosesi dilanjutkan dengan ritual Nogtog atau Ngerupuk. Ritual yang digelar sehari sebelum Nyepi Adat ini dilakukan dengan nepak kulkul semalam penuh, mulai petang pukul 18.00 Wita (usai upacara pecaruan di Catus Pata Desa) hingga keesokan harinya pada subuh sekitar pukul 05.30 Wita.
Dengan berakhirnya suara kulkul pukul 05.30 Wita, maka ini sebagai pertanda Nyepi Adat di Desa Pakraman Sangambu dimulai. Dan, suara kulkul tidak boleh terputus selama semalaman. “Ini (suara kulkul) memang tidak boleh putus. Soalnya, suara kulkul menjadi pertanda dimulainya pelaksanaan Nyepi Adat,” jelas Jro Gede Artha.
“Mungkin saja dulu, karena tidak ada teknologi berupa jam, maka suara kulkul dipakai waktu atau tanda. Kalau suara itu putus sebelum waktunya, nanti dikira sudah waktunya Nyepi Adat, padahal itu masih malam,” lanjutnya.
Untuk menghindari suara kulkul terputus, maka ritual nepak kulkul semalam penuh dilakukan oleh kalangan pemuda dan krama adat Desa Pakraman Sangambu secara bergiliran. Ritual nepak kulkul selama hampir 12 jam itu sendiri menjadi daya tarik bagi pemuda setempat, karena menjadi ajang menguji tenaga yang ditonton langsung krama setempat. Biasanya, seluruh pemuda dan krama adat langsung berkumpul di Pura Desa untuk ikut ngayah nepak kulkul begitu usainya upacara pecaruan Nyepi Adat, petang hari saat Tilem Kaulu.
Kendati ritual nepak kulkul semalam penuh dilakukan banyak orang, namun pihak adat tetap menunjuk dua krama sebagai Saya, yakni orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan upacara pecaruan Nyepi Adat hingga nepak kulkul. Saya inilah yang bertugas mengawasi dan mengatur pergiliran pemuda dan krama adat untuk nepak kulkul di Pura Desa. Saya ini pula mengarahkan agar suara kulkul tetap berirama sepanjang malam.
Sementara itu, mereka yang terlibat dalam prosesi nepak kulkul sepanjang malam, dapat suguhan makan dan minum. Seluruh konsumsi itu disiapkan oleh pihak adat, agar mereka yang terlibat tetap bersemangat nepak kulkul. 7 k19
Komentar