Kijang Liar di Desa Munduktemu Rencananya Akan Ditangkarkan
Populasi kijang di Desa Munduktemu, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan ternyata mencapai ratusan ekor.
TABANAN, NusaBali
Bahkan saking banyaknya kijang yang hidup kawasan Desa Munduktemu, petani setempat menyebut satwa ini sebagai hama karena merusak tanaman perkebunan. Perbekel Desa Munduktemu I Nyoman Wintara, mengatakan populasi kijang di kawasan Desa Munduktemu hampir 500-an ekor. Satwa ini berkeliaran di kebun warga. Tak hanya di Desa Munduktemu, di desa tetangga seperti Desa Pajahan dan sekitarnya juga ada populasi kijang.
“Populasi kijang ada karena daerah kami masih asri,” ungkap Wintara, Minggu (4/3). Kata dia, dengan populasi yang lumayan banyak, kijang sering disebut hama oleh petani setempat. Hal ini lantaran tanaman cabai, kelapa, dan salak selalu dirusak dan dimangsa oleh kijang. Memang dengan kondisi ini petani tidak sampai rugi besar, namun cukup membuat terganggu. Di sisi lain, petani tak bisa berbuat banyak karena kijang adalah satwa dilindungi. “Kalau tanam cabai, daunnya dimakan. Hewan ini makannya sama seperti kambing,” jelasnya.
Wintara mengakui, kawanan kijang yang hidup di kawasan perkebunan Munduktemu tidak diketahui jenisnya. Menurutnya kijang di Munduktemu tidak sama dengan kijang di Buleleng. Kijang di Buleleng masih bisa berinteraksi dengan manusia, namun kijang yang ada di kawasan Desa Munduktemu hanya bisa dilihat, namun kemudian kabur. “Tapi sering juga masuk ke pekarangan warga, bahkan sering masuk ke rumah saya,” aku Wintara.
Maka dari itu karena sering disebut hama oleh petani, dan antisipasi kijang-kijang liar ini diburu, rencananya pihak Desa Munduktemu akan membuat penangkaran agar habitat kijang ini tetap lestari. Tetapi rencana ini masih jangka panjang. Jikalau sudah ada lahan, baru akan menjajaki kemungkinan menangkarkan kijang. “Kalau diperbolehkan kami pelan-pelan, masih jauh ini, belum fokus ke arah ini. Sekarang masih fokus ke persiapan menuju desa wisata,” tandasnya. *d
Bahkan saking banyaknya kijang yang hidup kawasan Desa Munduktemu, petani setempat menyebut satwa ini sebagai hama karena merusak tanaman perkebunan. Perbekel Desa Munduktemu I Nyoman Wintara, mengatakan populasi kijang di kawasan Desa Munduktemu hampir 500-an ekor. Satwa ini berkeliaran di kebun warga. Tak hanya di Desa Munduktemu, di desa tetangga seperti Desa Pajahan dan sekitarnya juga ada populasi kijang.
“Populasi kijang ada karena daerah kami masih asri,” ungkap Wintara, Minggu (4/3). Kata dia, dengan populasi yang lumayan banyak, kijang sering disebut hama oleh petani setempat. Hal ini lantaran tanaman cabai, kelapa, dan salak selalu dirusak dan dimangsa oleh kijang. Memang dengan kondisi ini petani tidak sampai rugi besar, namun cukup membuat terganggu. Di sisi lain, petani tak bisa berbuat banyak karena kijang adalah satwa dilindungi. “Kalau tanam cabai, daunnya dimakan. Hewan ini makannya sama seperti kambing,” jelasnya.
Wintara mengakui, kawanan kijang yang hidup di kawasan perkebunan Munduktemu tidak diketahui jenisnya. Menurutnya kijang di Munduktemu tidak sama dengan kijang di Buleleng. Kijang di Buleleng masih bisa berinteraksi dengan manusia, namun kijang yang ada di kawasan Desa Munduktemu hanya bisa dilihat, namun kemudian kabur. “Tapi sering juga masuk ke pekarangan warga, bahkan sering masuk ke rumah saya,” aku Wintara.
Maka dari itu karena sering disebut hama oleh petani, dan antisipasi kijang-kijang liar ini diburu, rencananya pihak Desa Munduktemu akan membuat penangkaran agar habitat kijang ini tetap lestari. Tetapi rencana ini masih jangka panjang. Jikalau sudah ada lahan, baru akan menjajaki kemungkinan menangkarkan kijang. “Kalau diperbolehkan kami pelan-pelan, masih jauh ini, belum fokus ke arah ini. Sekarang masih fokus ke persiapan menuju desa wisata,” tandasnya. *d
1
Komentar