Arsitek Bade Jatuh Pingsan di Atas Bade
Peristiwa unik terjadi saat ritual pengarakan Bade Palebon dan Lembu Cemeng dalam Palebon Agung untuk layon AA Niyang Agung dari Puri Agung Ubud menuju Setra Dalem Puri, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, Jumat (2/3) siang.
GIANYAR, NusaBali
Saat Bade Palebon dan Lembu Cemeng tiba di setra pukul 13.33 Wita, tokoh Puri Ahung Ubud Tjokorda Gde Raka Sukawati alias Cok De, arsitek Bade yang menjaga layon almarhum di Ceraken (pada ketinggian 17 meter), tiba-tiba pingsan.
Sebelum jatuh pingsan, sekitar 100 meter menjelang Bade Palebon dan Lembu Cemeng tiba di Setra Dalem Puri, tubuh Cok De yang menjaga layon almarhum terlihat bergetar, mirip orang kerauhan (kesurupan). Nah, begitu Bade Palebon tiba di setra, Cok De tak mampu sendiri turun dari Bade melalui Tragtag (undakan). Arsitek Bade bergelar Doktor dari Fakultas Ekonomi Unud ini jatuh pingsan.
Beruntung, tubuh Cok De tidak sampai jatuh ke tanah. Cok De terpaksa diturunkan dari atas bade dengan cara digotong beramai-ramai, melalui Tragtag. Kemudian, Cok De yang dalam kondisi tak sadarkan diri langsung dilarikan ke Jaba Tengah Pura Dalem Puri di areal setra, yang berjarak sekitar 100 meter arah timur dari posisi Bade. Pamangku Pura Dalem Puri selanjutnya memercikkan tirta ke arah Cok De. Ajaib, beberapa menit kemudian, Cok De langsung siuman.
Begitu siuman, Cok De yang notabene adik kandung mantan Bupati Gianyar 2008-2013 Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace langsung memasang ulang destarnya. Tokoh perintis Museum 3.0 di Ubud ini mengakui, gejala-gejala dirinya akan semaput sudah muncul sejak setengah perjalanan pengarakan Bade. “Dari atas saya melihat di bawah seperti ada lautan. Saya jadi trenyuh, sehingga badan bergetar-getar,’’ jelas Cok De kepada NusaBali.
Cok De mengakui, kondisinya yang pingsan itu tiada lain karena efek dari rasa haru atas anugerah Ida Batara yang telah melancarkan prosesi Palebon Agung menggunakan Bade Tumpoang Sia (9 tingkat) setinggi 27,90 meter dengan berat 9 ton ini. Hal itu dibuktikannya dari prosesi pengarakan Bade Palebon dan Lembu Cemeng yang tiba di setra sesuai rencana semula. ‘’Dari atas Bade, saya merasakan ada energi amat dahsyat. Sulit saya lukiskan dengan kata-kata,” ujar Cok De. *lsa
Sebelum jatuh pingsan, sekitar 100 meter menjelang Bade Palebon dan Lembu Cemeng tiba di Setra Dalem Puri, tubuh Cok De yang menjaga layon almarhum terlihat bergetar, mirip orang kerauhan (kesurupan). Nah, begitu Bade Palebon tiba di setra, Cok De tak mampu sendiri turun dari Bade melalui Tragtag (undakan). Arsitek Bade bergelar Doktor dari Fakultas Ekonomi Unud ini jatuh pingsan.
Beruntung, tubuh Cok De tidak sampai jatuh ke tanah. Cok De terpaksa diturunkan dari atas bade dengan cara digotong beramai-ramai, melalui Tragtag. Kemudian, Cok De yang dalam kondisi tak sadarkan diri langsung dilarikan ke Jaba Tengah Pura Dalem Puri di areal setra, yang berjarak sekitar 100 meter arah timur dari posisi Bade. Pamangku Pura Dalem Puri selanjutnya memercikkan tirta ke arah Cok De. Ajaib, beberapa menit kemudian, Cok De langsung siuman.
Begitu siuman, Cok De yang notabene adik kandung mantan Bupati Gianyar 2008-2013 Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace langsung memasang ulang destarnya. Tokoh perintis Museum 3.0 di Ubud ini mengakui, gejala-gejala dirinya akan semaput sudah muncul sejak setengah perjalanan pengarakan Bade. “Dari atas saya melihat di bawah seperti ada lautan. Saya jadi trenyuh, sehingga badan bergetar-getar,’’ jelas Cok De kepada NusaBali.
Cok De mengakui, kondisinya yang pingsan itu tiada lain karena efek dari rasa haru atas anugerah Ida Batara yang telah melancarkan prosesi Palebon Agung menggunakan Bade Tumpoang Sia (9 tingkat) setinggi 27,90 meter dengan berat 9 ton ini. Hal itu dibuktikannya dari prosesi pengarakan Bade Palebon dan Lembu Cemeng yang tiba di setra sesuai rencana semula. ‘’Dari atas Bade, saya merasakan ada energi amat dahsyat. Sulit saya lukiskan dengan kata-kata,” ujar Cok De. *lsa
Komentar