AS Pasar Utama Kerajinan Tulang Bali
Negara adidaya Amerika Serikat (AS) menjadi pasar utama handycraft atau kerajinan berbahan tulang dari Bali.
DENPASAR, NusaBali
Volume dan nilai ekspor kerajinan tulang mengalami tren positif. Yakni, pada 2016 sebanyak 146 ribu piscies dengan nilai 413 ribu dollar AS. Tahun 2017 naik jadi 242 ribu piscies dengan nilai 684 ribu dollar AS. Kerajinan tulang menjadi salah satu dari 10 jenis kerajinan Bali yang diekspor.
Ketua Asosiasi Pengusaha Handycraft Indonesia (ASPHI) Bali I Ketut Darma Siadja, menyatakan sejauh ini Amerika Serikat merupakan pasar utama hasil kerajinan tulang. “Ke negara lain memang ada, namun terbanyak ke Amerika,” ujar Darma Siadja, Selasa (27/2).
Tidak hanya pasar ekspornya yang terbatas, kata Darma Siadja, sentra kerajinan tulang, juga terbatas, yakni di DesaTampaksiring, Gianyar. “ Tidak banyak anggota kami (ASPEHI), hanya di Tampaksiring,” kata Darma Siadja.
Tentu saja kata Darma Siadja, semua produk handycraft Bali termasuk kerajinan tulang terus meningkat penjualannya, baik volume dan nilainya. Seperti tahun 2017 lalu, ekspor Bali kerajinan Bali meningkat 9,88 persen. “Tahun ini,2018 kita harap demikian,” kata pengusaha asal Desa Mas Ubud Gianyar.
Selain kondisi kepariwisataan Bali yang mulai pulih pasca meredanya erupsi Gunung Agung, kunjungan puluhan dubes ke Bali beberapa hari lalu juga diharapkan membawa dampak positif. “Bali aman untuk berwisata, pasar handycraft juga agar meningkat,” kata Darma Siadja. *K17
Volume dan nilai ekspor kerajinan tulang mengalami tren positif. Yakni, pada 2016 sebanyak 146 ribu piscies dengan nilai 413 ribu dollar AS. Tahun 2017 naik jadi 242 ribu piscies dengan nilai 684 ribu dollar AS. Kerajinan tulang menjadi salah satu dari 10 jenis kerajinan Bali yang diekspor.
Ketua Asosiasi Pengusaha Handycraft Indonesia (ASPHI) Bali I Ketut Darma Siadja, menyatakan sejauh ini Amerika Serikat merupakan pasar utama hasil kerajinan tulang. “Ke negara lain memang ada, namun terbanyak ke Amerika,” ujar Darma Siadja, Selasa (27/2).
Tidak hanya pasar ekspornya yang terbatas, kata Darma Siadja, sentra kerajinan tulang, juga terbatas, yakni di DesaTampaksiring, Gianyar. “ Tidak banyak anggota kami (ASPEHI), hanya di Tampaksiring,” kata Darma Siadja.
Tentu saja kata Darma Siadja, semua produk handycraft Bali termasuk kerajinan tulang terus meningkat penjualannya, baik volume dan nilainya. Seperti tahun 2017 lalu, ekspor Bali kerajinan Bali meningkat 9,88 persen. “Tahun ini,2018 kita harap demikian,” kata pengusaha asal Desa Mas Ubud Gianyar.
Selain kondisi kepariwisataan Bali yang mulai pulih pasca meredanya erupsi Gunung Agung, kunjungan puluhan dubes ke Bali beberapa hari lalu juga diharapkan membawa dampak positif. “Bali aman untuk berwisata, pasar handycraft juga agar meningkat,” kata Darma Siadja. *K17
1
Komentar