Pertemuan IMF Beri ‘Keuntungan’ Rp 5,7 T
Perputaran ekonomi bakal mencapai Rp 5,7 triliun sehingga bakal memberi dampak pertumbuhan bagi perekonomian Bali hingga 6,4 persen di tahun 2018.
NUSA DUA, NusaBali
Bank Indonesia memproyeksikan keuntungan ekonomi yang didapatkan menjelang pelaksanaan Sidang Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Bali senilai Rp5,7 triliun. "Dari sisi variabel pertumbuhan seperti konsumsi, investasi dan ekternalnya semua akan bergerak dan dari sisi lapangan usaha sebagian besar bergerak lebih bagus," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Jumat (2/3).
Menurut Causa, pihaknya telah menghitung dampak ekonomi yang akan ditimbulkan baik menjelang dan selama pelaksanaan perhelatan akbar itu pada 8-14 Oktober 2018. Pria yang akrab disapa CIK itu merinci dari sisi akomodasi, total pengeluaran yang dikeluarkan oleh sekitar 15 ribu delegasi termasuk apabila membawa keluarga pada kegiatan inti selama lima hari diperkirakan mencapai Rp666 miliar.
Selain itu akomodasi perjalanan udara sekitar Rp36 miliar, sewa kendaraan Rp38 miliar, paket makan minum dan hiburan mencapai Rp146 miliar serta penyelenggaraan panitia mencapai sekitar Rp1 trilun. CIK juga menghitung investasi jangka panjang untuk pembangunan infrastruktur menyambut pertemuan itu yakni pengembangan apron atau parkir pesawat udara di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mencapai Rp1,34 triliun.
Selain itu pengerjaan underpass atau jalan bawah tanah sebesar Rp289 miliar, penyelesaian patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) sekitar Rp450 miliar dan pengembangan pelabuhan pariwisata di Benoa mencapai sekitar Rp1,7 triliun. Khusus pengerjaan proyek infrastruktur tersebut, lanjut CIK, ditargetkan rampung sebelum Oktober 2018.
Dengan perputaran ekonomi yang besar itu, CIK optimistis pertumbuhan ekonomi di Bali akan tumbuh kisaran 6,0 hingga 6,4 persen. Proyeksi itu sekaligus diharapkan memperbaiki pertumbuhan ekonomi Pulau Dewata triwulan IV tahun 2017 yang sempat melemah mencapai 4,01 persen karena terdampak aktivitas Gunung Agung.
Selama tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Bali mengalami kontraksi akhir tahun sehingga total mencapai 5,59 persen.
Sementara itu Ketua Satuan Tugas Pertemuan IMF dan Bank Dunia Peter Jacobs menambahkan nilai Rp5,7 trilun tersebut bukan merupakan biaya yang dikeluarkan melainkan manfaat yang akan diterima masyarakat khususnya di Bali.
Pemerintah, kata dia, mengeluarkan dana Rp800 miliar lebih untuk pertemuan tahunan yang dihadiri 15 ribu delegasi dari 189 negara di dunia itu. "Perputaran ekonomi itu akan menolong pertumbuhan ekonomi Bali. Itu merupakan dampak pertama, belum termasuk dampak lanjutannya," ucap Peter usai mendampingi kunjungan Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde di BNDCC. *ant
Menurut Causa, pihaknya telah menghitung dampak ekonomi yang akan ditimbulkan baik menjelang dan selama pelaksanaan perhelatan akbar itu pada 8-14 Oktober 2018. Pria yang akrab disapa CIK itu merinci dari sisi akomodasi, total pengeluaran yang dikeluarkan oleh sekitar 15 ribu delegasi termasuk apabila membawa keluarga pada kegiatan inti selama lima hari diperkirakan mencapai Rp666 miliar.
Selain itu akomodasi perjalanan udara sekitar Rp36 miliar, sewa kendaraan Rp38 miliar, paket makan minum dan hiburan mencapai Rp146 miliar serta penyelenggaraan panitia mencapai sekitar Rp1 trilun. CIK juga menghitung investasi jangka panjang untuk pembangunan infrastruktur menyambut pertemuan itu yakni pengembangan apron atau parkir pesawat udara di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mencapai Rp1,34 triliun.
Selain itu pengerjaan underpass atau jalan bawah tanah sebesar Rp289 miliar, penyelesaian patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) sekitar Rp450 miliar dan pengembangan pelabuhan pariwisata di Benoa mencapai sekitar Rp1,7 triliun. Khusus pengerjaan proyek infrastruktur tersebut, lanjut CIK, ditargetkan rampung sebelum Oktober 2018.
Dengan perputaran ekonomi yang besar itu, CIK optimistis pertumbuhan ekonomi di Bali akan tumbuh kisaran 6,0 hingga 6,4 persen. Proyeksi itu sekaligus diharapkan memperbaiki pertumbuhan ekonomi Pulau Dewata triwulan IV tahun 2017 yang sempat melemah mencapai 4,01 persen karena terdampak aktivitas Gunung Agung.
Selama tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Bali mengalami kontraksi akhir tahun sehingga total mencapai 5,59 persen.
Sementara itu Ketua Satuan Tugas Pertemuan IMF dan Bank Dunia Peter Jacobs menambahkan nilai Rp5,7 trilun tersebut bukan merupakan biaya yang dikeluarkan melainkan manfaat yang akan diterima masyarakat khususnya di Bali.
Pemerintah, kata dia, mengeluarkan dana Rp800 miliar lebih untuk pertemuan tahunan yang dihadiri 15 ribu delegasi dari 189 negara di dunia itu. "Perputaran ekonomi itu akan menolong pertumbuhan ekonomi Bali. Itu merupakan dampak pertama, belum termasuk dampak lanjutannya," ucap Peter usai mendampingi kunjungan Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde di BNDCC. *ant
1
Komentar