Mulai Pulih, Segera Diperiksa Psikiater
Ibu yang Meracuni Tiga Anaknya
DENPASAR, NusaBali
Kondisi Ni Luh Putu Septyan Parmadani, 33 yang kini menjadi tersangka karena meracuni tiga anaknya hingga meninggal mulai membaik. Putu Sptyan kini masih memerlukan perawatan psikiater di RSUP Sanglah, Denpasar.
“Saat ini masih lanjut untuk perawatan dari psikiater dan dokter interna. Kondisi fisik sudah lebih baik dari sebelumnya dan sudah mau berkomunikasi,” ujar Kasubbag Humas RSUP Sanglah, Dewa Ketut Kresna, Senin (26/2).
Tindakan yang diberikan saat ini, kata Dewa Kresna, berupa infus sementara masih terpasang. Selain itu, obat, minum masih diberikan dan diet bubur saring. “Sudah boleh minum susu. Rencana siang ini (kemarin, red) akan diberikan bubur nasi. Sedangkan selang kencing masih dievaluasi tapi pasien sudah merasakan kencing,” jelasnya.
Hingga saat ini pasien bersangkutan masih dirawat di Ruang Lely RSUP Sanglah ditemani pihak keluarga dan dijaga anggota polisi. Terkait kapan kondisi psikis dan fisik Septyan bisa pulih, Dewa Kresna tidak bisa memastikan. Yang jelas perawatan terus dilakukan kepada pasien tersebut. “Untuk lama perawatan, tergantung perkembangan pasien sendiri,” katanya.
Sementara di sisi lain, Putu Septyan kini ditetapkan sebagai tersangka karena telah membunuh ketiga anaknya. Menurut psikiater Prof LK Suryani, ini akan menambah beban pikirannya. Dia mengusulkan, untuk kondisi mentalnya harusnya psikiater dan psikologi klinik.
“Tentu tambah menderita, bingung nanti dia. Karena itu, usul saya harusnya juga psikiater memeriksa juga supaya tahu apa motifnya melakukan itu. Belum apa-apa sudah langsung dianggap sebagai pembunuh. Dia harus diperiksa dahulu tidak hanya dari segi kepolisian tapi juga dari segi mental,” ungkapnya saat dikonfirmasi Senin (26/2) malam.
Meski belum terungkap apa motif di balik aksi nekat itu, namun menurut Prof Suryani, sebagai permulaan tentu Putu Septyan mengalami trauma cukup luar biasa hingga logikanya tidak jalan dan memilih jalan bunuh diri untuk mengakhiri hidupnya. “Sekarang kan sudah tertekan, sudah kehilangan anak. sekarang bagaimana dia merasa berdosa terhadap anaknya, itu cukup berat. Apalagi ditekan dengan pemeriksaan-pemeriksaan dari luar diri, ini memperberat. Harusnya dia ditangani juga biar dia pulih dulu, walaupun dia ditetapkan sebagai pelaku,” katanya.
Untuk bisa pulih, kata Prof Suryani, tergantung pribadi Putu Septyan serta pengaruh dari luar. Kalau orang luar bisa membantu melepaskan bebannya diberikan pemahaman, perlahan pelaku akan pulih dan bisa menyadari. “Tapi kalau tidak, makin lama makin terpuruk bisa juga menjadi gangguan jiwa berat. Tergantung keadaan situasi lingkungan yang akan memperngaruhinya,” tandasnya. *ind
Kondisi Ni Luh Putu Septyan Parmadani, 33 yang kini menjadi tersangka karena meracuni tiga anaknya hingga meninggal mulai membaik. Putu Sptyan kini masih memerlukan perawatan psikiater di RSUP Sanglah, Denpasar.
“Saat ini masih lanjut untuk perawatan dari psikiater dan dokter interna. Kondisi fisik sudah lebih baik dari sebelumnya dan sudah mau berkomunikasi,” ujar Kasubbag Humas RSUP Sanglah, Dewa Ketut Kresna, Senin (26/2).
Tindakan yang diberikan saat ini, kata Dewa Kresna, berupa infus sementara masih terpasang. Selain itu, obat, minum masih diberikan dan diet bubur saring. “Sudah boleh minum susu. Rencana siang ini (kemarin, red) akan diberikan bubur nasi. Sedangkan selang kencing masih dievaluasi tapi pasien sudah merasakan kencing,” jelasnya.
Hingga saat ini pasien bersangkutan masih dirawat di Ruang Lely RSUP Sanglah ditemani pihak keluarga dan dijaga anggota polisi. Terkait kapan kondisi psikis dan fisik Septyan bisa pulih, Dewa Kresna tidak bisa memastikan. Yang jelas perawatan terus dilakukan kepada pasien tersebut. “Untuk lama perawatan, tergantung perkembangan pasien sendiri,” katanya.
Sementara di sisi lain, Putu Septyan kini ditetapkan sebagai tersangka karena telah membunuh ketiga anaknya. Menurut psikiater Prof LK Suryani, ini akan menambah beban pikirannya. Dia mengusulkan, untuk kondisi mentalnya harusnya psikiater dan psikologi klinik.
“Tentu tambah menderita, bingung nanti dia. Karena itu, usul saya harusnya juga psikiater memeriksa juga supaya tahu apa motifnya melakukan itu. Belum apa-apa sudah langsung dianggap sebagai pembunuh. Dia harus diperiksa dahulu tidak hanya dari segi kepolisian tapi juga dari segi mental,” ungkapnya saat dikonfirmasi Senin (26/2) malam.
Meski belum terungkap apa motif di balik aksi nekat itu, namun menurut Prof Suryani, sebagai permulaan tentu Putu Septyan mengalami trauma cukup luar biasa hingga logikanya tidak jalan dan memilih jalan bunuh diri untuk mengakhiri hidupnya. “Sekarang kan sudah tertekan, sudah kehilangan anak. sekarang bagaimana dia merasa berdosa terhadap anaknya, itu cukup berat. Apalagi ditekan dengan pemeriksaan-pemeriksaan dari luar diri, ini memperberat. Harusnya dia ditangani juga biar dia pulih dulu, walaupun dia ditetapkan sebagai pelaku,” katanya.
Untuk bisa pulih, kata Prof Suryani, tergantung pribadi Putu Septyan serta pengaruh dari luar. Kalau orang luar bisa membantu melepaskan bebannya diberikan pemahaman, perlahan pelaku akan pulih dan bisa menyadari. “Tapi kalau tidak, makin lama makin terpuruk bisa juga menjadi gangguan jiwa berat. Tergantung keadaan situasi lingkungan yang akan memperngaruhinya,” tandasnya. *ind
1
Komentar