Keluarga Pasien Pukul Dokter RSUD Mangusada
Diduga tidak terima dengan penjelasan dokter, keluarga pasien memukul pipi dan kepala dokter.
MANGUPURA, NusaBali
Seorang dokter yang bertugas di RSUD Mangusada di Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung, GJ menjadi korban penganiayaan keluarga pasiennya, Minggu (25/2) sekitar pukul 04.00 Wita. Pelaku yang diduga Perbekel Pelaga I Gusti LU, tak terima dengan penjelasan dr GJ. Akibatnya, pelaku memukul kepala dan pipi.
Informasi yang dihimpun Selasa siang, peristiwa tersebut berawal saat dr GJ menangani pasien yang masuk ke RSUD Mangusada dengan keluhan sesak napas pada Minggu dini hari. Korban yang bertugas saat itu melakukan pemeriksaan awal terhadap pasien. Belum sempat menyelesaikan pemeriksaan, pihak keluarga pasien yakni I Gusti LU menyarankan untuk melakukan opname terhadap keluarganya. Mendapati hal itu, dr GJ melanjutkan pemeriksaannya dan 15 menit kemudian dilakukan EKG dikarenakan pasien memiliki riwayat penyakit jantung.
“Karena ada indikasi sesak napas, dokter ini memberikan obat kepada pasien. Karena keluarga pasien ngotot ingin rawat inap meski ada atau tidaknya indikasi penyakit lain, dokter ini kemudian mengambil beberapa tindakan termasuk menyuruh salah seorang perawat untuk mengantar rontgen,” beber sumber di kepolisian, Selasa (27/2) sore.
Melihat kondisi pasien, dr GJ kemudian melakukan konsultasi dengan dokter jantung untuk mencari tahu penyakit yang diderita pasien. Setelah konsultasi itulah, aksi tersebut terjadi, yakni saat dr GJ sedang mengisi formulir rawat inap beserta formulir obat. Selanjutnya, korban memberitahu kepada terduga pelaku untuk mencari kamar admission dan mencari obat di apotek. Rupanya, saran dari dr GJ ini tidak diterima oleh terduga pelaku tersebut. Untuk memastikannya, terduga pelaku menanyakan kembali kepada dokter tersebut. Jawaban sang dokter tidak berubah. Hal ini membuat terduga pelaku naik pitam.
“Sempat diulang oleh terduga pelaku perihal perkataan dokter yang menyarankannya mencari obat dan kamar. Ya mungkin prosedurnya di sana seperti itu. Dokter itu tetap jawab seperti biasa saja,” urai sumber tadi. Karena tidak terima dengan jawaban itu, terduga kemudian mengambil sebuah catatan les pasien yang ada di meja dan memukulkannya pada bagian kepala sang dokter. Dokter yang tidak tahu menahu sebab pemukulan itu berusaha untuk menatap terduga, tapi lagi-lagi dia dibentak dan dipukul pada bagian pipinya. “Kejadian itu disaksikan oleh banyak orang. Termasuk pasien dan perawat. Karena menjadi korban penganiayan, dokter ini hanya terdiam dan langsung menuju ruangan VIP perawat,” katanya seraya mengakui kasus tersebut sudah dilaporkan ke Polres Badung pada Selasa sore.
Kapolres Badung AKBP Yudith Satriya Hananta, yang dikonfirmasi melalui sambungan WhatsApp membenarkan adanya laporan. Meski demikian, perwira melati dua di pundak ini enggan merinci lebih jauh. “Masih dalam proses pemeriksaan. Sabar ya,” kata Kapolres AKBP Yudith.
Kedua belah pihak pada Selasa kemarin sudah melakukan mediasi di Rumah Jabatan Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa guna menyelesaikan kasus ini. Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Badung I Putu Gede Sridana. Dia juga menyebut bahwa masalah ini bermula dari kesalahpahaman di antara kedua belah pihak. “Tapi sudah diselesaikan, tadi dimediasi di rumjab Pak Wakil. Mereka saling memaafkan,” ungkapnya.
Disinggung apakah kasus ini berlanjut ke jalur hukum dan bakal menjatuhkan sanksi, Sridana memastikan tidak. “Tidak, karena ini kesalahan komunikasi saja,” tegasnya. Sementara Direktur Utama RSUD Mangusada Kabupaten Badung dr I Nyoman Gunarta, juga membenarkan kasus pemukulan ini. Tetapi, kata dia, sudah diselesaikan dan kedua belah pihak telah sepakat berdamai.
“Kasusnya berawal dari kesalahpahaman. Tapi kedua belah pihak telah saling memaafkan dengan ikhlas dan tidak lagi menaruh rasa dendam/tuntutan hukum di kemudian hari, baik secara pribadi, keluarga dan/pihak lain. Dan kesepakatan tersebut dituangkan dalam surat perjanjian,” tutur dr Gunarta.
Mengenai kronologis kejadian, dr Gunarta menjelaskan bermula dari kesalahpahaman antara kedua belah pihak. “Dari pihak keluarga beranggapan bahwa dokter jaga memberikan informasi yang kurang santun. Keluarga pasien menganggap mencari kamar dan obat itu adalah tugas pelayanan dari rumah sakit. Di satu sisi dokter jaga menyatakan telah melaksanakan tindakan sesuai dengan SOP,” jelasnya.
Sementara Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Badung dr I Gede Putra Suteja terkait kasus ini, menyatakan, “Saya sebagai Ketua IDI Badung dan Wilayah Bali tentu melindungi dan mengayomi anggota.” Menurutnya, pihaknya juga akan melakukan pendampingan hingga kasus tersebut selesai.
Terkait petisi yang mengecam perlakuan perbekel tersebut, pria yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Badung ini tak banyak memberikan komentar. “Saya tidak tahu masalah petisi itu. Saya menilai itu bentuk dukungan terhadap salah satu anggotanya,” tegasnya. Suteja mengakui, teman-teman seprofesi dari luar Bali pun sempat menghubunginya dan meminta agar mengawal kasus ini.
Pada bagian lain, Perbekel Desa Pelaga I Gusti Lanang Umbara belum bisa dikonfirmasi terkait masalah ini. Dihubungi melalui sambungan telepon tidak ada jawaban. *dar, asa
Seorang dokter yang bertugas di RSUD Mangusada di Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung, GJ menjadi korban penganiayaan keluarga pasiennya, Minggu (25/2) sekitar pukul 04.00 Wita. Pelaku yang diduga Perbekel Pelaga I Gusti LU, tak terima dengan penjelasan dr GJ. Akibatnya, pelaku memukul kepala dan pipi.
Informasi yang dihimpun Selasa siang, peristiwa tersebut berawal saat dr GJ menangani pasien yang masuk ke RSUD Mangusada dengan keluhan sesak napas pada Minggu dini hari. Korban yang bertugas saat itu melakukan pemeriksaan awal terhadap pasien. Belum sempat menyelesaikan pemeriksaan, pihak keluarga pasien yakni I Gusti LU menyarankan untuk melakukan opname terhadap keluarganya. Mendapati hal itu, dr GJ melanjutkan pemeriksaannya dan 15 menit kemudian dilakukan EKG dikarenakan pasien memiliki riwayat penyakit jantung.
“Karena ada indikasi sesak napas, dokter ini memberikan obat kepada pasien. Karena keluarga pasien ngotot ingin rawat inap meski ada atau tidaknya indikasi penyakit lain, dokter ini kemudian mengambil beberapa tindakan termasuk menyuruh salah seorang perawat untuk mengantar rontgen,” beber sumber di kepolisian, Selasa (27/2) sore.
Melihat kondisi pasien, dr GJ kemudian melakukan konsultasi dengan dokter jantung untuk mencari tahu penyakit yang diderita pasien. Setelah konsultasi itulah, aksi tersebut terjadi, yakni saat dr GJ sedang mengisi formulir rawat inap beserta formulir obat. Selanjutnya, korban memberitahu kepada terduga pelaku untuk mencari kamar admission dan mencari obat di apotek. Rupanya, saran dari dr GJ ini tidak diterima oleh terduga pelaku tersebut. Untuk memastikannya, terduga pelaku menanyakan kembali kepada dokter tersebut. Jawaban sang dokter tidak berubah. Hal ini membuat terduga pelaku naik pitam.
“Sempat diulang oleh terduga pelaku perihal perkataan dokter yang menyarankannya mencari obat dan kamar. Ya mungkin prosedurnya di sana seperti itu. Dokter itu tetap jawab seperti biasa saja,” urai sumber tadi. Karena tidak terima dengan jawaban itu, terduga kemudian mengambil sebuah catatan les pasien yang ada di meja dan memukulkannya pada bagian kepala sang dokter. Dokter yang tidak tahu menahu sebab pemukulan itu berusaha untuk menatap terduga, tapi lagi-lagi dia dibentak dan dipukul pada bagian pipinya. “Kejadian itu disaksikan oleh banyak orang. Termasuk pasien dan perawat. Karena menjadi korban penganiayan, dokter ini hanya terdiam dan langsung menuju ruangan VIP perawat,” katanya seraya mengakui kasus tersebut sudah dilaporkan ke Polres Badung pada Selasa sore.
Kapolres Badung AKBP Yudith Satriya Hananta, yang dikonfirmasi melalui sambungan WhatsApp membenarkan adanya laporan. Meski demikian, perwira melati dua di pundak ini enggan merinci lebih jauh. “Masih dalam proses pemeriksaan. Sabar ya,” kata Kapolres AKBP Yudith.
Kedua belah pihak pada Selasa kemarin sudah melakukan mediasi di Rumah Jabatan Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa guna menyelesaikan kasus ini. Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Badung I Putu Gede Sridana. Dia juga menyebut bahwa masalah ini bermula dari kesalahpahaman di antara kedua belah pihak. “Tapi sudah diselesaikan, tadi dimediasi di rumjab Pak Wakil. Mereka saling memaafkan,” ungkapnya.
Disinggung apakah kasus ini berlanjut ke jalur hukum dan bakal menjatuhkan sanksi, Sridana memastikan tidak. “Tidak, karena ini kesalahan komunikasi saja,” tegasnya. Sementara Direktur Utama RSUD Mangusada Kabupaten Badung dr I Nyoman Gunarta, juga membenarkan kasus pemukulan ini. Tetapi, kata dia, sudah diselesaikan dan kedua belah pihak telah sepakat berdamai.
“Kasusnya berawal dari kesalahpahaman. Tapi kedua belah pihak telah saling memaafkan dengan ikhlas dan tidak lagi menaruh rasa dendam/tuntutan hukum di kemudian hari, baik secara pribadi, keluarga dan/pihak lain. Dan kesepakatan tersebut dituangkan dalam surat perjanjian,” tutur dr Gunarta.
Mengenai kronologis kejadian, dr Gunarta menjelaskan bermula dari kesalahpahaman antara kedua belah pihak. “Dari pihak keluarga beranggapan bahwa dokter jaga memberikan informasi yang kurang santun. Keluarga pasien menganggap mencari kamar dan obat itu adalah tugas pelayanan dari rumah sakit. Di satu sisi dokter jaga menyatakan telah melaksanakan tindakan sesuai dengan SOP,” jelasnya.
Sementara Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Badung dr I Gede Putra Suteja terkait kasus ini, menyatakan, “Saya sebagai Ketua IDI Badung dan Wilayah Bali tentu melindungi dan mengayomi anggota.” Menurutnya, pihaknya juga akan melakukan pendampingan hingga kasus tersebut selesai.
Terkait petisi yang mengecam perlakuan perbekel tersebut, pria yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Badung ini tak banyak memberikan komentar. “Saya tidak tahu masalah petisi itu. Saya menilai itu bentuk dukungan terhadap salah satu anggotanya,” tegasnya. Suteja mengakui, teman-teman seprofesi dari luar Bali pun sempat menghubunginya dan meminta agar mengawal kasus ini.
Pada bagian lain, Perbekel Desa Pelaga I Gusti Lanang Umbara belum bisa dikonfirmasi terkait masalah ini. Dihubungi melalui sambungan telepon tidak ada jawaban. *dar, asa
Komentar