Harga Gabah Kering Mulai Turun
Memasuki akhir Februari ini, sejumlah subak di Kabupaten Jembrana mulai masa panen. Kondisi itu membuat harga gabah kering panen (GKP) dari petani mulai merosot.
NEGARA, NusaBali
GKP yang sempat menembus Rp 5.200 per kilogram (kg) pada awal Februari, belakangan dijual kisaran Rp 4.600 per kg. Beberapa petani di subak sekitaran Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Senin (26/2), mengatakan, merosotnya harga GKP tersebut tidak terlepas dari musim panen saat ini. Diperkirakan, memasuki musim panen raya yang memuncak pada Maret nanti, harga GKP terus akan merosot.
“Kalau sudah ada panen, harga gabah turun. Kemarin sempat di atas Rp 5.000, sekarang Rp 4.600 per kilogram,” ujar I Putu Maryadi, 56, salah seorang petani di Mendoyo, Senin (26/2).
Turunnya harga GKP itu juga diakui salah satu petani di Subak Yeh Kuning, Kecamatan Jembrana, I Putu Margiasa, 45. Menurutnya, khusus seputaran Subak Yeh Kuning, GKP ditawar seharga Rp 4.800 per kg, dan jauh menurun dibanding bulan Januari maupun awal Februari. “Sebenarnya, kami petani berharap sampai Maret nanti tidak turun terlalu jauh. Kalau bisa minimal tetap kisaran Rp 4.000-an,” harapnya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (PP) Jembrana I Wayan Sutama, mengakui adanya panen di sejumlah subak memasuki akhir Febaruari ini, dan akan memuncak pada Maret nanti. Menurutnya, dari total 6.000 hektare lahan sawah se-Kabupaten Jembrana, 3.000 hektare atau 50 persen di antaranya akan panen pada Maret nanti. “Maret sudah panen raya. Jelang-jelang Maret ini juga sudah ada panen,” katanya.
Menurut Sutama, mengenai harga GKP yang berkisaran Rp 4.600 hingga Rp 4.8000 per kg, tergolong masih tinggi dibanding dengan harga pembelian pemerintah (HPP), yakni Rp 3.700 per kg. Sebagai upaya mempertahanka harga GKP tidak sampai di bawah HPP menjelang musim raya itu, Dinas mengharapkan KUD dan Perpadi bisa menampung padi para petani. “Pemerintah juga rutin menyalurkan dana talangan ke KUD-KUD yang tersebar di Jembrana untuk membeli gabah petani. Ya, jadi kami harapkan nanti KUD tidak ikut memainkan harga, dan bisa membeli gabah dengan harga selayaknya,” ujarnya. *ode
GKP yang sempat menembus Rp 5.200 per kilogram (kg) pada awal Februari, belakangan dijual kisaran Rp 4.600 per kg. Beberapa petani di subak sekitaran Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Senin (26/2), mengatakan, merosotnya harga GKP tersebut tidak terlepas dari musim panen saat ini. Diperkirakan, memasuki musim panen raya yang memuncak pada Maret nanti, harga GKP terus akan merosot.
“Kalau sudah ada panen, harga gabah turun. Kemarin sempat di atas Rp 5.000, sekarang Rp 4.600 per kilogram,” ujar I Putu Maryadi, 56, salah seorang petani di Mendoyo, Senin (26/2).
Turunnya harga GKP itu juga diakui salah satu petani di Subak Yeh Kuning, Kecamatan Jembrana, I Putu Margiasa, 45. Menurutnya, khusus seputaran Subak Yeh Kuning, GKP ditawar seharga Rp 4.800 per kg, dan jauh menurun dibanding bulan Januari maupun awal Februari. “Sebenarnya, kami petani berharap sampai Maret nanti tidak turun terlalu jauh. Kalau bisa minimal tetap kisaran Rp 4.000-an,” harapnya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (PP) Jembrana I Wayan Sutama, mengakui adanya panen di sejumlah subak memasuki akhir Febaruari ini, dan akan memuncak pada Maret nanti. Menurutnya, dari total 6.000 hektare lahan sawah se-Kabupaten Jembrana, 3.000 hektare atau 50 persen di antaranya akan panen pada Maret nanti. “Maret sudah panen raya. Jelang-jelang Maret ini juga sudah ada panen,” katanya.
Menurut Sutama, mengenai harga GKP yang berkisaran Rp 4.600 hingga Rp 4.8000 per kg, tergolong masih tinggi dibanding dengan harga pembelian pemerintah (HPP), yakni Rp 3.700 per kg. Sebagai upaya mempertahanka harga GKP tidak sampai di bawah HPP menjelang musim raya itu, Dinas mengharapkan KUD dan Perpadi bisa menampung padi para petani. “Pemerintah juga rutin menyalurkan dana talangan ke KUD-KUD yang tersebar di Jembrana untuk membeli gabah petani. Ya, jadi kami harapkan nanti KUD tidak ikut memainkan harga, dan bisa membeli gabah dengan harga selayaknya,” ujarnya. *ode
1
Komentar