nusabali

Gubernur Pastika Berharap BMN Bisa Diteruskan

  • www.nusabali.com-gubernur-pastika-berharap-bmn-bisa-diteruskan
  • www.nusabali.com-gubernur-pastika-berharap-bmn-bisa-diteruskan

Kesempatan Terakhir Membuka Gelar Seni Akhir Pekan Bali Mandara Nawanatya

DENPASAR, NusaBali
Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya (BMN) yang digagas pada masa pemerintahan Gubernur Made Mangku Pastika kini memasuki tahun ketiga. Namun, tahun ini adalah kesempatan terakhir bagi Gubernur Mangku Pastika untuk membuka program yang digelar sepanjang tahun di setiap akhir pekan itu. Terbersit harapan program BMN ini bisa terus dilanjutkan pada masa kepemimpinan yang baru.

“Hari ini (kemarin) saat terakhir bagi saya membuka Bali Mandara Nawanatya, sekaligus saya berharap ke depan mudah-mudahan program dapat diteruskan dan dapat memberikan hasil yang lebih baik bagi masyarakat Bali,” ujarnya saat membuka GSAP BMN III, di Panggung Terbuka Ardha Candra, Sabtu (3/3) malam.

Gubernur Pastika yang bakal mengakhiri 10 tahun kepemimpinannya ini berharap besar, jika dengan adanya BMN tersebut, para seniman dapat mengekspresikan dirinya dan masyarakat memberikan apresiasi terhadap apa yang disuguhkan oleh para seniman. “Saya minta kegiatan ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para seniman, sehingga mampu menghasilkan kreativitas dan seni yang adiluhung yang juga bisa membawa Bali yang lebih maju aman damai dan sejahtera. Malam ini kita akan bersama-sama menikmati sajian yang disuguhkan,” katanya.

GSAP BMN III tahun ini tidak hanya diisi dengan pentas seni yang bersifat tematik setiap bulannya. Sebelum dibuka resmi, kegiatan juga diramaikan dengan pelaksanaan Bali Art Carnaval tahun kedua atau karnaval busana sepanjang jalan dari Gedung Jayasabha, Jalan Surapati menuju Art Center, Jalan Nusa Indah Denpasar Timur. Pelaksanaannya empat jam sebelum pembukaan yang juga dilepas langsung oleh Gubernur Pastika.

Pelepasan pawai ditandai dengan membunyikan Okokan atau alat musik khas Kabupaten Tabanan. Gubernur Pastika pun mengapresiasi para peserta karnaval yang telah memanfaatkan barang-barang bekas seperti koran, plastik, botol, hingga daun lontar, menjadi kostum karnaval yang begitu indah dan unik.

“Dengan menggunakan botol-botol bekas itu, sebenarnya ide kita tentang daur ulang, sehingga persoalan sampah kita menjadi sedikit tertangani. Saya berharap ke depan lebih banyak lagi pesertanya, sehingga bisa memberi arti terhadap ajang Bali Mandara Nawanatya, yang memang diberikan kepada anak-anak muda,” ucapnya.

Bali Art Carnaval II, menurut Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha, diikuti sejumlah perwakilan SMA/SMK di Bali dengan menampilkan kostum karnaval yang melambangkan dewa-dewi dan binatang dengan memanfaatkan barang bekas seperti botol bekas, plastik, daun lontar, koran bekas, dan sebagainya. Karnaval mengambil tema ‘Tri Bhuana Kertih’ atau keharmonisan tiga lapisan semesta. Karnaval tidak hanya diikuti oleh para seniman muda dari Bali, seperti Yayasan Penggak Men Mersi, SMA Bali Mandara, Kisrama Production-Singaraja, Fortuna Management-Singaraja, dan Komunitas Seni Pancer Langit, serta undangan kehormatan dari Banyuwangi Ethno Carnaval. Sementara musik pengiring dibawakan oleh sekitar 100 orang yang berasal dari Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana-Tabanan, Marching Band Suara SMANSA Denpasar, dan Sekaa Baleganjur ‘Babaiswara’ Komunitas Seni Pancer Langit.

Melalui karnaval busana yang menjadi rangkaian pembuka BMN itu, pihaknya berharap bisa menjadi destinasi wisata baru yang bisa menjadi daya tarik wisatawan. “Ke depannya bisa menjadi ajang kesenian yang mendunia, seperti halnya pawai Pesta Kesenian Bali selama ini. Sekarang yang bisa berpartisipasi dari Banyuwangi, ke depannya kami harapkan dari daerah lain juga,” harap Dewa Beratha.

Sementara itu, malam pembukaan BMN III sangat semarak. Lautan manusia yang didominasi anak muda memadati tribun di Panggung Terbuka Ardha Candra hingga penuh dari berbagai sisi. Mereka antusias menyaksikan pembukaan BMN dan menikmati sajian drama operet komedi yang disajikan. Sajian itu diberi judul ‘Dunia dalam Cerita’ yang merupakan kolaborasi antara seniman muda Bali dengan Sanggar Kini Berseri.

Tak pelak, drama di atas panggung sangat kocak dan membuat penonton terpingkal-pingkal. Cerita yang ditampilkan itu sesungguhnya mengangkat sejumlah kisah legenda maupun cerita rakyat dari berbagai wilayah di Nusantara. Di antaranya, mengambil cuplikan kisah cerita Jayaprana yang berhasil lolos dari rencana pembunuhan yang dipimpin oleh Patih Saung Galing. Jayaprana kemudian tersesat di hutan dan bertemu dengan Lutung Kasarung yang merupakan dewa yang disihir dalam wujud kera.

Sedangkan saat Jayaprana sedang bersembunyi di hutan dengan Lutung Kasarung, mereka tanpa sengaja bertemu dengan Timun Mas (seorang gadis yang sedang kabur dari kerajaan raksasa). Mereka juga berjumpa dengan seorang wanita tua yang sedang mencari anaknya bernama Malin Kundang. Akhirnya mereka berempat memutuskan untuk membentuk kelompok dan berpetualang bersama.

Hal yang terduga terjadi ketika mereka bertemu dan akhirnya ikut dengan rombongan Ratu Kang Cing Wi yang hendak menyeberangi Danau Batur untuk mencari suaminya Raja Jayapangus yang hilang. Pertemuan bukanlah sebuah kebetulan, namun mampu dibentuk menjadi suatu cerita asyik dan tidak membosankan. *ind

Komentar