nusabali

Sering Diejek karena Miskin, Anak Sulung Putus Sekolah saat SD

  • www.nusabali.com-sering-diejek-karena-miskin-anak-sulung-putus-sekolah-saat-sd
  • www.nusabali.com-sering-diejek-karena-miskin-anak-sulung-putus-sekolah-saat-sd

Anak sulung Ketut Mas Sumadi sering diejek karena seragamnya lusuh, akhirnya putus sekolah saat naik kelas VI SDN 4 Sudaji. Kini anak usia 12 tahun itu disebutkan bekerja di Tabanan.

Terhimpit Kemiskinan, Keluarga Sumadi Pakai Terpal untuk Berteduh Sekaligus Selimut  
 
SINGARAJA, NusaBali
Ketidakberuntungan tampak masih menghantui keluarga Ketut Mas Sumadi, 39, warga Banjar Dinas Kaja Kauh, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng. Dia yang bekerja sebagai buruh serabutan dan sebagai tulang punggung keluarga, bersama istri Luh Serki, 35, dan keempat anaknya, masih harus menjalani hidup dengan segala keterbatasan. Keluarga kecil ini tinggal di rumah tak layak huni ukuran 7 meter x 6 meter warisan orangtua Sumadi. Bangunan rumah tidak permanen itu terbuat dari bata mentah beralaskan tanah dan atap seng yang sudah mulai berlubang dan berkarat.

Penghasilan Sumadi yang tidak menentu, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Bahkan kadang saat tidak ada pekerjaan yang menghampirinya, dia terpaksa harus mengutang di warung untuk menafkahi anak istrinya.

Rumah yang ditempatinya saat ini berada di atas lahan 100 meter persegi. Jendela dan pintunya juga sudah mulai lapuk dimakan usia. Setiap hujan turun Sumadi dan keluarganya tidak dapat mengelak dari kucuran air yang masuk ke rumahnya. Untuk menghindarkan anak-anaknya dari air hujan, Sumadi menyediakan selembar terpal berwarna biru. Terpal ini berfungsi ganda, digunakan untuk berteduh agar terhindari dari hujan, sekaligus dijadikan selimut agar tidak kedinginan.

“Ya mau bagaimana lagi, terpaksa pakai itu, karena penghasilan pas-pasan tidak bisa untuk memperbaiki rumah,” ujar Sumadi yang ditemui di rumahnya, Jumat (23/2).

Sumadi mengaku rumah yang ditempatinya sekarang dibangun sejak 1970-an oleh orangtuanya. Sampai saat ini belum pernah direnovasi.

Dalam rumah itu hanya ada dua kamar tidur yang dilengkapi dengan dapur tempat Serki memasak. Keadaan rumahnya cukup berantakan. Baju cucian hingga peralatan rumah tangga menjadi satu ruangan yang minim pencahayaan. Sehingga membuat sedikit berbau apek. Menurut Sumadi, keluarga kecilnya pun tidak memiliki jamban. Selama ini untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK), memanfaatkan saluran irigasi yang ada di dekat rumahnya.

Sumadi mengaku jika ada pekerjaan, sehari dia hanya mendapatkan upah maksimal Rp 60 ribu. Uang itu habis sekejap untuk membeli beras lauk pauk dan bekal sekolah dua anaknya, Made Anggara Nata, 11 (kelas V SDN 4 Sudaji), Komang Rediasa, 7 (kelas I SDN 4 Sudaji). Sedangkan anak bungsunya Ketut Asih masih berusia 3 tahun, dan anak sulungnya Gede Ariaba, 12, disebut sudah tinggal di Tabanan untuk bekerja.

Sumadi menceritakan bahwa anak sulungnya, Gede Ariaba, memutuskan untuk berhenti sekolah dan memilih untuk bekerja. “Awalnya karena sering diolok-olok teman-temannya di sekolah karena bajunya lusuh. Dijanjikan beasiswa dari sekolah, tetapi tidak ada datang. Akhirnya anak saya malu dan berhenti sekolah,” kata dia.

Keluarga Sumadi sebenarnya terdaftar sebagai penerima bantuan dari pemerintah. Namun, rumah tak layak huni yang ditempati Sumadi tak kunjung mendapat jatah perbaikan sampai saat ini. Sumadi pun mengaku tak begitu paham tentang cara mengajukan usulan bantuan bedah rumah dari pemerintah.  

“Kami lengkap punya kartu, ada Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Keluarga Sejahtera (KSS), dan juga Kartu Perlindungan Sosial,” jelasnya. Sementara, Kelian Banjar Dinas Kaja Kauh, Desa Sudaji, Nyoman Kerta Masiada, membenarkan jika Sumadi tercatat sebagai salah satu keluarga kurang mampu. Terkait rumah tak layak huni yang ditempati keluarga Sumadi, pihaknya mengaku sudah mengajukan usulan rehab rumah di tahun 2018.

“Akhir tahun lalu sudah kami ajukan dan termasuk dalam 91 kepala keluarga (KK) kurang mampu di banjar ini yang kami ajukan untuk menerima rehab rumah. Informasinya akan cair Agustus nanti, masing-masing mendapatkan bantuan Rp 15 juta,” ungkap dia. *k23

Komentar