Sawah Tadah Hujan : Pilihan Sulit Bagi Rakyat Miskin
Sawah yang mengandalkan air hujan disebut dengan sawah tadah hujan. Petani miskin hanya bisa bertani jika hujan turun. Tidak ada pilihan lain kecuali menerima keadaan alam.
Membangun saluran irigasi dewasa ini makin mustahil. Selain sawah tadah hujan jauh letaknya dari daerah aliran sungai juga biaya membuat saluran irigasi sangat mahal.
Petani miskin di daerah sawah tadah hujan pasrah menerima nasib. Jika hujan turun petani dapat menanam umbi-umbian buat makanan. Kuota transmigrasi sangat terbatas sehingga petani yang beruntung bisa ikut proyek transmigrasi amat sedikit jumlahnya. Ditambah lagi disiarkan di televisi bahwa transmigrasi diutamakan untuk transmigran lokal. Sisanya baru transmigran dari luar daerah.
Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya petani miskin dapat bertahan hidup di lingkungan sawah tadah hujan. Penghasilan sangat tergantung turun atau tidaknya hujan di sawah yang menjadi tumpuan harapan petani miskin itu. Rakyat miskin mesti membayar pajak kepada pemerintah. Konon untuk membiayai pembangunan di segala bidang.
Sawah tadah hujan melukiskan ketertinggalan di dunia ketiga. Petani miskin tidak mampu mengangkat taraf hidupnya lantaran hasil panen di sawah tadah hujan bernilai jual rendah di pasaran. Tengkulak-tengkulak membeli hasil pertanian dengan harga semurah-murahnya.
Kemiskinan membelit petani di daerah sawah tadah hujan.
Penulis : I Wayan Budiartawan
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
1
Komentar