ISI Denpasar Optimistis Hadapi Revolusi 4.0
Dunia kini memasuki era Revolusi Industri 4.0 yang diwarnai dengan serba digital, kecerdasan buatan, era super komputer, dan teknologi yang semakin canggih.
Olah Rasa Disinergikan dengan Teknologi
DENPASAR, NusaBali
Seluruh kalangan masyarakat termasuk mahasiswa, harus mulai berpikir untuk mempersiapkan diri sesuai tuntutan revolusi 4.0. Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar MHum, optimistis para lulusannya akan siap menghadapi itu.
Apa yang membuat optimis? Rektor Prof Arya mengatakan, saat ini ISI Denpasar terus mengembangkan daya kreatif mahasiswa dalam menghadapi zaman Revolusi Industri 4.0. Dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif, tenaganya akan tetap dibutuhkan dan tidak mudah digantikan oleh mesin atau robot.
“Meskipun Revolusi Industri 4.0, mesin dan robot akan banyak pekerjaan manusia, tapi ISI Denpasar tetap memiliki keuntungan. Untungnya, karena basis Revolusi Industri 4.0 itu adalah kreativitas dan juga kewirausahaan yang tidak bisa dilepaskan dengan olah rasa dan olah logika. Sedangkan olah rasa itu sulit dilakukan oleh mesin,” ungkapnya saat melepas 78 orang lulusan pada Wisuda Sarjana ke-20 ISI Denpasar di Gedung Citta Kelangen, kampus setempat, Rabu (28/2). Wisudawan berasal dari program Pascasarjana (S2) Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni sebanyak 7 orang, 71 orang lainnya berasal dari Fakultas Seni Pertunjukan, serta Fakultas Seni Rupa dan Desain yang mengambil program S1 dan Diploma 4.
Rektor Prof Arya mencontohkan, untuk membuat garis dan warna, mesin bisa saja membuat hal demikian dengan mudah. Namun tidak akan bisa membuat seberapa lekukan sesuai dengan ekspresi. “Padahal dalam seni, yang penting ekspresi seni dan rasa, ini yang tidak akan mampu disaingi oleh mesin manapun dan secanggih apapun,” kata rektor asal Tabanan ini.
Namun demikian, Prof Arya tidak menafikan keberadaan penggunaan teknologi. Menurutnya, seni yang mengutamakan olah rasa, justru bisa disinergikan atau berdialektika dengan teknologi dan internet, untuk saling mengisi. Sebab bidang seni dan desain sebagai basis keilmuan di ISI Denpasar menekankan dialektika antara rasio, rasa, dan intuisi.
Lanjutnya, pendidikan di ISI Denpasar berpedoman pada ekosistem seni yang saling mengisi, sehingga lulusan lebih diarahkan untuk mampu menciptakan pekerjaan dibandingkan mencari pekerjaan. Karena itu, para mahasiswa ISI Denpasar sudah dibekali kemampuan yang komprehensif yakni teori, praktik, dan bahkan mata kuliah kreativitas, sehingga optimis memiliki daya saing. Dengan demikian mampu menjawab tantangan berbagai zaman. *ind
Komentar